Hukum
Air Keras dan Kisah Kejahatan, dari Pangeran Leopold, Novel, hingga Asep Syarifudin
Pengetahuan tentang air keras ibarat pedang bermata dua. Pengetahuan itu memungkinkan manusia untuk menggunakannya sebagai senyawa bermanfaat sekaligus senjata untuk mengancam dan menyerang orang lain.
Kasus penyiraman air keras terhadap Kepala Divisi Pemasyarakatan (Kadivpas) Kemenkumham Kalsel Asep Syarifudin, Selasa (20/11) pukul 19.30 Wita di pelataran Cafe Capung, Jl S Parman, Banjarmasin, adalah rentetan bagaimana air keras menjadi sisi negatif dari sains.
Air keras pada dasarnya adalah senyawa asam kuat. Senyawa bisa terbentuk antara hidrogen dengan klor (Cl), sulfida (SO4), nitrat (NO3) atau lainnya. Air keras juga bisa berarti senyawa logam klor, nitrat, bromida, ataupun sulfat.
Salah satu air keras paling tua adalah vitriol. Makalah Vladimir Kapenko dan John A Norris dari Charles University di Praha mengungkap, ahli kimia dari masa Sumeria telah melakukan klasifikasi jenis vitriol menurut warnanya.
Dilansir dari Tribunews.com, makalah yang diterbitkan di jurnal Chemistry pada 2002 itu juga mengungkap bahwa orang Yunani telah menggunakan vitriol jenis chalcanthon untuk penghitam bahan kulit. Ibnu Sina, salah satu pakar kedokteran dari zaman kejayaan Timur Tengah, mengungkap bahwa sejumlah vitriol punya manfaat medis.
Hingga abad ke-18, permintaan terhadap senyawa asam kuat alias air keras sedikit. Sampai tibalah era industri ketika pabrik bahan pemutih berkembang. Sejumlah pakar kimia mulai mencari cara memproduksi air keras dengan konsentrasi tinggi.
American Chemical Society mengungkap, salah satu ilmuwan pertama yang berhasil membuat air keras adalah John Roebuck, fisikawan Inggris. Ia berhasil membuat air keras dengan wadah timah hingga konsentrasi 45 persen. cara yang dikembangkannya menjadi yang paling terpopuler hinga abad 19.
Penyalahgunaan
Keberhasilan pembuatan beragam senyawa asam memicu mendorong kemajuan industri pemutih, pestisida, pupuk, dan lainnya. Namun pada saat yang hampir bersamaan, tindakan kriminalitas dengan memanfaatkan air keras pun mulai terjadi.
Pada 18 Juli 1855, seperti diberitakan New York Times kala itu, seorang pria bernama James Murphy ditahan di kepolisian New York karena menyiram mata dan wajah istrinya dengan air keras. Kasus lain, seorang perempuan bernama Margaret Maloney menyiram tukang pos dengan air keras karena menyangkal telah menghamilinya.
Kasus paling fenomenal mungkin adalah antara Pangeran Leopold dan gadis yang dicintainya, Rybieska. Dirilis The Colonist pada 7 Januari 1916, cinta keduanya tak direstui orang tua sang pangeran. Sang gadis akhirnya memilih menyiram sang pangeran dengan air keras dan akhirnya bunuh diri.
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Catatan ATCS Tugu Adipura, Pengendara Merasa Malah Ada Penumpukan
-
Kabupaten Banjar3 hari yang lalu
Serap Masukan Rencana Detail Tata Ruang Kertakhanyar-Gambut, PUPRP Banjar Gelar Konsultasi Publik Kedua
-
Kota Banjarmasin2 hari yang lalu
UMK Banjarmasin Naik Menjadi Rp3,59 Juta
-
Kabupaten Banjar3 hari yang lalu
Melati Sekumpul Juara I Gebyar Pemberdayaan Masyarakat Desa
-
Kaleidoskop 202421 jam yang lalu
Kemajuan Pembangunan Kabupaten Banjar di Segala Bidang
-
Kalimantan Selatan2 hari yang lalu
Dari Banua Creative Festival, Kalsel Incar Tuan Rumah Ekrafnas 2025