Connect with us

HEADLINE

Muhidin ‘Menyalip di Tikungan’, Jago PDIP Terpental dari Pendamping Incumbent di Pilgub Kalsel!

Diterbitkan

pada

Muhidin menjadi pendamping Sahbirin di Pilgub Kalsel Foto: kanal

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Munculnya nama Ketua DPW PAN Kalsel H Muhidin memporak-porandakan tatanan calon pendamping incumbent Sahbirin Noor yang sebelumnya sudah matang. Betapa tidak, PDIP yang sebelumnya menjadi partai pertama penyokong Paman- panggilan Sahbirin, ternyata harus berada di barisan dengan tangan kosong. Muhidin, menyalip di tikungan!

Betapa tidak, saat dimulainya masa penjaringan bakal calon di Partai Golkar, nama Muhidin tak terpantau mendaftar. Baru pada detik akhir masa pendaftaran, namanya masuk. Meski tanpa mekanisme mendaftar ke kantor DPD I Golkar sebagaimana kandidat calon wakil gubernur lainnya.

Sebelum masuknya nama Muhidin, sudah ada 6 calon lain mendaftar di Golkar sebagai pendamping Sahbirin. Hal ini disampaikan Ketua Harian DPD Golkar Kalsel Supian HK dan Ketua Tim Penjaringan DPD Golkar Kalsel Puar Junaidi.

Nama yang muncul tak jauh dari yang kandidat yang selama ini mendaftar sebagai calon wakil gubernur di DPD Golkar Kalsel. Mereka adalah Gusti Syahyar (tim ahli gubernur), Rosehan NB (kader PDIP), Supian HK (Ketua Harian Golkar kalsel), M Sofwat Hadi (mantan DPD), Gusti Iskandar (Golkar) dan Abdul Wahid (Bupati HSU).

Dari nama tersebut, tiga orang merupakan kader internal partai Golkar, satu kader PDIP, satu tim ahli. Menariknya, dari daftar nama tersebut, satu kader PDIP Syaripuddin yang sebelumnya juga mendaftar bersama Rosehan terpental dari bursa calon incumbent.

Sebagaimana diketahui, PDIP Kalsel sebelumnya telah menyodorkan dua kader terbaiknya sebagai pendamping incumbent Sahbirin. Yakni H Rosehan NB dan M Syaripuddin. Meski memiliki suara signifikan (PDIP Kalsel meraih 8 kursi di DPRD) peringkat dua bersama Gerindra yang juga memperoleh kursi sama, mereka tidak serta merta mengusung calon sendiri. Tapi, memilih hanya menyodorkan wakil gubernur atas dasar komitmen menyokong pencalonan incumbent Sahbirin.

Tapi di tengah jalan munculnya duet Sahbirin-Muhidin memupus harapan partai berlambang banteng moncong putih ini. Rosehan sendiri, sebelumnya digadang berpasangan dengan Sahbirin. Itu jika koalisi besar di mana kader PDIP ditempatkan untuk mendampingi petahana benar-benar terjadi. “Kita serahkan ke (DPP) PDIP, saya berpasangan dengan Paman Birin atau saya dengan siapa. Itu urusan pengurus partai” kata Rosehan.

Pada Pilgub 2015 lalu, PDIP merupakan satu dari sekian partai politik yang tergabung dalam koalisi besar yang mengusung Paman Birin bersama wakilnya Rudy Resnawan saat itu. (PDIP) sebagai partai yang terdepan dalam pencalonan Paman Birin, kita juga melihat ke depan bagaimana proses politik ini berjalan dan kita terus ikuti,” jelasnya.

Dongkrak Figur

Dipilihnya Muhidin sebagai pendamping Paman (Sahbirin), bukannya tanpa alasan politik. Diduga, langkah tersebut guna mengantisipasi turunnya popularitas incumbent. Merujuk pada hasil survei Saiful Mujani Research & Consuling (SMRC), tingkat keterpilihan Gubernur Petahana H Sahbirin Noor pada Pilgub Kalsel 2020 mendatang masih di angka 42,2 persen. Jumlah tersebut bisa dibilang modal yang masih belum menjamin aman posisi Sahbirin dengan statusnya sebagai incumbent.

Akademisi FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Setia Budhi sebelumnya juga mengakui elektabilitas incumbent yang di bawah 50 persen cukup rawan. Meskipun para penantang incumbent saat ini rata-rata tingkat keterpilihannya masih berada dibawah 5 persen. “Ini menunjukkan respons masyarakat terhadap incumbent belum kuat,” katanya.

Jika elektabilitas Sahbirin sebagai incumbent dikomparasikan dengan incumbent lain yang maju di Pilkada, seperti Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani yang juga sebelumnya merilis hasil survei, maka posisinya masih jauh. Dari rekap survei yang dilakukan Indikator Politik milik Burhanudin Muhtadi, tingkat penerimaan terhadap Nadjmi Adhani selaku incumbent untuk kembali terpilih sebagai Wali Kota sekitar 60%.

Melihat data tersebut, tentunya Sahbirin tak bisa overconfident meski disukung Golkar yang mampu mengusung paket calon sendiri. Termasuk dalam menentukan calon pendamping, yang bisa memunculkan konflik internal di tubuh koalisi. Maka, Sahbirin menjadi figur yang dipilih.

Sebagaimana diketahui, saat ini Sahbirin selain disokong oleh Golkar, juga didukung oleh PDIP. Termasuk beberapa partai lain yang kemungkinan akan turut menyokong seperti PPP, PKB, Nasdem, dan PAN sebagai konsekwensi jika benar nantinya Sahbirin memilih H Muhidin (selaku Ketua DPW PAN Kalsel) sebagai pendampingnya di Pilgub 2020.
Berdasar surat No A-054/GOLKAR-KS/V1/2020 tentang Laporan Hasil Pelaksanaan Tahapan Seleksi Bakal Calon Kepala Daerah Partai Golkar di Pilkada 2020 yang disetor ke DPP Golkar untuk dimintakan rekomendasi, Golkar Kalsel juga membeber ‘peta’ partai pengusung duet mantan rival ini.

Dimana koalisi partai pengusung Sabirin-Muhidin di Pilgub Kalsel saat ini terdiri dari Partai Golkar dengan 12 kursi, PDIP dengan 8 kursi, PAN 6 kursi, PKS 5 Kursi, dan Nasdem 4 kursi. Total jumlah kursi pengusung berjumlah 35 kursi. Tentu saja, jumlah tersebut lebih dari cukup untuk mengusung jago sebagai syarat pendaftaran Cagub/cawagub Kalsel di KPU nanti.(Kanalkalimantan.com/tim)

 

Reporter : Tim
Editor : Cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->