Connect with us

Viral

Kepala ‘Buaya Siluman’ di Babel Dipenggal dan Dikubur Terpisah, Diyakini Agar Tak Hidup Lagi

Diterbitkan

pada

Buaya raksasa yang ditangkap warga Babel Foto: detik

KANALKALIMANTAN.COM, BANGKA – Seekor raksasa dipenggal kepalanya oleh warga Desa Kayubesi, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Warga beranggapan, hal tersebut dilakukan agar buaya yang dianggap sebagai ‘siluman’ itu tak hidup kembali.

“Penguburan terpisah antara badan dan kepalanya. Karena buaya siluman, jadi harus terpisah, kepalanya dikafani, ditakutkan hidup kembali. Sebelum pemotongan, juga ada ritual khusus,” kata Junaidi, Kamis (6/8/2020).

Kepada detik.com, Junaidi menceritakan hewan buas itu memang sengaja ditangkap warga dengan dibantu pawang. Warga menggunakan seekor monyet untuk memancing buaya datang.

Junaidi menuturkan, berdasarkan data BKSDA Babel, sudah ada dua warga nyaris diterkam buaya siluman tersebut saat sedang memancing pada 2016.

“Warga menyakini buaya raksasa itu merupakan buaya siluman. Itu buaya peliharaan (siluman). Kalau buaya yang bersalah, dipanggil dengan ritual khusus, lalu memakan pancing. Bagi yang tidak bersalah, tidak akan kena walau dipancing,” tegasnya.

Sebelumnya, video seekor buaya raksasa diarak warga menggunakan buldoser viral. Buaya raksasa itu ditangkap warga setelah beberapa kali berusaha menerkam warga yang memancing.

Video yang viral berdurasi 19 detik. Video itu memperlihatkan buaya berbobot 500 kg diangkut dengan buldoser.

Beberapa warga mengiringi buaya yang diangkut buldoser itu dari belakang menggunakan sepeda motor. Buaya besar itu diperkirakan memiliki panjang 4,8 meter. Buaya tersebut ditangkap warga di Pulau Bangka, tepatnya di Desa Kayubesi pada Senin (3/8) sekitar pukul 16.00 WIB. Buaya itu akhirnya mati pada Selasa (4/8) sore.

Di sisi lain, Kepala BKSDA Bangka Belitung Septian Wiguna mengatakan pihaknya, setelah mendapat informasi penangkapan, berencana mengevakuasi buaya raksasa itu. Namun, menurut Sekdes, ada aturan adat atau kepercayaan setempat bahwa buaya tersebut tidak boleh dievakuasi karena dipercaya akan memberikan musibah.

Menurutnya, kasus ini merupakan yang kedua kalinya. Pada 2016, pihaknya juga ditolak untuk mengevakuasi buaya. “Kepercayaan warga atau dukun setempat untuk menguburkannya langsung dengan ritual khusus,” kata Septian.

Dia mengimbau masyarakat agar selalu berhati-hati beraktivitas di lokasi yang terindikasi kuat adalah habitat buaya.

“Biarkan buaya tersebut hidup di rumahnya sendiri. Apabila terpaksa ditangkap, diimbau untuk berkoordinasi terlebih dahulu dengan kami agar dapat diantisipasi langkah-langkah penyelamatan buaya sehingga tidak terjadi kematian buaya,” imbaunya.(Kanalkalimantan.com/dtc)

 

Editor: Cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->