Kanal
Kisah Hasbullah, Tinggalkan Kehidupan Mapan Demi Bangun Madrasah di Desa
MARABAHAN, Hasbullah (30) rela meninggalkan kehidupan mapannya di Kapuas demi mengajarkan baca tulis Al Quran di desa kelahirannya, Desa Parimata, Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala. Kini, tujuh bulan berjalan, Ia dan anak istrinya hidup seadanya di rumah kecil di belakang Masjid Mujahidin.
“Rumah ini sebenarnya untuk marbot masjid, tapi dipinjamkan ke saya,” ucapnya memulai kisah kepada Kanalkalimantan.com, Selasa (10/12).
Sebelumnya, Hasbullah adalah seorang guru tetap di salah satu sekolah Muhammadiyah di Kapuas. Kehidupannya sudah cukup mapan. Punya rumah dan penghasilan tetap. Namun, akhirnya Ia rela menjual rumah untuk pindah ke Desa Parimata dan menjadi guru ngaji di sana.
“Saya merasa terpanggil untuk memajukan kampung halaman. Di sini belum ada sekolah agama, sementara juga masih banyak yang belum bisa baca tulis Al Quran,” tutur Hasbullah.
Niat dan pengorbanannya mendapat dukungan sang Istri, Rinawati (23). Meski awalnya berat, Rina menerima keadaan dan bersama-sama berjuang mendampingi Hasbullah. “Alhamdulillah, Allah yang menolong kami, ada saja kemudahan yang datang tak terduga,” ucapnya.
Salah satu yang diingat Rina adalah saat mau melahirkan anak keduanya. “Kami tak punya uang sepeserpun, tapi pertolongan datang begitu saja. Biaya persalinan pun yang harusnya dibayar Rp 1,5 juta ternyata jadi Rp 400 ribu saja,” kenang Rina.
Melalui kerja keras Hasbullah, tanah wakaf seluas 15×35 meter di desa tersebut kini akan dibangun sebuah sekolah madrasah. Kebaikan demi kebaikan datang tak terduga. Sekitar 7 pemuda desa juga tergerak beramai-ramai sukarela mencari kayu galam untuk membuat pondasi sekolah. Meski baru bagian pondasi, harapan warga desa memiliki sekolah agama kini mulai bangkit kembali. “Para tetua kampung sebenarnya sudah puluhan tahun merencanakan untuk membangun sekolah agama di sana, tapi belum terealisasi,” ujar Hasbullah.
“Banyak anak-anak di sini akhirnya sekolah ke luar daerah untuk menuntut ilmu agama,” imbuhnya.
Dibantu jamaah Muhammadiyah, sejak bulan Juli 2019 Hasbullah menggalang donasi, namun hingga sekarang baru terkumpul sekitar Rp 60 juta. Sementara keperluan pembangunan sebesar Rp 135 juta.  “Kami berharap tahun 2020 bangunan sekolah sudah terwujud. Para guru sudah siap untuk mengajar. Semoga banyak yang mau membantu kami,” harapnya.
Kesederhanaan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Hasbullah dan Rinawati. Berdua mereka menghidupkan masjid dengan berbagai kegiatan keagamaan. Sebanyak 20 anak-anak dan 10 lansia diajari baca tulis Al Quran. Pengajian juga rutin dilaksanakan.
Mereka adalah sebuah potret kecil para pejuang pendidikan. Pejuang yang selalu semangat untuk mendidik moral generasi bangsa agar jadi lebih baik. (Retno)
Editor : Chell
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Naik 6,5 Persen, Upah Minimum Kalsel 2025 Rp3,4 Juta
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Koordinator Posko Tim Banjarbaru Hanyar Diancam Dihabisi, Dikirimi Dua Surat Kaleng
-
HEADLINE1 hari yang lalu
KPU Banjarbaru Siap Hadapi Gugatan MK
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Tak Ada Gugatan di MK, Muhidin-Hasnur Menunggu Dilantik
-
DPRD KOTABARU1 hari yang lalu
Sowan ke Bakti Kementerian Komdigi, Komisi II dan Diskominfo Kotabaru Perjuangkan Akses Internet
-
Satpol PP Kab Banjar1 hari yang lalu
Satpol PP Banjar Dapati 7 Penjual Anakan Ikan