Connect with us

HEADLINE

Besok Pengundian Nomor Urut Pilkada Kalsel, Ini Mitos dan Utak-Atik Keberuntunganya!

Diterbitkan

pada

Nomor urut akan menjadi bahan sosialisasi paslon saat kampanye Pilkada 2020 Foto: pexels.com

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Besok KPU akan melaksanakan pengundian nomor urut calon peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020.

Baik untuk Pilgub Kalsel, maupun Pilkada di sejumlah Kabupaten/Kota. Bagi paslon, pengundian nomor urut ini menjadi salah satu hal penting terkait jargon kampanye dan mitos keberuntungan di balik nomor. Lalu, nomor berapa yang paling dicari?

Yang pasti, beragam cara dilakukan paslon untuk ‘memaknai’ nomor yang didapat besok. Tapi yang pasti, nomor bagus akan menjadikan mereka lebih mudah melakukan sosialisasi.

Di antara no urut, angka 1 mungkin selama ini menjadi yang paling gampang untuk dimaknai positif bagi paslon di Pilkada. Angka 1 dianggap sebagai simbol juara, atau pemenang di Pilkada.

Secara simbol dengan jari, angka satu pun tinggal mengacungkan telunjuk sebagai simbol kemenangan.

Meski dalam kenyataannya, seringkali kandidat yang mendapat keberuntungan berupa angka 1, akhirnya nasib pencalonannya tak sesuai karakter angkanya.

Contohnya, di Pilgub Kalsel 2015 lalu. Pasangan Zairullah Azhar-Muhammad Safi’i yang saat pengundian mendaapat angka 1, toh kalah oleh pasangan Sahbirin Noor-Rudy Resnawan yang saat pengundian mendapatkan nomor urut 2.

Di Banjarmasin pun demikian. Pasangan nomor urut 1 di Pilkada Banjarmain 2015, Rojiansyah-Budiyono ternyata menempati rangking buncit.

Ia kalah oleh Ibnu Sina-Hermansyah yang ketika itu mendapat nomor urut 3. Meski nomor undian buncit, tapi Ibnu berhasil menjadi juara dengan meraih total 147.742 suara.

Nasib nomor urut 1 juga kurang beruntung di Banjarbaru. Pada Pilkada 2015 lalu, perolehan suara terbanyak diraih pasangan nomor urut 3, yakni Nadjmi-Jaya sebanyak 40.715 suara (46,73 persen). Disusul paslon nomor urut 2, Ruzaidin-Fitri sebanyak 25.728 suara (29,53 persen). Sedangkan paslon No 1, Joko-Soegeng menjadi juru kunci dengan 20.674 suara (23,73 persen).

Lalu bagaimana dengan angka 2? Paslon yang dapat nomor urut 2, juga memiliki keuntungan tertentu. Sebab, kerap kali angka 2 disimbolkan dengan lambang dua jari yang membentuk huruf (V) yang berarti ‘victory’ atau kemenangan!

Buktinya? Ya, Sahbirin yang sebelumnya di Pilgub Kalsel 2015 mendapat angka urut 2, berhasil mendapat kemenangan. Walaupun, angka yang sama tak terbukti unggul di Pilkada Banjarmasin maupun Banjarbaru.

Angka 3, meski bukan menyimbolkan kemenangan, tapi angka tersebut bisa dikonotasikan sebagai simbol persatuan. Sebagaimana sila ke-3 Pancasila, Persatuan Indonesia. Persatuan ini dianggap sebagai kunci untuk meraih kemenangan di Pilkada.

Bukti bahwa angka 3 memiliki kekuatan electoral, terbukti di Pilkada Banjarbaru dan Pilkada Banjarmasin, pasangan yang mendapatkan nomor urut 3, tampil sebagai juara!

Lalu, bagaimana dengan angka 4? Banyak yang mengaitkan angka tersebut dengan simbol ‘kursi’. Maka artinya, calon yang mendapatkan angka 4, memiliki peluang untuk mendapatkan kursi di Pilkada 2020.

Di sisi lain, pakar komunikasi politik dari Universitas Jayabaya, Lely Arrianie Napitupulu, menganggap wajar jika para pasangan calon mengharapkan nomor urut tertentu. Hal itu tak lain karena menurutnya manusia adalah mahluk pengguna simbol, yang bisa menyampaikan pesan politik melalui simbol yang dimilikinya, termasuk nomor urut.

“Manusia itu sebagai mahluk penguna simbol, maka wajar saja jika mereka mengultuskan nomor sebagai simbol. Simbol-simbol tertentu itu dianggap bisa mengisyaratkan pesan politik yang ingin dia sampaikan,” katanya, dilansir Republika.

Lely melanjutkan, pada dasarnya, kebanyakan pasangan calon menginginkan nomor urut satu. Itu tak lain karena pemilih akan membaca pasangan calon yang akan dipilihnya dimulai dari nomor urut satu. Namun begitu, ia menekankan, nomor urut tersebut tidak menjadi jaminan bagi salah satu calon untuk memenangi kontestasi.

Namun, pengamat Pilkada yang juga mantan Ketua Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz mengatakan, menjadikan nomor sebagai angka keberuntungan, apalagi mistik sudah bukan zamannya lagi.

“Sikap politik dan rasional jauh lebih dibutuhkan. Sebab, kemenangan bergantung pada adu konsep dan gagasan membangun daerah antarpasangan calon dan partai politik pengusung,” tegasnya.(kanalkalimantan.com/cel)

Editor: Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->