Politik
Maju Pilkada 2020, Kandidat Harus Punya Branding Tepat untuk ‘Rayu’ Pemilih
BANJARMASIN, Jelang Pilkada 2020, para calon yang akan bertarung harus mempunyai kemampuan menarik dukungan pemilih. Maka kandidat harus mempunyai branding yang tepat. Sirajuddin Kahfi, Founder The Mask Political Branding Consultant, menjelaskan bahwa branding yang akan cocok bagi para calon pilkada mendatang adalah branding kebanggaan identitas.
Ia mengambil contoh kemenangan pasangan Ibnu-Herman yang menggunakan logo hati yang di mana menurutnya logo tersebut melambangkan sebuah kecintaan. Kemudian, yang belum muncul saat ini adalah rasa yang ada setelah kecintaan itu sendiri, yaitu kebangaan.
“Orang Banjar ini, ketika dulu saya masih di Kota Malang, orang Banjar ketemu di warung kopi misalkan, tahu sama-sama pakai bahasa Banjar tapi tidak saling sapa,” ungkap Sirajuddin ketika ditemui usai menjadi pembicara dialam diskusi yang diadakan oleh Gerakan Milenial Indonesia (GMI) Kalsel dan Kolaborasi Pemuda Indonesia (KOPI) Kalsel dengan tajuk diskusi Generasi Milenial Menyongsong Pilkada 2020 Kalsel.
Sirajuddin menerangkan, orang Banjar memang mencintai Banjar. Tapi masih banyak yang belum bangga atas identitasnya sebagai orang Banjar. Sehingga branding tokoh pemimpin yang cocok untuk pilkada 2020 mendatang adalah sosok yang di mana ia mempunya kebanggaaan yang bisa ia banggakan untuk Banjarmasin. Dan sebaliknya, Banjarmasin pun bangga memiliki sosok tersebut.
Menjual branding sendiri bukan ihwal dari seberapa kerennya branding itu. Namun disesuaikan dengan sasaran pasar dan juga konstituen. Di Banjarmasin sendiri, kelas masyarakat sudah memasuki level menengah ke atas. Ketika berada di titik ini, life style lah yang menjadi perbincangan. Sehingga ketika berbicara life style, tentu berbicara tentang hal apa yang bisa dibanggakan sebagai warga Banjarmasin dari life style itu sendiri.
Beberapa waktu lalu Banjarmasin telah di-launching menjadi kota sungai terindah dan menurut Sirajuddin ia secara pribadi tidak merasa bangga atas hal itu. Karena menurutnya hal tersebut tidaklah tepat. “Kalau dikatakan terkeruh, iya,” tuturnya.
Menurutnya akan lebih tepat jika saja Banjarmasin tidak dikatakan sebagai kota sungai terindah tapi dikatakan sebagai kota sungai terlama atau kota sungai tertua. Sehingga ada nilai jual dari sisi sejarah yang tentunya hal itu bisa berpengaruh jika dipadukan dengan pariwisata.
“Namanya branding ya disesuikan. Jadi jangan sampai nanti ada orang sudah di atas 40 atau 50 tahun disesuikan dengan anak muda lalu dia disesuikan pakai jeans dan segala macam, itu ga masuk. Ketika dia di tempat orang tua, dia bisa dituakan. Ketika dia orang muda maka dia harus bisa menjadi seorang adik. Itu namanya branding, harus tepat. Ketika ini bisa dilakukan oleh seorang calon, pilkada mendatang saya yakin dia bisa pegang,” pungkasnya.(mario)
<
div class=”reporter”>
Reporter : Mario
Editor : Chell
-
pilkada 20242 hari yang lalu
Dilaporkan ke Bawaslu Kalsel Soal Tindak Pidana Pemilu, Syaifullah Tamliha Dipanggil Klarifikasi
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Demo Warga Respon Suara Tidak Sah ‘Menang’ Pilwali Banjarbaru, Tuntut Pilkada Ulang!
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Warga Pendemo Minta KPU Banjarbaru Tunda Penetapan Hasil Pilwali
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Forum Ambin Demokrasi: Pilwali Banjarbaru Layak Diulang
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Sah! Lisa Halaby-Wartono Pemenang Pilwali Banjarbaru
-
HEADLINE1 hari yang lalu
Tim Haram Manyarah Gugat Pilwali Banjarbaru, Lapor ke Bawaslu-DKPP-MA-MK