Lapas Narkotika Karang Intan Bekali 18 Sipir Cara Penggunaan Senjata

MARTAPURA, Sebanyak 18 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Hukum dan HAM di Lapas Narkotika Klas IIA Karang Intan diberi pengetahuan pengenalan senjata api untuk pengamanan, Rabu (20/2).

Satu demi satu mereka diperlihatkan bermacam senjata api (Senpi) dan cara menggunakan senpi dengan benar. Praktek langsung itu diberikan kepada sipir menghadapi kemungkinan gangguan pengamanan Lapas ataupun hal yang tidak diinginkan lainnya di lingkungan Lapas.

Kepala Subseksi Keamanan dan Tata Tertib, Muhammad Kuderi mengatakan, pengenalan senjata merupakan bekal kepada para CPNS agar bisa paham bagaimana menggunakan perlengkapan pengamanan yang benar dan aman.

“Kami ingin mereka siap dalam hal apapun, ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi,” ujar Kuderi.

Selain itu, Kuderi mengatakan, kepada para CPNS untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan semua alat pengamanan khususnya senjata api. “Mereka juga dibekali bagaimana cara penggeledahan dan apa saja tugas mereka,” terang Kuderi.

Sementara itu, Staf Kamtib Hasan mengenalkan bermacam senpi, mulai dari senjata laras panjang, air softgun, senjata laras pendek, pepper gun, serta gas air mata.

Selain pengenalan senjata, Hasan mengatakan, bagaimana cara penggunaan senjata secara detail sampai dengan perawatan senjata., berikut cara menaruh senjata dengan posisi benar.

“Senjata laras panjang digunakan untuk pos penjagaan atas, pepper gun dan gas air mata untuk anti huru-hara dan kerusuhan, sementara senjata laras pendek biasanya ada di penjaga pintu utama,” jelas Hasan.

Salah satu peserta maju berkesempatan memegang salah satu senjata yaitu senjata laras panjang “Untuk penggunaannya sangat mudah, tapi jelas harus berhati-hati dalam penggunaan,” ucap Muhlis.

“Pengenalan senjata ini sangat menarik, tantangan tersendiri bagi saya, pemaparan dari Kasumsi Kamtib dan staf sangat mudah dipahami, memudahkan kami nanti dalam hal pengamanan tugas, disisipkan dengan diskusi pemateri sangat membantu dalam hal praktek maupun teori,” ujar Muhlis. (amir setiawan)