Connect with us

Kanal

Danau Panggang, Riwayatmu Doeloe dan Sekarang (1)


Danau Panggang, di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), menjadi tumpuan hidup sebagian besar warga sejak puluhan tahun silam. Diberkahi kekayaan hayati berupa berbagai jenis ikan, warga setempat menjadikannya sebagai sentral ekonomi dan budaya. Tapi kini, gerak zaman mengancam eksistensi mereka di sana.


Diterbitkan

pada


RUDIYANTO
Jurnalis Kalimantan View
HSU

Al kisah, Danau Panggang seperti menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan. Begitu melimpahnya, hingga mengundang banyak pencari ikan datang ke lokasi tersebut. Tak ayal, lokasi yang semula sepi pun kemudian menjadi ramai.

Warga pun akhirnya mulai membuat rumah lanting (rumah terapung) yang menjual berbagai kebutuhan pencari ikan. Mulai makanan, minuman, hingga perbekalan bagi mereka yang bermalam. Satu, dua, warung lanting pun muncul. Dan bertambah, dan bertambah…

Semakin banyak, warga yang berkerja sebagai pencari ikan juga akhirnya membuat lanting. Mereka tinggal hingga berbulan-bulan di rumah yang mengapung di tengah danau itu. Hingga sekitar tahun 1970, ada warga yang membangun rumah di tengah danau.

Rumah lanting yang dulu masih berpindah-pindah tempat, berangsur berganti dengan rumah panggung berubin tinggi. Salah satu generasi pertama yang membangun rumah di tengah danau adalah H Ideham.
“Karena berada di tengah danau dan awalnya adalah kumpulan rumah lanting, warga kemudian menyebutkan Kampung Timbul. Kampung yang mengapung di atas air di tengah Danau Panggang,” kata H Ideham saat ditemui kanalkalimantan.com beberapa waktu lalu.

Baca juga Danau Panggang, Riwayatmu Doeloe dan Kini (2)

Berada di tengah Danau Panggang tanpa adanya jalan yang dapat dilalui, membuat Kampung Timbul, anak Desa Teluk Masjid RT 4 dan Desa Baru RT 3, terisolasi dari daratan. Perahu bermesin diesel -warga biasanya menyebutnya mesin ces, menjadi satu-satunya sarana transportasi penghubung bagi warga yang hendak beraktifitas ke luar kampung.

“Kalau tidak punya perahu ya tidak bisa kemana-mana.” katanya.
Sebab, hampir semua aktifitas warga berlangsung di atas air. Mereka menggantungkan hidupnya sebagai pencari ikan, tapi ada juga yang beternak itik. Jika danau sedang surut saat musim kemarau, warga bekerja sebagai petani. Dasar Danau Panggang yang tak pernah kering itu juga dimanfaatkan untuk menanam padi. Setidaknya ada 150 kepala keluarga di Kampung Timbul.

Baca juga Danau Panggang, Riwayatmu Doeloe dan Sekarang (3-Habis)

Berada di tengah kepungan air, terutama saat musim penghujan, berdampak pada minimnya sarana umum lainnya, seperti sekolah. Madarasah Nurul Falah, satu-satunya tempat bagi anak-anak di Kampung Timbul menimba ilmu. Itu pun hanya sampai tingkat Ibtidaiyah atau setingkat sekolah dasar.

Halaman Selanjutnya


Laman: 1 2

iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->