Kabupaten Banjar
Kisah 40 Warga Lombok yang Memutuskan Mengungsi ke Kabupaten Banjar
MARTAPURA, Derita panjang mengiringi warga Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pasca rentetan gempa yang terjadi beberapa waktu lalu. Selain rumah yang luluh-lantak hingga harus hidup di tempat penampungan, mereka pun setiap saat didera rasa was-was. Hidup penuh prihatin dengan perasaan tak tenang, menyebabkan mereka memilih mengungsi ke rumah sanak saudara di daerah lain.
Seperti dilakukan 40 warga Lombok yang mengungsu ke rumah keluarganya. Mereka saat ini menempati lokasi transmigrasi di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Riam Kanan Irigasi 2. Lokasi tersebut berada di Desa Sungai Batang RT 01, Kecamatan Martapura Barat.
Di rumah milik Zainudin, yang merupakan keluarga dari para pengungsi tersebut, mereka tinggal sementara. Belum dipastikan sampai berapa lama mereka akan menetap, namun yang paling penting, adalah menghilangkan dulu rasa trauma pasca bencana gempa yang mereka alami.
Sebab dari 40 orang yang mengungsi tersebut, terdapat 13 kepala keluarga yang terdiri 22 orang dewasa, 14 anak-anak, dan empat balita. Dari jumlah tersebut, beberapa di antaranya datang sejak tanggal 24 Agustus lalu, dan lainnya menyusul beberapa hari kemudian.
Zainudin selaku pemilik rumah mengatakan, semua pengungsi tersebut merupakan keluarganya di Lombok. Mulai dari adik, kakak, hingga ipar dan keponakan serta lainnya. “Ada yang datang pada Jumat dan Sabtu,†katanya.
Terkait kedatangan para pengungsi tersebut, Selasa (28/8), tim dari Puskesmas Martapura Barat mendatangi mereka untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah dicek, Kordinator Puskesmas Martapura Barat Elya mengatakan, tidak ada yang mengalami sakit parah.
“Hanya satu balita yang mengalami batuk pilek dan satu lansia yang mengalami kaki bengkak. Dari hasil pemeriksaan kami, kesehatan mereka semua aman,†jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pengungsi Nurdin mengatakan kedatangan mereka karena masih trauma dengan gempa yang hingga beberapa waktu lalu masih terus terjadi di Lombok. Malah, Nurdin yang tinggal di wilayah Lombok Timur Kecamatan Pringgabaya, Desa Batuyang itu sempat lari ke gunung hingga ke desa-desa lain untuk menyelamatkan diri.
“Cucu saya yang masih berusia tiga bulan sempat masuk rumah sakit akibat gempa,†katanya.
Saat dirawat di rumah sakit, gempa pun kembali terjadi. Hingga cucunya yang seharusnya masih proses rawat inap pun ia ambil untuk rawan jalan saja. Di tengah rasa was-was dan tidak aman inilah, ia memutuskan hijrah ke rumah keluarganya di Desa Sungai Batang, Martapura Barat. “Ketika malam setelah gempa itu kami lari dari kampung ke lapangan kemudian ke pasar. Setelahnya kami memutuskan ke Banjar karena ada keluarga,” ungkapnya.
Untuk sampai di Banjar, tak sedikit pengorbanan yang mereka lakukan. Termasuk soal biaya perjalanan yang harus mereka tanggung. Tak kurang uang Rp 25 juta harus mereka keluarkan dalam perjalanan tersebut. Dari Lombok hingga sampai di Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru dan ke rumah milik Zainudin di Sungai Batang. (rendy)
Editor : Chell
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Lima Rumah Hangus di Guntung Paikat, Diduga Kabel Listrik Sudah Tua
-
HEADLINE2 hari yang lalu
DJBC Kalbagsel Lepas Ekspor 2.016 Kg Belut Hidup Kalsel ke Tiongkok
-
HEADLINE2 hari yang lalu
KPK Pasang 8 JPU Perkara Korupsi Dinas PUPR Kalsel
-
Kabupaten Balangan3 hari yang lalu
750 Formasi CPNS dan PPPK 2024 Pemkab Balangan, Seleksi Berjalan Sesuai Jadwal
-
Kota Banjarbaru1 hari yang lalu
Turunkan 413 Personel Pengamanan Nataru di Banjarbaru
-
Lifestyle1 hari yang lalu
Ide Kreatif Anak Muda Peduli Lingkungan Dituangkan dalam Kertas Kebijakan