Connect with us

Kota Banjarmasin

Ketua IPI : Peningkatan Profesionalisme Pustakawan Itu Mutlak!

Diterbitkan

pada

Para pustawakan di Kalsel menggelar seminar tentang profesionalisme pustakawan dalam mendukung minat baca masyarakat. Foto : Achi

BANJARMASIN, Ada tamu spesial pada seminar “Profesionalisme Pustakawan dalam Mendukung Akreditasi Perpustakaan” yang diselenggarakan oleh IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Kalsel bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Banjarmasin, Selasa (12/12).  Dia adalah Drs Dedy Junaedi M,Si, selaku Ketua IPI se-Indonesia yang juga menjabat Sekertaris Perpustakaan Nasional.

Banyak masyarakat yang belum mengetahui aktivitas IPI, padahal pustakawan juga salah satu profesi yang memiliki organisasi yang menaunginya. Organisasi IPI sudah berdiri sejak tahun 1973, kurang lebih 40 tahun dan sudah 8 kali mengalami pergantian pengurusan. Dan Deddy Junaedi menjadi salah seorang ketua yang dipercaya menjabat dua periode.

Kepada Kanalkalimantan.com, Dedy Junaedi memaparkan kontribusi nyata yang telah dilakukan IPI selama ini. Termasuk menguraikan segala upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pustakawan di Indonesia.

“Salah satu upaya yang telah IPI lakukan selama ini adalah di bidang regulasi mengenai pembuatan undang-undang atau peraturan terkait keperpustakaan. IPI secara langsung bermitra dengan perpustakaan nasional dan sesuai UUD 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, dimana amanahnya harus ada organisasi profesi ikatan pustaka di Indonesia yang dapat menaungi profesi ini dan sesuai dengan hasil kongres maka terbentuklah IPI di tiap daerah provinsi salah satunya di Kalimantan Selatan,” jelasnya.

Untuk masalah sertifikasi pustakawan, telah dibentuk lembaga sertifikasi dari lembaga independen untuk meningkatkan kompetensi pustakawan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. IPI pusat memandatkan tiap pengurus daerah harus rutin mengadakan pelatihan bersertifikat kepada anggota IPI itu sendiri agar dapat meningkatkan standar pustakawan di Indonesia.

Tidak hanya berkiprah di nasional, tapi IPI juga sudah berkiprah secara regional, dan internasional. Dengan menjalin kerjasama dengan tingkat regional ASEAN yaitu CONSAL (Conference of South Asia Librarians) dimana Indonesia sudah pernah beberapa kali menjadi tuan rumahnya.

“Kendala yang kerap kali terjadi dalam keanggotaan IPI sendiri dimana hampir semua anggota IPI terikat oleh pekerjaan yang lain. Jadi hasilnya kurang fokus terhadap organisasi ini,” ungkapnya.

Lalu menanggapi wacana terkait IPI hanyalah sekedar organisasi keprofesian saja, tetapi belum terlihat secara nyata dan mandiri,  Dedy Junaedi tidak menapik anggapan itu. Hal ini dikarenakan IPI sendiri memang masih bergantung pada instansi yang terkait khususnya masalah keuangan.

Tetapi, untuk kontribusi secara nyata tentu IPI sudah berusaha semaksimal mungkin. Dia berharap kedepannya IPI bisa menjadi organisasi yang independen dan mandiri secara substansial dan finansial.

Terkait pengembangan perpustakaan, dia berpandangan perpustakaan yang baik itu disesuaikan dengan lokasinya yang strategis, dukungan sarana dan prasarana memadai. “Dalam hal ini, kompetensi SDM perpustakaan sangat penting untuk mengelola berbagai jenis informasi maupun layanan di perpustakaan dan pastinya harus menyesuaikan di era digital. Intinya perpustakaan secara ideal itu yang mudah diakses,” jelasnya.

Dengan adanya organisasi profesi ini, membuat profesi pustakawan diakui sebagai bidang profesi yang professional dan kompeten.(achi)


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->