RELIGI
Kisah Masjid Kanas di Banjarmasin, Konon Didirikan Ulama Sufi Keturunan Datuk Kelampayan
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Ornamen buah nanas di atas kubahnya menjadi keunikan tersendiri bagi sebuah masjid yang terletak di Alalak Tengah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Siapa sangka, masjid bernama asli Masjid Jami Tuhfaturroghibin ini merupakan masjid bersejarah. Masjid tertua ke-3 setelah Masjid Jami Banjarmasin.
Masjid ini didirikan oleh seorang ulama Alalak, H Marwan bin H Marwan Amin, yang dikenal sebagai ulama sufi dan konon merupakan keturunan ke-4 Syekh Muhammad Arsyad al Banjari atau Datuk Kelampayan.
Masjid ini pun sebelumnya berjuluk ‘Masjid Kanas’. Kanas merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab ‘Kannasa/ كَنَّسَ ‘ berarti menyapu atau membersihkan.
Baca juga : Sumber Ceceran Solar Tak Diketahui, Petugas Bersihkan Jalan Mistar Cokrokusumo Sungai Besar
Masjid Kanas yang dibangun pada 11 Muharram 1357 Hijriyah/14 Maret 1938 tersebut awalnya tak memiliki nama dan hanya beratapkan kubah lambang bulan bintang.
Namun pada tahun 1970-an, Ketua Pengurus Masjid Jami Tuhfaturroghibin, Ahmad Jumirin Asiqin menceritakan, terjadi kejadian kubah masjid itu disambar petir.
“Akhirnya ditutuplah kubahnya itu dengan tajau belanga atau sejenis gentong, lalu ditambah dengan seng lalu dijadikan ornamen buah kanas, itu sejarahnya, sejak saat itu langsung banyak masyarakat yang menjuluki Masjid Kanas,” ujar Ketua Pengurus Masjid Kanas, Ahmad Jumirin Asiqin saat diwawancarai, Senin (3/10/2022).
Lambat laun, masjid ini diberikan nama Masjid Jami Tuhfaturroghibin. Sebuah nama yang dikutip dari nama kitab karangan Datuk Kalampayan sekitar awal tahun 1980-an.
Baca juga : Masih Menjadi Misteri, Pengemudi Xenia Terbalik Depan ULM Banjarbaru
Awalnya Masjid Kanas dibangun bak rumah panggung dengan anjang–anjang, mirip Masjid Agung Demak yang konon juga pembangunannya dipengaruhi oleh Kerajaan Demak.
Hingga saat ini, masjid ini sudah melakukan beberapa kali renovasi hingga mengubah bentuk aslinya yang tak terabadikan.
Masyarakat pun ingin masjid tersebut direvitalisasi lagi ke bentuk aslinya. Namun, diketahui mereka masih terkendala dengan dana dan bahan bangunan yang sulit didapatkan.
“Sayangnya itu, kita mau mengembalikan ke bentuk asal tapi masih terkendala karena butuh dana sekitar Rp 16 miliar untuk revitalisasi dengan bahan ulin. Yang mana juga kayu ulin sendiri sulit di dapat dan mahal, sekarang jarang ada ulin yang bagus,” katanya.
Baca juga : Kebakaran di Kampung Arab, Satu Rumah Rusak dengan Total 10 Jiwa Terdampak
Meski begitu, dikatakan Jumirin, masyarakat masih mempertahankan keaslian empat soko gurunya atau tiang utama masjid tersebut yang berdiri kokoh sepanjang kurang lebih 30 meter ke atas.
Tak hanya itu, masjid berserah ini pun masih memiliki dan memakai sebuah mimbar asli yang berumur lebih dari 80 tahun. Kubah Kanas pun masih identik menjadi benda sejarah keberadaan masjid ini. (Kanalkalimantan.com/wanda)
Reporter : wanda
Editor : cell
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Naik 6,5 Persen, Upah Minimum Kalsel 2025 Rp3,4 Juta
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Koordinator Posko Tim Banjarbaru Hanyar Diancam Dihabisi, Dikirimi Dua Surat Kaleng
-
HEADLINE2 hari yang lalu
KPU Banjarbaru Siap Hadapi Gugatan MK
-
Satpol PP Kab Banjar2 hari yang lalu
Satpol PP Banjar Dapati 7 Penjual Anakan Ikan
-
DPRD KOTABARU2 hari yang lalu
Sowan ke Bakti Kementerian Komdigi, Komisi II dan Diskominfo Kotabaru Perjuangkan Akses Internet
-
Kota Banjarbaru1 hari yang lalu
Serahkan Eco Office Eco School Award 2024, Ini Kata Wali Kota Aditya