Connect with us

HEADLINE

Hadapi 108 Serangan Siber Sejak 2016, Tim CSIRT Pemprov Kalsel Dibentuk

Diterbitkan

pada

Kadis Kominfo Kalsel Gusti Yanuar Noor Rifai. Foto : Rico

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Sepanjang periode lima tahun terakhir, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mencatat ratusan serangan siber. Meski belum tergolong masif, tersedianya ketahanan dan keamanan siber tentu menjadi hal yang sangat penting.

Untuk itu, pada Kamis (12/11/2020) pagi, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) secara resmi membentuk dan sekaligus melakukan peluncuran Computer Security Incident Response Team (CSIRT) di lingkup Pemprov Kalsel.

Direktur Penanggulangan dan Pemulihan Pemerintahan BSSN, Brigjen TNI Beriman Purba mengungkapkan bahwa pembentukan CSIRT bertujuan untuk mengamankan ruang siber di wilayah Kalsel.

“CSIRT ini adalah tim yang merespon keamanan siber di masing-masing daerah. Di Kalsel, baru hari ini kita bentuk dan dilaunching hari ini. Dengan harapan ke depannya Kalsel mampu mengamankan ruang siber mereka dari serangan-serangan tidak terduga,” katanya.

 

Adapun dalam pembentukan CSIRT sendiri membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tergolong banyak dan ahli di bidang masing-masing. Maka, untuk bisa tergabung, setiap SDM harus memenuhi banyak syarat dan kriteria.

BSSN mencatat selama Januari-Oktober 2020, telah terjadi 35 juta serangan siber di Indonesia. Fakta inilah yang membuat pembentukan CSIRT menjadi salah satu program prioritas nasional (major project) yang dituangkan dalam Perpres No 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024.

Brigjen Beriman memaparkan, dari jumlah serangan yang terjadi di tahun ini, 58 persen yang diserang ialah sektor pemerintahan. Serangan itu sendiri berupa perusakan dan pencurian data, sehingga dampaknya dinilai sangat merugikan pemerintah.

“Untuk itu kita menargetkan pembentukan 151 CSIRT, yang tersebar di berbagai daerah. Khusus di tahun ini, target kita membentuk 10 CSIRT dan Kalsel adalah CSIRT yang kelima. Mungkin untuk beberapa tahun ke depan, kita masih fokus pembentukannya di lingkup provinsi, belum sampai di tingkat kabupaten kota,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Provinsi Kalsel, Gusti Yanuar Noor Rifai, menjelaskan, di Kalsel sendiri telah terjadi sebanyak 108 serangan siber, dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Lebih rincinya, 9 serangan siber di tahun 2016, 21 serangan siber di tahun 2017, 18 serangan siber di tahun 2018, dan kembali meningkat pada tahun 2019 sebanyak 38 serangan siber. “Untuk tahun 2020, dari Januari sampai hari ini kita mencatat adanya 22 serangan siber,” paparnya.

Lantas dari mana saja serangan itu berasal? Dalam hal ini, Rifai menyebut bahwa serangan itu ada yang datang luar negeri, contohnya Cina dan Rusia. Termasuk pula ada yang berasal dari dalam negeri sendiri.

“Di tempat kita mayoritas yang diserang itu berkaitan dengan pelayanan. Beberapa SKPD di lingkup Pemprov Kalsel yang telah menerima serangan siber, seperti Bakeuda dan Disnakertrans. Lalu, BKD di Kabupaten Barabai juga sudah dua kali kena serang. Websitenya ditaruh virus lalu datanya diambil,” terangnya.

Terakhir, Kepala Dinas Kominfo berharap ke depannya pembentukan CSIRT juga dapat diterpakan di setiap kabupatan kota yang ada di Kalsel. “Dengan adanya CSIRT, secara otomatis penjagaan siber kita dilakukan selama 24 jam. Untuk CSIRT di Pemprov Kalsel, teknis yang menguasai pengamanan siber sekitar 4 orang saja dan mereka berasal dari birokrasi. Tentu kita butuh lebih banyak SDM lagi,” lugasnya. (kanalkalimantan.com/rico)

Reporter : Rico
Editor : Bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->