Connect with us

NASIONAL

Mengenang Pak Tino Sidin, Pelukis dan Guru Gambar yang Periang

Diterbitkan

pada

Pak Tino Sidin menjadi ikon hari guru versi google doodle hari ini

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Hari ini (25/11/2020) Google menampilkan ‘doodle’ bergambar Pak Tino Sidin, seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal dengan acaranya di stasiun TVRI di era 80-an.

Tino Sidin (lahir di Tebingtinggi, Sumatra Utara, 25 November 1925 – meninggal di Jakarta, 29 Desember 1995 pada umur 70 tahun) adalah seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal dengan acaranya di stasiun TVRI era 80-an, yaitu Gemar Menggambar.

Dalam acara ini “Pak Tino” mengajar anak-anak bahwa menggambar itu mudah, dan merupakan perpaduan dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Pada akhir setiap acara ia menunjukkan gambar-gambar yang dikirim oleh pemirsanya dan kemudian menambahkan komentar yang sangat dikenal, “Bagus!”.

Tino juga sering membuat karya lukis yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah lukisan berjudul “Empat Anak Main” yang merupakan penggambaran dari 4 orang putrinya. Tino Sidin meninggal pada 29 Desember 1995, kediamannya di Yogyakarta diubah menjadi museum Taman Tino Sidin pada tahun 2017.

 

Tino Sidin yang lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta itu tak lupa selalu memuji setiap karya lukisan bocah-bocah yang dikirimkan kepadanya pada Gemar Menggambar di TVRI. Bagi Tino Sidin tak ada lukisan anak-anak yang buruk, karena setiap karya lukisan mempunyai karakter unik sendiri-sendiri. Karena prinsipnya adalah membuat bocah-bocah itu suka menggambar.

Kecintaan Tino Sidin pada dunia lukis dan anak-anak tersebut sungguh bertolak belakang dengan kehidupan masa lampaunya yang penuh dengan kekerasan. Latar belakang pada masa-masa revolusi kemerdekaan memang membuat Tino Sidin ikut berjuang dalam situasi kekerasan yang jauh berbeda dengan masa-masa kedekatannya dengan anak-anak melalui seni lukis.

Sebab dia pernah ikut andil dalam perang revolusi kemerdekaan dengan menjadi anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi. Tahun 1945. Tidak hanya itu, pada masa-masa pergerakan revolusi setelah kemerdekaan, yaitu tahun 1946 hingga 1949 ia ikut terlibat lagi dengan bergabung menjadi anggota Tentara Pelajar Brigade 17 Yogyakarta, bersama-sama dengan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Demikianlah dia sepenuhnya percaya bahwa seni akan membuat orang, terutama anak-anak akan menjadi halus dan dengan demikian akan jauh dari hal-hal yang berbau kekerasan.

Entah sampai berapa ribu kali Tino Sidin selalu berkata “Bagus”, setiap kali memuji sebuah lukisan anak-anak yang dikirimkan kepadanya dalam membawakan Program Gemar menggambar di TVRI kala itu. Seolah baginya di dunia ini tak ada lukisan anak-anak yang buruk. Dunia pujian untuk sebuah keindahan polos dari karya anak-anak telah ia kumandangkan. Itulah yang sulit didapat sekarang.

Apalagi ia bersentuhan erat dengan dunia anak-anak yang ia dorong agar gemar melukis. Kini, sangat dibutuhkan Tino Sidin-Tino Sidin dari generasi yang ada untuk mengikuti jejaknya, agar dunia pujian anak-anak melalui dunia seni lukis mampu membentuk karakter yang bermoral untuk memberi nuansa keindahan di segala bidang.(kanalkalimantan/wikipedia/andy)

Reporter : wikipedia/andy
Editor : cell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->