NASIONAL
WWF Sebut Karhutla Indonesia Terkait Penguasaan Lahan
JAKARTA, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia menyebut kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia akibat kesengajaan manusia, salah satunya yaitu terkait dengan penguasaan lahan. Cukong disebut ada di balik pembakaran oleh masyarakat.
Direktur Policy & Advocacy WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan hal tersebut saat diskusi bertajuk ‘Kebakaran Hutan dan Lahan: Misi Penyelamatan Hutan yang Tersisa’, di Graha Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (17/9) seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Dia pun membandingkan karhutla di Indonesia dengan yang terjadi di California (Amerika Serikat), Australia, dan Brazil. Aditya menyebut karhutla tersebut sama-sama akibat ulah manusia. Bedanya, karhutla di Indonesia terkait dengan penguasaan lahan.
“Ini yang membedakan kita dengan negara lain, tapi di Brazil mirip karena kebakaran di sana mereka mau bikin peternakan sapi,” ujarnya.
Aditya pun menjelaskan penyebab kebakaran di lahan gambut dan lahan dengan kandungan mineral pun terjadi karena sama-sama untuk pembukaan lahan. Perbedaannya, pemadaman untuk lahan gambut lebih sulit dilakukan.
Dia menilai salah satu usaha untuk pencegahan kebakaran adalah menghentikan penyebabnya yaitu kesengajaan manusia membakar lahan. “Selain dia (lahan gambut) di permukaan [terbakar], yang susah [dipadamkan] di [bagian] yang bawah dan [yang] kelihatan sudah padam bisa muncul lagi [apinya]. Itu mengapa sangat penting kalau bicara gambut sebaiknya dilindungi saja,” tuturnya.
Dari data yang diperolehnya, kata Aditya, dalam 16 hari terakhir terdapat 905 hotspot di Londerang, Jambi.
Proses pembukaan lahan, lanjut Aditya, kerapkali dilakukan dengan membakar lahan dan biasa dilakukan oleh masyarakat ketika musim kemarau. “Itu kan memang begitu, kalau mereka mulai buka lahan dengan membakar itu menunggu kemarau atau musim yang kering. Polanya memang begitu,,” kata dia.
Aditya pun menduga pembakaran lahan untuk penguasaan lahan tak lepas dari campur tangan mafia lahan. Mereka membiayai orang lain untuk mendapatkan lahan tersebut. “Tapi saya lihat polanya sekarang cukong itu yang biayai oknum-oknum di masyarakat untuk melakukan pembukaan-pembukaan itu. Karena kalau mau kita buka kebun sawit modalnya lumayan Rp40-60 juta untuk nanam dan lain-lain,” tuturnya.
“Jadi sulit untuk kita bisa pahami bahwa itu semata-mata masyarakat. Bisa buka 50-60 ha, itu pasti ada yang ikut membiayai, memodali,” dia menambahkan.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyegel 42 lahan perusahaan dan satu lahan milik individu yang diduga terlibat karhutla. Sepuluh perusahaan lainnya kemudian menyusul disegel beberapa hari kemudian.
Kepolisian sendiri sudah menetapkan 218 individu dan lima korporasi sebagai tersangka kasus karhutla. (gst/arh)
Editor : Chell
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Diduga Sakit, Jasad Satpam Didapati Tak Bernyawa di Depan Bapelkes
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Bandara Syamsudin Noor Prediksi Arus Balik Libur Nataru Bersamaan Haul Sekumpul
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025, Menu Tergantung Wilayah
-
Kota Banjarbaru3 hari yang lalu
Galian C Tak Berizin di Banjarbaru, Polisi Tangkap Operator Eksavator
-
Kriminal Banjarmasin2 hari yang lalu
Kakak Adik Edar Narkoba, 99 Gram Sabu dan Ekstasi Disita
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Api Dini Hari di Pelambuan, 75 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal