Connect with us

HEADLINE

Ini Jerit Warga Miskin di Bumi Serambi Mekkah


Di tengah kemiskinan yang mendera, Galib dan Hamdiah luput dari perhatian pemerintah. Tidak satupun bantuan dari pemerintah dirasakan. Tidak ada beras sejahtera (rastra), tidak ada pula jaminan kesehatan dalam keping kartu BPJS.


Diterbitkan

pada

Kondisi rumah yang menjadi tempat tinggal pasangan Hamidah dan Galib. Foto: Rudiyanto

MARTAPURA, Berbagai program pengentasan kemiskinan yang dirilis pemerintah, pusat, provinsi, diteruskan hingga kabupaten/kota. Tapi bagi sebagian warga kurang mampu, utamnaya bagi warga di Kabupaten Banjar, tak ubahnya nyanyian indah yang dilantunkan.

Faktanya, banyak warga miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya di kabupaten berjuluk ‘Serambi Mekkah’ ini,  tak merasakan realisasi berbagai program dengan alokasi anggaran yang tak sedikit tersebut.

Galib dan Hamdiah, pasangan suami istri lanjut usia (lansia) miskin di Desa Pingaran Ulu RT 06, Kecamatan Astambul satu contoh kecilnya. Hanya berpenghasilan sebesar Rp 10.000-20.000 per hari dari bagi hasil menyadap beberapa pohon karet milik tetangga yang tumbuh alami di belakang tempat tinggalnya.

Cukup? Tentu tidak. Karena hanya dengan uang sebesar itu, pasutri yang usianya kini dipastikan lebih dari 70 tahun ini harus benar-benar memilah bahan makan termurah di tengah berbagai harga bahan keperluan pokok yang terus saja bertambah mahal saban tahunnya.

Di tengah kondisi itu, Galib dan Hamidah juga harus menahan dinginnya hembusan angin yang merangsek ke dalam rumahnya melalui dinding papan rumah yang sudah banyak berhias lubang. Utamanya di malam hari dan saat hujan. Tak hanya angin, saat hujan, tempias air juga masuk melalui lubang-lubang di dinding itu.

“Atap juga sudah banyak yang bocor. Jadi kalau hujan, air masuk dan membahasi hampir semua ruangan,” kata Hamdiah sembari menunjuk ke bagian atap rumahnya yang terbuat dari daun rumbia dan terlihast sudah sangat lapuk dimakan usia, Jumat (20/10).

Mirisnya, di tengah kondisi itu, Galib dan Hamdiah luput dari perhatian pemerintah. Karena menurut Hamdiah, sampai detik ini, tidak satupun bantuan dari pemerintah dirasakannya. Tidak bantuan beras untuk warga miskin (raskin), yang saat ini diubah penyebutannya menjadi beras sejahtera (rastra). Tidak pula bantuan jaminan kesehatan dalam keping kartu BPJS.

“Kalau sakit, maharit ai,” ujar Hamdiah.

Jika bantuan rastra dan jaminan kesehatan saja tidak mereka terima, lebih-lebih bantuan rehab rumah. Kendati secara fisik bangunan, rumah yang ditempati keduanya mestinya masuk penerima bantuan.

“Tidak ada sama sekali bantuan yang kami terima. Tidak jaminan kesehatan, tidak beras miskin, apalagi dibantu rehab rumah,” kata Hamdiah diamini suaminya yang sudah sangat renta dan berkurang kemampuan pendengarannya.

Hamdiah dan Galib, pasutri lansia miskin di Desa Pingaran Ulu, Kecamatan Astambul. Foto: Rudiyanto

Tentang jerat kemiskinan di Bumi Serambi Mekkah dan warga kurang mampu seperti Hamdiah dan Galib yang tak terdaftaf sebagai pemerima bantuan, Bupati Banjar H. Khalilurrahman saat dikonfirmasi mengatakan, akan secepatnya mengkooridinasikannya dengan pihak Dinas Sosial.

“Secepatnya akan saya koordinasikan dengan Dinas Sosial, termasuk penyebab warga tersebut tdiak terdaftar sebagai penerima bantuan. Karena memang demikian kondisinya, mestinya harus terdaftar sebagai warga miskin penerima bantuan,” ujar bupati. (rudiyanto)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->