Connect with us

Kota Banjarbaru

Budidaya Madu di Kalsel Sangat Potensial, Ini Kendalanya Menurut Pusinotekom Hutan dan Lahan Basah ULM

Diterbitkan

pada

Budidaya madu Foto : net

 BANJARBARU, Budidaya madu di Kalsel menjadi salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) andalan yang bisa dikembangkan. Peluang pengembangan budidaya madu di Kalsel dipengaruhi tingginya permintaan, serta dari segi biaya permodalan untuk memulai usaha budidaya madu masih sangat terjangkau oleh masyarakat.

Siti Hamidah, Sekretaris Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Inovasi, Teknologi, Komersialisasi, Manajemen Hutan dan Lahan Basah Universitas Lambung Mangkurat (Pusinotekom Hutan dan Lahan Basah ULM) menjelaskan, untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu budidaya madu masih membutuhkan biaya yang besar  dan terbilang ribet dari segi pengolahan. Ada suatu permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya madu yakni terkait susahnya masyarakat untuk memenuhi permintaan dari luar negeri.

“Madu yang akan dikirim kualitasnya belum memenuhi standar, belum terlalu matang atau belum tua yang nantinya akan menghasilkan banyak alkohol, jika dikemas maka cenderung akan mempengaruhi kemasan karena berubah menjadi gas,” kata Siti Hamidah.

“Kalau dikirim lewat udara tidak bisa karena cenderung maskapai penerbangan tidak bisa melayani pengiriman madu ini, sementara kalau dikirim lewat ekpedisi laut maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk baru sampai ke tujuan dan ditakutkan berubah menjadi gas,” jelasnya kepada Kanal Kalimantan, Selasa (6/2).

Dosen Fakultas Kehutanan ULM ini menyampaikan, untuk mengirim ke luar pulau seperti ke Pulau Jawa tidak semua jasa pengiriman mau melayani. “Sehingga dalam pengiriman madu ke Jawa menggunakan jasa ekpedisi khusus yang mau melayani pengiriman madu tersebut”, ucapnya.

Pusinotekom Hutan Dan Lahan Basah ULM tidak hanya mengumpulkan madu dari petani yang tersebar di seluruh Kalsel, tetapi juga melakukan riset terkait penyesuaian kualitas madu yang diterima dari para petani untuk menyesuaikan dengan ketentuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI). Sehingga dari hasil riset yang dilakukan dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas madu, apakah itu berupa pakan lebah/kelulut, atau bulan panen madu sehingga dapat dibuat kalender kualitas madu berdasar pakan dan bulan panen.

“Sehingga dapat diketahui madu berkualitas yang masuk standar, minimal punya data dalam satu tahun terkait madu yang ada di Kalsel,” ungkapnya.

Menurut Hamidah, dunia industri dan masyarakat umum, memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai madu berkualitas.  Di dunia industri madu akan dinyatakan berkualitas apabila sudah memenuhi SNI. Sementara di masyarakat, kualitas madu dipandang dari segi asli atau tidaknya madu tersebut.  “Namun asli itu belum tentu masuk standar, tapi kalau yang masuk standar sudah pasti asli,” tegasnya.

Hal tersebut itulah, Pusinotekom Hutan dan Lahan Basah ULM melakukan riset terhadap madu-madu yang ada di Kalsel, sehingga dapat ditentukan madu mana yang masuk dalam standar SNI.  Setelah masuk standar, dilakukan riset terkait khasiat yang terkandung di dalam madu tersebut.  “Dari hasil riset, nantinya akan ditentukan khasiat madu secara spesifik untuk siapa saja khasiat madu tersebut.  Seperti madu untuk anak, untuk ibu, atau bapak-bapak,” katanya.


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->