Connect with us

HEADLINE

AJI Bersama Google News Latih 19 Jurnalis Kalsel ‘Melek’ Data Digital di Kanalkalimantan.com

Diterbitkan

pada

AJI bersama GNI dan Internews menggelar pelatihan menangkal berita palsu yang akan digelar di kantor redaksi Kanalkalimantan.com Foto: suaramerdeka/net

BANJARBARU, Google News Initiative (GNI) bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Internews, menggelar training jurnalistik guna menangkal berita palsu alias hoax yang banyak beredar di media sosial dan internet. Pelatihan selama dua hari dari tanggal 23-24 November ini, digelar di kantor Redaksi Kanalkalimantan.com, di Banjarbaru.

Selama dua hari dua trainer dari Google akan membahas misinformasi sampai menganalisis sumber konten digital dengan menggunakan berbagai tool yang ada di internet. Pada pelatihan ini, sebanya 19 jurnalis dari berbagai media ikut mendaftar sebagai peserta.

Pada pelatihan nanti, mereka akan diajak menyelusuri dan menganalisa jejak kesahihan sumber digital oleh tim dari GNI, AJI, dan Internews. “Pelatihan ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi para jurnalis dan pekerja media, mengingat derasnya informasi di internet yang kadang belum terverifikasi kebenarannya,” kata Desi Arfianty, Sekretaris Redaksi Kanalkalimantan.com yang juga selaku panitia kegiatan di Kalsel, Kamis (21/11).

Dia mengatakan, para jurnalis Kalsel pun antusias menyambut pelatihan tersebut. Sehingga jelang batas akhir ditutupnya pendaftaran, masih ada yang ingin mengikuti pelatihan tersebut. Hal ini menunjukkan komitmen besar dari media di Kalsel untuk menulis berita sesuai dengan fakta dan kaidah jurnalistik.

“Apalagi materi serta trainer yang memberikan pelatihan nanti juga sangat kompeten di bidang tersebut. Ini akan memberikan imbas positif bagi iklim sehat jurnalisme di Kalsel,” tambah Desi.

Fokus dari training ini adalah mengasah keterampilan peserta untuk memanfaatkan sejumlah tools online guna melakukan verifikasi online atas beragam informasi yang terindikasi hoax, serta melakukan pengecekan kebenaran rumor yang beredar di dunia maya.

Peserta juga akan belajar beberapa materi yang bersifat teknis mengenai kebersihan data digital (digital hygiene), analisa dasar atas informasi, pencarian dan penelusuran data, dan beragam tools yang bisa digunakan untuk melakukan investigasi secara online. “Melalui pelatihan ini peserta diharapkan dapat memanfaatkan berbagai jenis tools bermanfaat tersebut dalam kerja jurnalistiknya,” kata Desi.

Perihal beritak hoax, memang menjadi keprihatinan banyak pihak. Informasi sesat seakan mendapatkan moment, terutama pada saat digelarnya event politik. Contoh saja, sepanjang April 2019 lalu—saat berlangsung Pilpres, Kominfo mengidentifikasi adanya 486 berita hoax. Dari jumlah tersebut, tercatat 209 hoax berasal dari kategori politik.

Kementerian Kominfo merilis informasi mengenai klarifikasi dan konten yang terindikasi hoax melalui portal kominfo.go.id dan stophoax.id. Berdasarkan data tersebut, total ada 1.731 hoax sejak Agustus 2018-April 2019. Hoax meningkat menjelang gelaran pencoblosan Pemilu pada 17 April 2019.

Apalagi, saat ini Indonesia memiliki pengguna internet yang cukup tinggi angkanya. Namun sayang hal tersebut tidak dibarengi dengan literasi. Setelah pelatihan tersebut, tugas jurnalis untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat. “Ini penting bagi jurnalis, agar saat menerima informasi tidak langsung secepatnya membuat jadi berita dan menyebarkannya, namun melakukan verifikasi dan cek fakta,” pungkas Desi.(cel)

Reporter : Cell
Editor : Chell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->