Connect with us

Kota Banjarbaru

Hadapi Puncak Kemarau, Seluruh Potensi BPBD Kalsel Dikerahkan

Diterbitkan

pada

BPBD Kalsel menyiagakan heli water bombing untuk antisipasi Karhutla. foto: dok

BANJARBARU, Satgas Karhutla meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) seiiring puncak musim kemarau. Salah satunya, dengan mengerahkan semua potensi, termasuk 4 heli water bombing yang stand by di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru.

Kepala Pelaksana BPBD Kalsel Wahyuddin saat breafing Senin (2/9) pagi mengatakan, ada beberapa titik api yang malam tadi tetap menyala. Terutama kawasan Kertak Hanyar dan Liang Anggang, Banjarbaru. “Alhamdulillah saat ini masih belum terjadi bencana, kita masih pada posisi siaga bencana, karena penerbangan dan sekolah sampai saat ini tidak terganggu kabut asap” ujarnya.

Kabid Pencegahaan dan Kesiapsiagaan Sahruddin manambahkan disiapkan 4 buah heli water bombing yang standby. “Dari 4 heli, kita arahkan 2 buah di Banjarbaru, dan 2 buah standby ke Hulu Sungai dan Tanah Laut,” ujarnya, didampingi Kasubid Kesiagaan Muhari.

Dari laporan BMKG, titik api terjadi di 11 daerah, 2 kabupaten yang sangat potensial ialah Kotabaru dan Tanah laut dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Sementara dari laporan BPBD Kalsel, jumlah kejadian kebakaran lahan 809, jumlah luas lahan terbakar 2056, jumlah luas hutan terbakar 75 hektare.

Di sisi lain, tim Satgas Penegak Hukum Karhutla Ditreskrimsus Polda Kalsel, sudah melakukan tahap lidik dan sidik terhadap 57 kasus kebakaran hutan dan lahan. Parahnya, 90 persen kasus Karhutla yang terjadi di Kalsel saar ini diduga karena faktor kesengajaan manusia.

Data yang dilansir dari BPBD Kalsel, hingga akhir Agustus 2019 setidaknya ada 1.858.8 hektare lebih hutan dan lahan yang terbakar di Kalsel. Kabupupaten Tanah Laut masih merajai dengan jumlah karhutlanya terluas dengan 367.78 hektare.

Kepala Pelaksana BPBD Kalsel Wahyuddin dari 13 Kabuapten/kota elain Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin juga menyumbang jumlah Karhutla terbesar hingga mencapai 332.66 kehtare. Di sisil kemudian oleh Banjarbaru seluas 204.87 kehtare.

“Adapun Karhutla terbanyak berada di kabupaten Tanah Laut dengan jumlah 199 kasus disusul kota Banjarbaru dengan jumlah 137 kasus. Dari berbagai kasus karhutla yang terjadi, diduga 90 persen dilakukan oleh karena kesengajaan manusia,” terangnya.

Wahyuddin memprediksi potendsi terjadinya karhutla di Kalsel ini masih akan terus berlanjut. Terlebih puncak musim kemarau masih akan terjadi hingga akhir bulan September 2019 mendatang.

Sementara menurut Kanit BBM Tipitet Ditreskrimsus Polda Kalsel, Komisaris Polisi Ajie Lukman, hingga sekarang adapun kasus terbanyak masih berada di tangani oleh pihak Polres Banjar, yaitu mencapai 20 kasus lidik, satu diantaranya sudah naik berstatus sidik.

Sisanya diantaranya seperti di Kabupaten Tapin dengan jumlah 3 kasus lidik, disusul Batola 6 kasus lidik, HSS 9 kasus lidik dan Kabupaten Kotabaru 4 kasus lidik. “Dari Polres jajaran se Kalsel sudah terdapat 57 kasus. Tiga di antaranya sudah ada tersangka dan kasusnya sudah dalam tahap penyidikan pihak kepolisian,” bebernya.

Dijelaskan Aji Lukman, hingga sekarang pihaknya terus melakukan update tiap saat dan juga akan diminta laporan per Polres jajaran untuk Dimintakan reserse kriminalnya untuk laporan. Selain dari itu, 54 kasus dalam penyelidikan dan ada satu yang dugaannya mengarah ke kebun dan masih kami dalam apakah ada kaitan dengan koorporasi atau tidak.

“Untuk dugaan yang mengarah ke koorporasi di lahan perkebunan baru satu. Dan ini masih dialami pihak kepolisian dengan menggadeng Polres setempat,” kata Aji Lukman. (rico)

Reporter : rico
Editor : cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->