Connect with us

Budaya

Pratiwi Juliani Asal Rantau Terpilih Seleksi Penulis Emerging UWRF 2018

Diterbitkan

pada

GM dan Co Founder Yayasan Saraswati bersama tim kurasi emerging UWRF 2018 Foto: istimewa

UBUD, Sejak tahun 2008, Yayasan Mudra Swari Saraswati, lembaga nirlaba yang menaungi Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), mengadakan seleksi penulis emerging sebagai wadah bagi para penulis-penulis berbakat Indonesia untuk menampilkan karya-karya terbaik serta membuka jalan di dunia kepenulisan yang lebih matang dan profesional.

Pada tahun yang spesial ini, yaitu tahun ke-15 penyelenggaraan UWRF, Yayasan Mudra Swari Saraswati dengan bangga mengumumkan bahwa lima penulis emerging telah terpilih untuk tampil dalam perhelatan sastra, seni, dan budaya terbesar di Asia Tenggara yang akan diselenggarakan pada tanggal 24-28 Oktober 2018.

Dari rapat kuratorial yang diadakan di kantor Yayasan Mudra Swari Saraswati di Ubud pada hari Kamis, tanggal 21 Juni lalu, terangkum nama-nama penulis emerging yang berhasil terpilih; Andre Septiawan dari Pariaman, Sumatera Barat, Pratiwi Juliani dari Rantau, Kalimantan Selatan, Rosyid H. Dimas dari Yogyakarta, Reni Nuryanti dari Aceh, dan Darmawati Majid dari Bone, Sulawesi Selatan. Lima nama tersebut dipilih langsung oleh Dewan Kurator UWRF 2018 yang terdiri dari penulis, jurnalis, serta sastrawan Indonesia, yaitu Leila S. Chudori, Putu Fajar Arcana, dan Warih Wisatsana.

Pratiwi Juliani merupakan pemilik toko buku dari Rantau, Kalimantan Selatan. Wanita kelahiran 1991 ini mengumpulkan karya berupa novel yang telah menarik perhatian tim kurasi. “Dia berhasil mengangkat kisah cinta menjadi sebuah cerita yang dewasa dan matang. Membuat twist dalam kisah cinta itu susah, dan Pratiwi Juliani telah berhasil melakukannya,” ujar Leila S. Chudori dalam pers realese yang diterima Kanalkalimantan.com

Masa pengumpulan karya untuk seleksi penulis emerging UWRF berlangsung mulai bulan Desember 2017 hingga Februari 2018. Dalam rentang waktu tersebut, terkumpul 850 karya dari penulis-penulis yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Karya-karya tersebut terdiri dari cerpen, puisi, novel, esai, non fiksi, naskah drama, dan banyak jenis sastra lainnya. Pembacaan awal, yang dilakukan oleh Indonesian Program Manager UWRF, I Wayan Juniarta, menghasilkan sebuah daftar nominasi terdiri atas karya-karya dari sepuluh penulis. Karya-karya inilah yang kemudian dibaca dan didiskusikan oleh para Kurator.

Dewan Kurator UWRF 2018 mencermati bahwa terdapat dua benang merah yang menghubungkan karya-karya para penulis yaitu sosok ibu dan kehadiran keluarga. “Sosok ibu yang muncul dalam karya-karya para penulis merupakan refleksi baik ibu secara harfiah, sosok perempuan yang melahirkan dan merawat, maupun ibu secara simbolis dan ideologis, sebagai metafora dari bangsa serta agama, juga keyakinan pribadi tertentu,” ujar Warih Wisatsana saat rapat kurasi berlangsung.

“Secara umum, karya-karya para penulis yang tercantum dalam daftar nominasi mencerminkan peningkatan yang menggembirakan dengan kemampuan mengolah cerita, bertutur, dan penggunaan diksi yang terasah. Meski ada beberapa tema yang sudah pernah digali, para penulis ini mampu menampilkan sudut pandang yang berbeda tentang peristiwa maupun kejadian yang selama ini telah teramat sering ditulis. Selain itu, para penulis juga menunjukkan kecakapan berbahasa yang mengejutkan,” ujar Leila S. Chudori menambahi.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Yayasan Mudra Swari Saraswati hanya memilih lima penulis emerging. Hal ini mencerminkan komitmen UWRF untuk menempatkan kualitas karya sebagai parameter yang paling utama dalam proses seleksi. “Kualitas karya selalu menjadi parameter utama dalam proses seleksi penulis emerging UWRF.

Dalam perspektif ini, jauh lebih penting bagi kami untuk menampilkan penulis dengan karya-karya yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan semata-mata mengejar jumlah penulis. Karena itulah, dalam seleksi tahun ini kami putuskan hanya memilih lima penulis saja karena karya-karya dari para penulis lainnya secara kualitas belum memenuhi harapan kami,” ujar I Wayan Juniarta mewakili UWRF.

Kelima penulis emerging terpilih datang dari latar belakang berbeda. Dua di antaranya masih mahasiswa, sedang tiga lainnya berprofesi sebagai sebagai dosen, peneliti bahasa, dan pemilik toko buku. Para penulis emerging terpilih ini merupakan para penulis muda, dengan rentang usia antara 22 tahun hingga 36 tahun.

Setelah tahun lalu karya sastra berupa puisi menjadi sorotan, tahun ini cerpen menggeser posisi tersebut. Lima karya dari penulis emerging terpilih berupa 3 cerpen, 1 novel, dan 1 puisi. Karya-karya ini mengambil tema-tema yang sederhana, tetapi diolah dengan bahasa yang sangat indah.

Program Seleksi Penulis Emerging Indonesia menjembatani para penulis emerging untuk lebih berkembang. Mereka mendapat kesempatan memperdengarkan karyanya kepada dunia bersama para penulis ternama dari Indonesia maupun internasional. Mereka akan diterbangkan dari kota masing-masing untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi panel-panel diskusi di UWRF 2018. Karya-karya mereka pun akan dibukukan dalam buku Antologi 2018, bersama dengan karya dari penulis-penulis ternama Indonesia lainnya. Nama-nama penulis ternama Indonesia yang akan melengkapi buku Antologi 2018 ini akan diumumkan bersamaan dengan pengumuman program lengkap UWRF 2018.

Emerging adalah istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas namun belum memperoleh publikasi yang memadai. Program Seleksi Penulis Emerging Indonesia adalah bagian dari komitmen Yayasan Mudra Swari Saraswati untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia melalui program-program seni dan budaya. Selain itu, program ini merupakan wadah untuk menemukan calon bintang-bintang sastra masa depan Indonesia.(cel)

Reporter: Cell
Editor: Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->