VOA
Eco-Ramadhan Ajak Beribadah Sambil Lestarikan Lingkungan
Bulan Ramadhan diwarnai dengan tradisi takjil dan buka bersama. Sayangnya, jika tidak dikelola dengan baik, hal itu akan menghasilkan sampah cukup banyak. Karena itu, gerakan eco-Ramadhan muncul mengajak beribadah di bulan suci sambil menjaga kelestarian lingkungan.
Mulai dari kolak, es kelapa, sampai gorengan, takjil memang identik dengan Bulan Ramadhan. Sementara agenda buka bersama pun terus berdatangan, dari teman kerja, reuni sekolah, atau sembari bakti sosial. Tak bisa dipungkiri, takjil dan buka bersama sudah jadi tradisi.
Masyarakat memang cenderung lebih konsumtif selama Ramadhan, ujar penggagas eco-Ramadhan DK Wardhani, alias Dini. “Pada saat Ramadhan kan yang awalnya kita nggak pernah jajan takjil atau camilan, saat Ramadhan kita beli di luar,†ujarnya ketika berbincang kepada VOA, Jumat (10/5/2019).
Tanpa disadari, tradisi khas Ramadhan menghasilkan banyak sampah. Di Jakarta, misalnya, sampah bertambah 864 ton bahkan di hari pertama Ramadhan. Kenaikan jumlah sampah ini diperkirakan terjadi banyak kota lain.
Sampah-sampah itu, ujar Dini, berasal dari wadah plastik dan kresek untuk takjil.
“Yang sebenarnya tidak kita perlukan. Jadi kita itu sebenarnya nggak terlalu perlu banget tapi kita terlena, termanjakan, kita lihat itu (plastik) sebagai sebuah kepraktisan. Akhirnya kita menggunakan jalan yang singkat ini, sebenarnya kita nggak butuh-butuh banget,†terang penulis ‘Menuju Rumah Minim Sampah’ ini.
Eco-Ramadhan adalah satu dari berbagai upaya Dini dalam pelestarian lingkungan. Pada Mei 2018, Dini menggagas kelas nol sampah (zero waste). Selain itu, dia mendorong masyarakat mengurangi plastik bersama komunitas Sahabat Alam Cilik (SAC) di Malang, Jawa Timur. Alih-alih plastik, dia menganjurkan memakai tas belanja kain, serta membawa botol minum dan wadah makanan sendiri.
Islam Ajarkan Pelestarian Lingkungan
Agama Islam, ujarnya, mengajarkan pelestarian lingkungan sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat Al Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Salah satunya tercantum dalam surat Al-Isro ayat 26-27 bahwa, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.â€Â
Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah menerbitkan fatwa 47 tahun 2014 pengelolaan sampah. Namun, Dini mengakui, belum banyak yang mengetahui ketentuan ulama ini.
“Memang saya kira sosialisasinya ke bawah yang mungkin kurang, jadi masih sedikit yang mengetahui fatwa tersebut,†jelasnya.
Karena itu, dia mendorong terutama komunitas muslim bisa mengurangi sampah selama Ramadhan.
“Kalau kita mau ini jadi amal kebaikan, kita niatkan di bulan Ramadhan ini kita mau berubah saya mau jadi orang yang lebih baik. Ayolah, ini sebenarnya hal yang sangat ringan,†ajaknya.
ÂÂ
Tips Kurangi Sampah Saat Ramadhan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah. Dalam acara buka bersama, misalnya, panitia dapat mencantumkan informasi dalam undangan bahwa acara tersebut mengadopsi konsep minim sampah. Makanan takjil dapat disuguhkan di piring beling dan air disediakan lewat galon. Dengan demikian, penggunaan plastik bisa diminimalisir.
Namun, ungkap Dini, tidak semua orang bisa langsung meninggalkan plastik. Ada yang tetap menggunakan plastik karena dianggap lebih sopan.
“Agak kaget juga ini sopan nggak ya seperti ini? Yang sering dialami adalah dirasa kurang sopan, dirasa kurang memuliakan tamu,†kisah lulusan S2 desain perkotaan ITB ini.
Selain plastik, banyak juga yang membuang sampah makanan. DKI Jakarta mencatat kenaikan jumlah sampah saat ramadan didominasi sampah makanan. Penggagas Zero Waste Warriors, Zeiny Sofiani, mengatakan banyak orang yang ‘lapar mata’ saat Ramadhan.
“Kayaknya buka sama ini enak, sama itu enak, begitu berbuka kekenyangan, Karena memang tubuh kita nggak butuh makanan sebanyak itu juga,†ujarnya yang memimpin komunitas di Bandung, Jawa Barat.
Guna mengurangi sampah makanan, ujarnya, masyarakat harus bijak dalam berbelanja.
“Yang pertama adalah mengontrol nafsu. Supaya kita nggak barbar ketika buka puasa. Nggak segala pengen dimakan dan akhirnya buang-buang makanan,†ujarnya kepada VOA.
Zeiny mengatakan, sampah makanan sangat berbahaya karena menghasilkan gas metana. Gas ini dapat menyebabkan ledakan di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Karena itu penting bagi kita untuk menghabiskan makanan secara bertanggung jawab. (rt/em/kk/voa)
Editor:kk
ÂÂ
-
Kaleidoskop 20241 hari yang lalu
Kemajuan Pembangunan Kabupaten Banjar di Segala Bidang
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Catatan ATCS Tugu Adipura, Pengendara Merasa Malah Ada Penumpukan
-
Kota Banjarmasin2 hari yang lalu
UMK Banjarmasin Naik Menjadi Rp3,59 Juta
-
Kalimantan Selatan2 hari yang lalu
Dari Banua Creative Festival, Kalsel Incar Tuan Rumah Ekrafnas 2025
-
Kabupaten Banjar3 hari yang lalu
Melati Sekumpul Juara I Gebyar Pemberdayaan Masyarakat Desa
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Begini Hitung-hitungan Pajak Baru Kendaraan Bermotor 2025