Connect with us

HEADLINE

Kritik Tokoh Berpenampilan Islami Film “Badrun & Loundri” dari Pinggiran Sungai Banjarmasin

Diterbitkan

pada

Program Layar Film Banjar 2023 oleh Forum Sineas Banua yang akan ditutup 16 Desember 2023 dengan penayangan film Badrun & di Banjarmasin Creative Hub. Foto: wanda

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Kreatifitas anak muda Banua mulai membuka jalan lebar menuju kancah nasional dunia perfilman Indonesia.

Kolaborasi membanggakan dari industri film Kalimantan Selatan (Kalsel) kali ini ditunjukkan oleh Forum Sineas Banua (FSB) program exhibisi tahunan Forum Sineas Banua bertajuk Layar Film Banjar (LFB) 2023.

LFB 2023 adalah sebuah event perayaan untuk sineas Kalsel yang agendanya menampilkan karya-karya film pelajar dan umum baik film panjang, pendek, video clip, dan dokumenter.

Dalam event itu mereka mempersembahkan sebuah film drama satir berjudul ‘Badrun & Loundri’. Film hasil garapan kerjasama dari Jogja Film Academy (JFA), KlikFilm, Garin Workshop dan juga Forum Sineas Banua (FSB) sendiri.

Baca juga: Cerita Dua Produser Film “Ancika 1995” dan “Saranjana Kota Ghaib”, Industri Perfilman Kalsel Cerah

Film Badrun & Loundri merupakan karya sutradara Garin Nugroho yang mengangkat kisah-kisah nyata di Indonesia, perpolitikan agamis dalam negeri, dan mengambil setting lokasi di pinggiran sungai Banjarmasin.

Film ini sebelumnya sudah launching di Jakarta World Cinema Week dan Jogja Asian-NETPAC Film Festival (JAFF). Hampir semua produksi melibatkan kru dan pemain dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Keterlibatan Forum Sineas Banua dalam badan produksi film Badrun & Loundri berdasarkan hasil workshop yang dilaksanakan Garin Nugroho dan Arswendy Beningsawa.

Baca juga: Pegiat Alam Bebas di Kalsel Dibekali Ilmu Hadapi Gigitan dan Gangguan Ular

Dalam rangkaian workshop tersebut Forum Sineas Banua diajak membuat tim penulisan naskah, dimana semua cerita diambil dari latar peristiwa yang dekat dan terjadi di Kalsel.

“Gagasan film ini dibuat berdasarkan suatu peristiwa-peristiwa yang sangat dekat dengan pengalaman warga setiap orang, lalu dirangkai satu persatu untuk mendapatkan gambaran yang lebih besar,” ujar Garin Nugroho dalam keterangan yang diterima saat sesi wawancara di Jogja Asian-NETPAC Film Festival.

Badrun & Loundri sekilas tampak begitu sederhana, karena tidak memakan budget begitu besar dalam produksi.

Meski terlihat simpel, namun visual yang ditawarkan oleh Garin dalam film ini benar-benar bisa menyihir penonton dengan adegan long take-nya dari pemandangan Banjarmasin yang dipenuhi oleh air.

Baca juga: Lomba Renang 50 Meter SD SMP Warnai HUT ke-27 Lanal Banjarmasin

“Menenangkan dan bikin hati adem. Visualnya boleh sederhana, tapi cerita yang ditawarkan di film ini cukup menarik dan cukup menyindir,” ungkap dia.

Lewat film ini, Garin seperti ingin menyenggol keresahan yang kerap terjadi terjadi di Indonesia. Terlebih saat ini akan memasuki Pemilu 2024. Kemudian dituangkan melalui kritikan cerdiknya lewat film bergenre drama tersebut.

Film ini sarat muatan politis seperti Daun di Atas Bantal (1998), tetapi dikemas dengan pendekatan yang lebih ringan menyerupai filmografinya yang lain, Rindu Kami Padamu (2004).

“Di beberapa daerah dengan kultur agamis seperti di Banjar, memang masih jamak ditemukan kelompok masyarakat yang fanatik terhadap tokoh-tokoh berpenampilan Islami. Terlebih banyak kasus penipuan yang mengatasnamakan agama, seakan agama menjadi jualan yang manis untuk menarik hati masyarakat,” terangnya

Film Badrun & Loundri muncul sebagai gagasan atas maraknya pencitraan dari simbol busana dan pencitraan digunakan untuk menyetir persepsi publik.

Baca juga: Terjerat Korupsi Proyek 50 Jamban, Kades dan Aparatur Desa Astambul Kota Disidang

Persepsi umum yang telah terkondisikan dengan sendirinya akan membentuk opini publik. Lalu, opini kolektif melahirkan narasi yang cenderung dipercayai banyak orang.

Film Badrun & Loundri akan menjadi film penutup rangkaian acara Layar Film Banjar 2023 pada 16 Desember 2023 di Banjarmasin Creative Hub.

Dalam rangkaian LFB pada Jumat (15/12/2023) kemarin, FSB menghadirkan dua produser film nasional berdarah Banjar, yakni Budi Ismanto sebagai produser film Ancika 1995 dan Johansyah Jumberan sebagai produser film Saranjana Kota Ghaib.

Kedua produser cakap itu membekali puluhan insan kreatif Banua dalam focus group discussion yang juga dilaksanakan di Banjarmasin Creative Hub. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter : wanda
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

slot pulsa slot dana slot luar negeri https://pa-jakartatimur.go.id/plugins/ https://international.untan.ac.id/wp-content/files/ https://international.untan.ac.id/portal/ gemilang77 slot luar negeri https://englishedu.untan.ac.id/layanan/ situs toto toto slot toto slot gacor bandar situs toto https://stikesbanyuwangi.ac.id/register/ https://dpkukm.tebingtinggikota.go.id/plugin/ slot deposit pulsa https://rusun.disperkim.semarangkota.go.id/mail/ https://rusun.disperkim.semarangkota.go.id/portal/ https://rusun.disperkim.semarangkota.go.id/storage/ situs toto slot gacor hari ini slot qris https://telukbelengkong.inhilkab.go.id/solusitoto/ https://telukbelengkong.inhilkab.go.id/data/ https://figmmg.unmsm.edu.pe/data/ https://figmmg.unmsm.edu.pe/mail/ slot qris toto slot slot luar negeri toto slot situs toto situs toto situs toto situs toto situs toto slot pulsa situs toto situs toto situs toto situs toto situs toto slot situs toto
-->