HEADLINE
Acil Mara, Penganyam Tikar Sekaligus Pelestari Purun Tikus Asal Belawang
MARABAHAN, Siang itu (10/12) terik menyengat kulit. Namun, seorang perempuan baya memakai caping (topi dari bambu berbentuk kerucut) tengah asik menebar serbuk berwarna putih di sepetak lahan kosong di Desa Parimata RT 4 Kecamatan Belawang, Kabupaten Barito Kuala. Serbuk itu rupanya campuran kapur dan pupuk tanah.
“Menyiapkan lahan, supaya asamnya netral,” terangnya ketika ditanya maksud aktivitasnya tersebut.
Perempuan itu bernama Asmara. Kerap disapa Acil Mara. Usianya sudah 55 tahun. Meski demikian, semangat hidupnya tak jua redup. Buktinya, di tengah terik pun Ia masih berkutat menyiapkan lahan untuk menanam purun tikus. Ya, Acil Mara adalah seorang pengrajin anyaman purun tikus.
Acil Mara bukanlah pengrajin biasa. Tak hanya menjadikannya anyaman tikar, purun tikus oleh Acil Mara juga dibudidayakan. Kepada wartawan Kanalkalimantan.com Acil Mara menuturkan kisahnya.
Sejak usia 6 tahun Acil Mara sudah bisa menganyam purun. “Waktu kecil sering duduk dekat ibu yang menganyam, ikut mencoba dan akhirnya lama-lama bisa sendiri,” kenangnya.
“Dulu purun masih banyak dimana-mana, tapi karena sering diambil ya mulai ngalih (sulit),” tutur Acil Mara. Begitulah awal budidaya purun tikus di Desa Parimata.
Mulai menyiapkan lahan, menanam, sampai memanen dilakukan sendiri oleh Acil Mara. Lahan keluarga seluas 15×10 meter telah dikelola keluarganya selama 8 tahun. Aktivitas menanam purun hanya dilakukan saat memasuki musim hujan. “Kalau kemarau tidak bisa ditanami,” lamat Ia bersuara sembari tangan tuanya sibuk menganyam.
Acil Mara dibantu kakak perempuannya untuk menyelesaikan anyaman. Keduanya hanya bisa mengolah anyaman berbentuk tikar. Satu tikar ukuran 2×1,5 meter dihargai Rp 250 ribu. Dalam seminggu, Acil Mara hanya bisa menghasilkan satu buah tikar. “Ya nunggu ada yang beli, seminggu belum tentu ada,” ucapnya lirih.
Meski begitu, bagi Acil Mara menganyam purun sudah menjadi bagian dari hidupnya. “Saya bisanya cuma menganyam dan bertani. Beras nggak beli. Hasil menganyam untuk beli lauk dan gula,” ucapnya sumringah.
Acil Mara menuturkan bahwa Ia akan terus menganyam sampai fisiknya nanti tak mampu lagi. Perempuan yang tak lagi memiliki suami itu tak banyak menitip harap. Baginya, asal setiap hasil anyamannya ada yang membeli saja itu sudah cukup. “Mudahan makin lancar penjualan, kalau tikar yang sudah jadi belum ada pembelinya terpaksa makan seadanya,” ungkapnya. Masih dengan senyum tertahan.
Acil Mara dan purun tikus ibarat ikan dan air. Saling melengkapi dan tak terpisahkan. Purun tikus menjadi sumber penghidupan Acil Mara, sedangkan Acil Mara telah membuat purun tikus lebih berarti dan terus ada. (Retno)
Editor : Chel
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Libur Akhir Tahun, Ini Tiga Tempat Wisata Estetik Tak Jauh dari Ibu Kota Kalsel
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Diduga Sakit, Jasad Satpam Didapati Tak Bernyawa di Depan Bapelkes
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Bandara Syamsudin Noor Prediksi Arus Balik Libur Nataru Bersamaan Haul Sekumpul
-
Kota Banjarmasin3 hari yang lalu
Jemaat Gereja Katedral Banjarmasin Khidmat Ikuti Misa Natal
-
Kalimantan Timur3 hari yang lalu
Bearing Baja Nyangkut di Alat Kelamin Lelaki, Damkar Turun Tangan
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Galian C Tak Berizin di Banjarbaru, Polisi Tangkap Operator Eksavator