Connect with us

Ekonomi

Ini Lho Prospek Manisnya Usaha Pengolahan Cokelat

Diterbitkan

pada

PRODUK OLAHAN, Cokelat olahan menjadi usaha cerah di kota Banjarbaru. Foto : istimewa

BANJARBARU, Prospek cerah pengolahan cokelat di wilayah Kalsel diyakini punya nilai kembang menggiurkan.

Seperti yang diutarakan pemilik Amah Bobby Bobby Amah (ABBA) Cokelat Bobby Muttaqin. Ia membeberkan, prospek usaha cokelat di Kalsel ke depannya cukup bagus dan menjanjikan.

Hal ini terbukti dengan kemunculan beberapa orang yang berusaha cokelat mengikuti langkah yang sudah dilakukan sejak 10 tahun silam sebagai pelaku usaha pengolahan cokelat di kota Banjarbaru.

“Ada beberapa orang yang sebelumnya pernah ikut kursus di ABBA sampai sekarang masih eksis dan ikut menjadi ‘pemain’ cokelat,” katanya kepada Kanal Kalimantan.

Menurut Bobby, dari segi pengolahan cenderung ada dua hal yang bisa digali untuk pemasaran cokelat ke depannya yang bisa dikuatkan di Kalsel yakni proses pembuatan cokelat.

“Menjadi sebuah atraksi yang menarik, semua orang suka cokelat, jadi ingin tahu seperti apa membuatnya, kita sudah punya mesin dan tinggal cari lokasi untuk memperlihatkan bagaimana proses pembuatan cokelat, dan hal tersebut bisa dijadikan sebagai destinasi wisata,” kata Bobby.

Karena teknologi pengolahan cokelat bukan sesuatu yang stagnan namun dinamis, di dunia usaha cokelat banyak kesempatan untuk memunculkan varian jenis dan konsep yang baru.

“Karena sifatnya selalu berubah dan berinovasi membuka peluang arahnya ke pendidikan, Insya Allah akan dibangun sekolah cokelat dengan harapan bisa mengedukasi anak-anak sekolah dan diharapkan dapat memancing generasi muda untuk tertarik berinovasi di bidang cokelat,” katanya.

Bobby menambahkan, usaha pengolahan kakao menjadi produk cokelat dan turunan akan memberikan margin keuntungan yang besar, bahkan hal tersebut bisa melibatkan orang banyak untuk terlibat dalam menjalankan usaha ini.  Karena selama ini Kalsel menurutnya masih banyak mengandalkan sumber daya alam seperti tambang, perkebunan, dan lain-lain yang masih tertumpu pada hal menjual sumberdaya alam secara komoditi (langsung) dan belum banyak yang menjual hasil sumber daya alam tersebut dengan cara mengolah terlebih dahulu, “padahal di sektor pengolahan marginnya (keuntungan, red) lebih besar dibanding dijual secara komoditi”, ungkapnya lagi.

Bobby menceritakan tentang pengalamannya dalam membimbing para petani kakao yang ada di Kalsel seperti di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten HSS bersama dengan Dinas Perkebunan. Sebelumnya para petani kakao yang ada di kedua daerah ini merasa kesulitan dalam hal pemasaran. Akibat kesulitan tersebut, akhirnya para petani beralih menjadi petani karet dan sawit, sehingga membuat kebun kakao yang mereka tanam menjadi terbengkalai.

Namun menurutnya, sekarang ini para petani kakao yang ada di Kabupaten Tabalong dan HSS sudah dalam tahap rehabilitasi tanaman kakao. Ia juga terus memberikan arahan kepada para petani bahwa tanaman kakao memiliki kelebihan dibanding jenis karet dan sawit.

“Kalau kakao dari proses biji menjadi cokelat sampai siap dikonsumsi, di setiap prosesnya selalu ada pembelinya,” sebutnya.

Ia memberikan contoh misal biji kakao dijual kisaran Rp 20 ribu/Kg, jika sudah difermentasi dijual kisaran Rp 40 ribu/Kg, terus diproses menajdi coklat murni dijual dengan kisaran Rp 100 ribu/Kg, cokelat murni yang sudah dicampur ramuan dengan komposisi tertentu bisa dijual sekitar harga Rp 150 ribu/Kg. “Cokelat yang sudah jadi kemudian dibikin dengan beberapa kreasi produk di pasaran yang siap dikonsumsi harga per kilo bisa mencapai Rp 250 ribu,” sebutnya.

Bobby menyampaikan dalam pemasaran hasil produk kakao pun masih terkendala dari segi beratnya membangun kerjasama dengan para pembeli atau pengusaha kakao.  Selama ini pembeli kebanyakan ingin membeli kakao dalam bentuk komoditi langsung, setelah mereka beli dari para petani nantinya akan mereka jual atau ekspor dengan merk mereka sendiri.

“Kalau seperti ini posisi kita lemah, padahal saya selalu menyampaikan kepada para petani kalau posisi kita akan kuat kalau mau untuk belajar dan berkreasi tentang pengolahan kakao menjadi cokelat, saya ngotot mengajak untuk membangun merk, jadi bisnis bukan semata tentang uang tetapi tentang merk.  Jadi jangan menjual komoditi, kalau komoditi yang dijual kita selalu akan dipermainkan,” pungkas Bobby. (abdullah)

Reporter: abdullah
Editor: Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->