Kota Banjarbaru
Derita Penjual Seragam Sekolah Saat Pandemi, Zabayah: Kalau Tak Jualan Lain, Mana Bisa Makan!
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU– Dampak dari pandemi sangat dirasakan masyarakat, khususnya bagi dunia usaha skala kecil. Surat edaran Menteri Pendidikan tentang pembelajaran daring yang diberlakukan sejak 2020 mempunyai dampak besar bagi penjualan seragam sekolah.
Beberapa di antaranya bahkan sudah banting setir atau memodifikasi usahanya demi bertahan hidup.
Zabayah, salah satu penjual seragam sekolah di Banjarbaru. Kepada Kanalkalimantan.com, mengatakan sejak wabah Covid-19 melanda omzet penjualan menurun drastis. “Penurunan penjualan hampir 90%, sangat merosot. Selama berbulan-bulan tidak ada yang beli sama sekali,” ucapnya dengan raut wajah sedih.
Baca juga: KMP Yunicee Tenggelam di Gilimanuk, 6 Tewas, 14 Masih dalam Pencarian
Padahal, Zabayah mengaku sangat sedikit mengambil keuntungan dari penjualan seragam sekolah. Itu semata dilakukan agar usahanya bisa berjalan.
“Saya membelinya di pusat perdagangan di Banjarmasin, itupun hanya 5% keuntungan yang saya dapat,” ucapnya.
Untuk seragam sekolah merk Teladan yang dijualnya dimulai dari Rp300 ribu untuk seragam SD, hingga Rp340 ribu untuk seragam SMA. Tentunya, harga ini bervariasi tergantung ukuran.
Saat ditemui di tokonya di Pasar Bauntung Banjarbaru, Zabayah memperlihatkan banyak stok seragam sekolah yang sudah lama dibelinya namun belum laku. Selain seragam sekolah, ia juga menjual berbagai pakaian dari baju-baju untuk kondangan sampai dengan pakaian dalam.
“Jika hanya menjual seragam sekolah saja, tak jualan yang lain mana bisa saya makan,” ujarnya.
Zabayah masih menggunakan teknik konvensional dalam berjualan, belum pernah melakukan promosi dan cara marketing kekinian seperti penjualan online. “Saya tidak mengerti hal semacam itu,” katanya.
Baca juga: Perlu 3.000 Tabung Per Bulan, Stok Oksigen RSD Idaman Banjarbaru Masih Aman!
Hal serupa dialami penjahit konfeksi seragam sekolah. Seperti dialami Siswadi (49), yang juga mengaku mengalami penurunan pesanan hingga 95 persen.
“Biasa Juni per hari bisa dapat Rp5-10 juta, sekarang rata-rata di bawah Rp500 ribu,” ucapnya.
Siswadi mengakui lesunya pembeli seragam tahun ajaran baru kali ini dampak dari pandemi virus corona.
Terlebih, hingga saat ini belum ada kepastian soal kapan kebijakan belajar di rumah akan berakhir dan sekolah akan kembali dibuka.
“Kalau normal, Juni yang pertama masuk kan SD lalu awal Juli sampai Agustus itu SMP dan SMA. Sekarang, untuk yang beli seragam lima pasang saja sudah bagus,” ujar Siswadi.
Siswadi mengakui pemberlakuan belajar di rumah imbas dari pandemi covid-19 cukup mempengaruhi keberlangsungan usahanya. Salah satunya tenaga kerja jahit yang terpaksa dirumahkan.(Kanalkalimantan.com/nurul)
Reporter: nurul
Editor: cell
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Arsip Tak Boleh Jadi Bungkus Kacang
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Proyek Jembatan Atanik Mataraman Molor, Cor Beton Belum Dikerjakan
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Tinggal Seorang Diri, Diana Didapati Tak Bernyawa di Kamar
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Wali Kota Aditya Pilih Pertahankan Tugu Adipura, ATCS Jadi Mubazir?
-
HEADLINE1 hari yang lalu
KPK Limpahkan Korupsi Proyek PUPR Kalsel ke PN Banjarmasin
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Warga Rantau Bakula Mengadu ke DPRD Kalsel, Minta Evaluasi Aktivitas Tambang