Connect with us

HEADLINE

‘Mengap-mengap’ Angkot Kuning Kota Seribu Sungai

Diterbitkan

pada

Angkot kuning makin redup di Banjarmasin. Foto : net

BANJARMASIN, Selama bertahun-tahun, kota Banjarmasin kian hari makin kehilangan indentitas kota sebagaimana kota-kota besar lain di Indonesia. ‘Ketiadaan’ alias makin berkurangnya penumpang membuat angkutan umum meredup di kota berjuluk Seribu Sungai.

Setidaknya hal ini dibuktikan langsung oleh Nasrullah, dosen program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Sekitar sebulan lalu, ia mencoba naik angkutan kota (Angkot) kuning dari Terminal Km 6 Banjarmasin dengan tujuan terminal pasar Antasari dan terus ke Pasar Malabar Banjarmasin. Sepanjang perjalanan itu, ternyata ia hanya satu-satunya penumpang di dalam angkot berwarna kuning tersebut.

Nasrullah sempat berbincang dengan sang sopir yang membawa Angkot kuning tersebut, menurut sang sopir faktor utama penyebab sepinya penumpang adalah pergeseran terminal Pasar Antasari awal tahun 2000-an dan kian massif-nya para pengguna sepeda motor.

Kebijakan pemerintah kota yang memperbaharui terminal Pasar Antasari dengan cara menggeser posisi terminal menjadi lebih tinggi membuat penumpang harus berjalan mendaki untuk mencapai unit-unit Angkot yang sedang antre tunggu penumpang.

“Dampaknya adalah penumpang lebih banyak menunggu di bawah terminal dan di tepi jalan,” kata Nasrullah mengutip pendapat sang sopir angkot.

Perubahan pola penumpang itu, maka muncullah terminal liar alias terminal bayangan, akibatnya terminal pun menjadi semerawut. Pun setali tiga uang ada berbagai persoalan hukum muncul akibat pergeseran terminal serta pembangunan pasar Sentral Antasari.

Kondisi itu kian menurut Nasrullah, kian diperparah mudahnya masyarakat membeli atau lebih tepatnya mengkredit sepeda motor baru ataupun bekas. Dimana ‘hasilnya’ membuat orang lebih nyaman dan murah berpergian kemana saja. Penumpang Angkot kuning selain kalangan umum adalah para pelajar yang pulang pergi ke sekolah, setengah disengaja ‘direbut’ oleh orang tua mereka dengan menyediakan sepeda motor sendiri.

“Kita kenal masyarakat Banjarmasin termasuk punya mobilitas tinggi, bermigrasi dan menetap di suatu tempat,” ujarnya.

Tidak bisa dipungkiri, angkutan umum makin hari makin tenggelam oleh kemajuan zaman. Ditambah pula mudahnya masyarakat mengakses aplikasi jasa ojek daring hanya dengan menggunakan sentuhan jari.

Nasrullah mengajak agar masyarakat tidak hanya melihat angkutan umum ini bukan sekedar dari fisik tapi juga persepsi. “Jalan raya adalah suatu peristiwa komunal di mana orang bisa duduk berhadapan dengan tujuan yang sama, mereka bisa berbincang dengan hanya diwadahi angkutan kota,” bebernya.

Persoalannya, orang kadang berpikir transportasi harus cepat. Jadi bisa saja angkutan kota bukan lagi menjadi sarana dimana masyarakat ingin pergi dari satu tempat ke tempat yang lain, tapi menjadi tempat dimana masyarakat bisa menikmati kota.

“Jalan raya itu suatu tempat yang bisa kita nikmati, duduk, mengelilingi kota dan hal ini pun bisa terkoneksi dengan program pariwisata. Jadi orang berjalan di kota itu untuk dinikmati, bukan untuk mencapai suatu tujuan titik tempat saja,” jelasnya.

Ia pun meminta agar pemerintah jangan hanya mensubsidi, barangkali jika regulasi memungkinkan, pemerintah bisa memberikan angkot gratis tapi tetap bisa mengundang pengiklan.

Dishub Banjarmasin Siapakan Angkutan Massal 2019

Sementara itu, Ichwan Noor Khalik, Kepala Dinas Perhubungan Banjarmasin memang mengiyakan, sudah banyak sekali kendaraan pribadi yang ada di kota Banjarmasin. “Mungkin hampir 1 juta jumlah kendaraan di Banjarmasin, belum lagi yang datangnya dari luar daerah,” katanya.

Tentu jalan di Kota Seribu Sungai tidak akan pernah bertambah luas. Maka dari itu menurut Ichwan harus ada solusi dari pemerintah. “Kalau tidak ada tindakan, saya jamin lima tahun ke depan (transportasi) tidak akan bisa jalan,” akunya.

Dishub Banjarmasin sendiri sudah melakukan tindakan rekayasa lalu lintas seperti menyiapkan jalan satu arah dan menutup U Turn. Meskipun sempat menerima tolakan keras, Ichwan tetap menjalankannya karena demi kenyamanan masyarakat dalam berkendara. Namun, sifat masyarakat yang susah berubah dan sudah terbiasa dengan kondisi jalan yang ada menjadi salah satu kendala.

Ia mengambil contoh di jalan Brigjen Hasan Basri dulunya begitu macet dengan adanya PKL. Pun dengan jalan Cemara Raya yang macet karena para pengendara bisa datang dari dua arah. “Apalagi jalan Cemara kan salah satu pusat keramaian, harusnya satu arah. Sehingga bisa menjadi objek landmark Banjarmasin. Kalau dua arah begini pasti akan macet,” katanya.

Terkait kemudahan mendapat kredit kendaraan juga tidak lepas dari komentar Kadishub Banjarmasin ini. Ia mengatakan bahwa harus adanya moratorium, khususnya roda dua. “Salah satunya begini, tidak ada kebijakan dari pemerintah. Jadi harusnya ada kajian jumlah kendaraan. Kalau sudah melebihi jumlah, tidak boleh lagi ada masuk (ke Banjarmasin),” ujar Ichwan.

Kebijakan Pemkot Banjarmasin ke depan, Dishub sudah menyiapkan transportasi massal pada tahun 2019 mendatang dengan cakupan isi 19 hingga 20 orang. Upaya itu coba dilakukan karena menurut mereka angkutan kota sudah tidak representatif lagi.

Angkutan massal itu nantinya akan full ac, memiliki tempat duduk berhadapan yang nyaman, dan jika memungkinkan akan dipasang fasilitas Wi-Fi.

Sempat pula disinggung mengenai transportasi air, Ichwan mengatakan, ada rencana menghidupkan transportasi sungai. Namun, sayang sungai sudah terlalu banyak jembatan dan sungai yang mati.

Meskipun begitu, ia menambahkan bahwa jalan Veteran sudah direncanakan untuk jalur transportasi air, di tengah-tengah akan ada sungai dan diapit jalan raya di kanan dan kiri. “Seperti Teluk Dalam, contoh sungai di tengah, jalan kanan kiri,” sebutnya.

Hanya saja angkutan umum berbasis air di masyarakat Ichwan mengakui hal itu masih agak sulit. (mario)

Reporter : Mario
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->