Suasana belajar di ruang kelas inklusif.
BANJARBARU, SMAN 4 Banjarbaru masih konsisten menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau inklusif. Pendidikan inklusif seharusnya diterapkan oleh semua sekolah tanpa memandang latar belakang seorang siswa.
Di SMAN 4 Banjarbaru ini sendiri, program pendidikan/sekolah inklusif ini sudah berlangsung dari tahun 2009. Kepala SMAN 4 Banjarbaru, Finna Rahmiati M.Pd mengatakan, tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama. Karena itu, dia dibantu oleh guru-guru yang ada di sekolah ini memberikan pelayanan berdasarkan kondisi dan fisik dari anak tersebut.
”Banyak yang beranggapan bahwa sekolah inklusif itu hanya untuk kalangan bawah, padahal sebenarnya juga untuk anak-anak yang memiliki kemampuan istimewa (sekolah inklusif untuk semua kalangan),” kata Finna.
Dari sekian banyak siswa yang bersekolah di SMAN 4 Banjarbaru ini, terdapat siswa yang memang bisa dikategorikan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). ”Kami juga menerima dan melayani anak/siswa yang lambat belajar (kurang tanggap dan cepat dalam menangkap/menyerap suatu pelajaran). Cara mengajarnya pun kami mengumpulkan mereka (ABK) dengan siswa-siswa yang normal agar bisa berbaur. Namun indikator untuk penilaian mereka yang berbeda,” terang kepala sekolah yang juga mengajar Biologi ini.
Menggabungkan siswa inklusif dengan siswa yang normal dalam 1 kelas bukan tanpa alasan. Lebih lanjut Finna menyampaikan hal ini dilakukan agar siswa-siswa yang normal membangun dan memiliki rasa empati terhadap temannya yang berkebutuhan khusus.
Untuk tenaga pengajarnya, baik untuk siswa yang normal maupun ABK, berasal dari SMAN 4 Banjarbaru itu sendiri. Mereka (para pengajar/guru) memberikan pembelajaran yang sama kepada semua siswanya, hanya saja untuk ABK diberikan perhatian khusus.
”Dulu memang ada bantuan tenaga pengajar dari Fajar Harapan. Kalaupun kami membutuhkan bantuan khusus nantinya, kami akan ke SLBC pembina yang ada di Liang Anggang,” ujar wanita ramah dan murah senyum yang memiliki hobi traveling ini.
Untuk memberikan suntikan motivasi dan moral kepada siswa inklusif (ABK), guru-guru disini selalu berupaya agar siswa yang normal mampu berbaur dengan siswa berkebutuhan khusus agar tidak merasa dibeda-bedakan. Tentunya hal ini dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang komunikatif.
”Setiap siswa mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kita yang memiliki kelebihan/normal harus memberikan kesempatan dan peluang kepada mereka (ABK) untuk menunjukkan potensinya, karena sebenarnya mereka itu memang memiliki potensi-potensi. Hanya saja kita yang tidak menyadarinya secara langsung,” tutur kepala sekolah cantik ini.***
KANALKALIMANTAN.COM, KOTABARU - Dalam rangka pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pengelolaan Sumber Daya Air,… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Tim kuasa hukum keluarga Juwita berencana menambah barang bukti dan saksi tambahan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyi membuka pertemuan koordinasi lintas sektor… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Advokasi Untuk Keadilan (AUK) Juwita mendampingi pihak keluarga menghadiri proses pelimpahan perkara… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Oditurat Militer (Odmil) III-15 Banjarmasin melimpahlan perkara kasus pembunuhan berencana yang dilakukan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, SAMARINDA – Tiga oknum polisi diduga membiarkan narkoba masuk ke ruang tahanan Mapolres Samarinda,… Read More
This website uses cookies.