Kesehatan
Potensi Obat Ebola untuk Mencegah dan Mengobati Coronavirus
KANALKALIMANTAN.COM, Hamilton, Montana AS – Sebuah perusahaan bioteknologi Amerika mengatakan sedang bekerja sama dengan pihak berwenang China untuk menentukan apakah obat antivirus remdesivir dapat memberikan pengobatan yang efektif bagi para korban virus corona yang menyebar cepat yang dikenal sebagai COVID-19. Para peneliti China berharap mendapat jawabannya pada 1 Mei. Pejabat di Gilead Sciences, yang menemukan remdesivir sebagai pengobatan untuk Ebola dan penyakit lain, mengatakan kepada VOA bahwa perusahaan telah memulai dua uji klinis di antara pasien yang terinfeksi
 “untuk menentukan keamanan dan kemanjuran remdesivir sebagai pengobatan potensial untuk coronavirus.”
Uji coba itu disambut hangat di China, tempat kantor berita resmi negara itu merayakan penerbitan sebuah artikel halaman depan. Warga China yang cemas mencatat bahwa keempat suku kata remdesivir mirip dengan ungkapan ‘renmin-de-xie-wang’, atau, harapan masyarakat. Ada juga alasan yang lebih ilmiah untuk berharap, termasuk kasus pasien virus corona Amerika yang mengalami pemulihan cepat pada Januari, hanya 24 jam setelah diberi remdesivir. Sebelum obat diberikan, gejalanya telah menunjukkan tanda-tanda memburuk.
Percobaan pertama mulai mendatangkan  pasien pada 6 Februari, kata pernyataan tertulis dari Gilead, yang mengatakan telah memberi China “cukup dosis remdesivir untuk mengobati hingga 500 peserta uji coba.” Sebuah outlet media yang berbasis di Shanghai melaporkan telah melihat formulir bea cukai yang menunjukkan bahwa 2.843 kotak remdesivir tiba di Beijing pada 4 Februari.
Hari berikutnya, sebuah konferensi yang didedikasikan untuk peluncuran uji klinis resmi berlangsung di Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, dipimpin oleh Dr. Bin Cao dan rekannya Dr. Chen Wang, keduanya ilmuwan top yang berpraktik di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang di Beijing . Rumah Sakit Jinyintan telah merawat beberapa kasus COVID-19 yang paling kritis sejak wabah dimulai.
Gilead mengkonfirmasi uji coba itu “sedang dikoordinasikan oleh Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang di Beijing.” Sebuah arsip yang terdaftar di Perpustakaan Kedokteran Nasional AS mencantumkan Universitas Kedokteran Capital yang berbasis di Beijing sebagai sponsor utama uji coba dan Cao, seorang spesialis perawatan kritis paru di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang, sebagai “pihak yang bertanggung jawab.”
Penelitian menghasilkan sebuah harapan
Dalam sebuah makalah ilmiah berdasarkan studi pada hewan dan diterbitkan pekan lalu, para ilmuwan menemukan remdesivir efektif baik untuk pencegahan dan pengobatan koronavirus Pernafasan, Sindrom Pernafasan mematikan Timur Tengah (MERS-CoV,) yang diketahui memiliki kemiripan dengan COVID-19.
“Remdesivir mencegah penyakit ketika diberikan sebelum infeksi dan memperbaiki kondisi kera (Macaca) ketika diberikan setelah hewan terinfeksi,†kata para ilmuwan di National Institute of Allergy and Infectious Diseases’ Hamilton, Montana.
Dr. Emmie de Wit, Kepala Unit Patogenesis Molekul di Laboratorium Virologi di fasilitas Montana, mengatakan kepada VOA bahwa ia dan rekan-rekannya melakukan studi dan menyerahkan hasil mereka untuk ditinjau “jauh sebelum dunia mengetahui wabah di Wuhan. ” De Wit mengatakan dia dan rekan-rekannya mengetahui tentang wabah coronavirus pada 31 Desember.
Uji Coba di Wuhan
Dalam studi di Wuhan, peserta uji coba dibagi menjadi dua kelompok – mereka yang “telah mengalami gejala klinis yang lebih parah” seperti membutuhkan oksigen, dan mereka yang tidak membutuhkan oksigen.
“Pasien akan menerima remdesivir yang diberikan secara intravena (injeksi atau infus) selama 10 hari. Titik akhir utama dari kedua penelitian ini adalah peningkatan klinis 28 hari setelah pengobatan,†menurut Gilead. Cao melaporkan bahwa 200 mg remdesivir akan diberikan kepada sekelompok pasien pada hari pertama, diikuti oleh 100 mg “dosis pemeliharaan” sekali sehari selama sembilan hari tambahan. Pasien dalam kelompok kontrol diberi plasebo. Untuk memastikan objektivitas, identitas pasien yang menerima plasebo dirahasiakan dari sesama peserta, penyedia perawatan, peneliti dan penilai hasil. Para peneliti mengatakan mereka bertujuan untuk menyelesaikan uji coba pada 3 April dan mengevaluasi hasilnya pada 1 Mei. (Natalie Liu – VOA News)
Editor : Arf
-
HEADLINE3 hari yang lalu
Naik 6,5 Persen, Upah Minimum Kalsel 2025 Rp3,4 Juta
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Koordinator Posko Tim Banjarbaru Hanyar Diancam Dihabisi, Dikirimi Dua Surat Kaleng
-
HEADLINE2 hari yang lalu
KPU Banjarbaru Siap Hadapi Gugatan MK
-
Satpol PP Kab Banjar2 hari yang lalu
Satpol PP Banjar Dapati 7 Penjual Anakan Ikan
-
DPRD KOTABARU2 hari yang lalu
Sowan ke Bakti Kementerian Komdigi, Komisi II dan Diskominfo Kotabaru Perjuangkan Akses Internet
-
Kota Banjarbaru1 hari yang lalu
Serahkan Eco Office Eco School Award 2024, Ini Kata Wali Kota Aditya